Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maryam Said
Abstrak :
Tujuan peneltian ini adalah diketahuinya proporsi pemberian ASI eksklusif dan tingkat kecerdasan serta hubungan antara durasi pemberian ASI dengan kecerdasan anak pada siswa-siswi SDSN Pekayon Jaya VI Kota Bekasi. Penelitian ini menggunakan disain crosssectional model regresi logistik ganda dengan responden siswa/i kelas 1-3 yang berumur 7-9 tahun dan ibunya sebanyak 175 responden. Namun jumlah sampel yang terkumpul hanya 166 (94,8%) responden. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Pada siswa-siswi dilakukan tes kecerdasan dengan menggunakan tes Raven sedangkan ibunya mengisi kuesioner. Hasil penelitian didapatkan tingkat kecerdasan tinggi 57,2%, rata-rata 36,7% dan rendah 6%. Variabel yang berhubungan dengan kecerdasan adalah durasi pemberian ASI (p=0,043, OR=0,487, 95%CI=0,254-0,932) dan Pendidikan ibu (p=0,047, OR=3,730, 95%CI=1,119-12,432). Pendidikan ibu adalah faktor yang pengaruhnya lebih besar terhadap kecerdasan, bahwa ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang memiliki anak dengan kecerdasan tinggi yaitu : 3,556 kali lebih besar dibandingkan ibu berpendidikan rendah setelah dikontrol variabel durasi ASI. Saran untuk Dinas Pendidikan Kota Bekasi agar menyelenggarakan berbagai aktivitas seperti seminar/pelatihan/konseling bagi orang tua murid tentang pentingnya peran orang tua terhadap tumbuh kembang anak. ...... The purpose this of research was to the determine the proportion of exclusive breastfeeding and the level of intellegence also the relationship between duration of breastfeeding with the level of students intellegence in SDSN Pekayon Jaya VI Bekasi city. This research used a cross-sectional design employed multiple logistic regression analisys technique. Students as the respondents age 7 ? 9 year-old who were selected using systematic random sampling technique and his mothers was about 175 respondents. However collected just the number of sampels was 166 (94,8%) responden. This study was conducted in May 2013 from second week to third week. The students intellegence was tested using the Raven test while her mothers was requested to fill out a questionnaire about their breastfeeding history, background caracteristic and parenting style. The results showed the level of childrens intellegence was high (57.2%), average was (36.7%) and low was (6%). Those variables which related to the intellegence level were duration of breastfeeding (p = 0.043, OR = 0.487, 95% CI = 0.254-0.932) and the level of mothers education (p = 0.047, OR = 3.730, 95% CI = 1.119 to 12.432). The mothers education level is one of the factors which has higher effect. Againts the childrens intellegence. Those mothers who have high level education will have probability 3,556 to have their children with high level intellegence (after controlling the duration breastfeeding). The following sugestion is made to the Department of Education Bekasi city to organize activities relevant to the inproving of parents in growth and development of their children through seminars / training / counseling.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syilga Cahya Gemily
Abstrak :

Protein hewani merupakan salah satu zat gizi yang dapat berhubungan dengan kejadian stunting. Namun, saat ini asupan protein hewani masyarakat masih belum mencapai angka ideal yang disarankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan asupan protein hewani anak usia 25-30 bulan di Jakarta Pusat tahun 2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian case control yang berjudul Perbedaan Asupan Susu dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 25-30 Bulan di Jakarta Pusat Tahun 2019. Total sampel sebanyak 121 anak. Analisis data menggunakan uji chi square, uji T dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu dan Minimum Dietary Diversity (MDD) berhubungan signifikan dengan asupan protein hewani, dimana asupan protein hewani yang baik lebih banyak terdapat pada anak yang berasal dari pendidikan ibu tinggi dan MDD yang tercapai. Faktor dominan yang berhubungan dengan asupan protein hewani adalah pendidikan ibu (OR: 3,8) setelah dikontrol oleh MDD, Minimum Meal Frequency (MMF), Minimum Acceptable Diet (MAD), status pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein hewani dengan kejadian stunting (OR:7,8). Anak yang asupan protein hewaninya kurang memiliki peluang sebesar 7,8 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara literasi gizi ibu/pengasuh dengan MMF dan MAD, dimana MMF dan MAD yang tercapai lebih banyak terdapat pada anak yang berasal dari ibu/pengasuh dengan literasi gizi yang tinggi. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor dominan yang berhubungan dengan asupan protein hewani anak usia 25-30 bulan di Jakarta Pusat tahun 2019 adalah pendidikan ibu. Anak yang berasal dari ibu dengan pendidikan rendah berpeluang 3,8 kali lebih tinggi memiliki asupan protein hewani yang kurang.


Animal protein is one of the nutrients that can be associated with stunting. However, at present, the communitys animal protein intake has not yet reached the recommended ideal number. This study aims to determine the dominant factors associated with animal protein intake for children aged 25-30 months in Central Jakarta in 2019. This study used secondary data from a case-control study with entitled The Difference between Milk Intake with Stunting on Children aged 25-30 Months in Central Jakarta in 2019. The total sample of 121 children. Data analysis used chi-square test, T-test and multiple logistic regression. The results showed that maternal education and Minimum Dietary Diversity (MDD) were significantly related to animal protein intake, where adequate animal protein intake was common in children from higher maternal education and MDD was achieved. Dominant factors related to animal protein intake are maternal education (OR: 3.8) after being controlled by MDD, Minimum Meal Frequency (MMF), Minimum Acceptable Diet (MAD), mothers employment status, and family income. The results showed that there was a significant relationship between animal protein intake and stunting (OR: 7.8). Children whose animal protein intake is less have a 7.8 times higher chance to be stunting. The results also showed that there was a significant relationship between nutritional literacy with MMF and MAD, where MMF and MAD were achieved more in children who came from mothers with high nutritional literacy. The conclusion of this study is that the dominant factor associated with animal protein intake for children aged 25-30 months in Central Jakarta in 2019 is maternal education. Children who come from mothers with low education are 3.8 times more likely to have less animal protein intake.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Asih Anggraeni
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa di SMP Negeri 98 Jakarta. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross sectional menggunakan data primer yang melibatkan 208 responden kelas VII dan VIII SMP Negeri 98 Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada bulan April sampai dengan Mei 2017. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, pengetahuan, preferensi, self-efficacy, aktivitas fisik, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, ketersediaan buah dan sayur di rumah, serta keterpaparan media massa. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pengetahuan, preferensi, self-efficacy, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, ketersediaan buah dan sayur, keterpaparan media massa dan kuesioner PAQ-C Physical Activity Questionnaire for Older Children yang diisi sendiri oleh responden, serta 2 kali wawancara food recall 24-hour. Analisis statistik dilakukan dengan uji korelasi dan regresi, t-independen, serta regresi linier ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 98 Jakarta tahun 2017 adalah 85.13 26.58 gram/hari. Sementara itu, menurut WHO, rekomendasi konsumsi buah dan sayur adalah 400 gram/hari. Analisis multivariat menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur, setelah dikontrol oleh variabel self-efficacy, aktivitas fisik, pengaruh orang tua, keterpaparan media massa, dan ketersediaan buah dan sayur. Oleh karena itu, dilakukan pendidikan gizi melalui sekolah agar terjadi peningkatan konsumsi buah dan sayur pada siswa. ......The aim of this study was to determine dominant factor associated with fruit and vegetable consumption among students in Junior High School 98 Jakarta. This study used a cross sectional study design with primary data among 208 respondents grade VII and VIII in Junior High School 98 Jakarta. This study began in April until Mei 2017. Variable of this study included gender, knowledge, preference, self efficacy, physical activity, mother rsquo s education level, employed mother, parents influence, peers influence, fruit and vegetable availability at home, and mass media exposure. Data were collected through the individual questionnaire from knowledge, preference, self efficacy, physical activity, mother rsquo s education level, employed mother, parents influence, peers influence, fruit and vegetable availability at home, mass media exposure, and Physical Activity Questionnaire for Older Children PAQ C , and 2 times 24 hour food recall interview. Statistical analysis used correlations and regression test, independent t test and multiple regression linier. The result of this study showed the average of fruit and vegetable consumption among student in Junior High School 98 Jakarta was 85.13 26.58 gram day. Meanwhile, according to WHO, recommendation of fruit and vegetable consumption was 400 gram day. The multivariate analysis showed mother education level was the dominant factor associated with fruit and vegetable consumption, once controlled by self efficacy, physical activity, parents influence, mass media exposure, and fruit and vegetable availibility. Therefore, it needs to be done nutrition education from school to increased fruit and vegetable consumption in student.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajijah Septia Utami
Abstrak :
Berdasarkan SUSENAS tahun 2007 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan dari 28,6% turun menjadi 24,3% tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam praktek pemberian ASI eksklusif. Desain penelitian menggunakan cross sectional, cara pengumpulan data kuesioner, jumlah sampel 105 responden, sampel dengan teknik acak sederhana. Ibu yang memberikan ASI eksklusif sebesar 25,7% lebih rendah dari target nasional yang telah ditetapkan yaitu 80%. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna terdiri dari pengetahuan, tempat persalinan dan dukungan keluarga. Berdasarkan hasil studi disarankan untuk meningkatkan pelatihan tentang ASI eksklusif bagi petugas, dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan penyuluhan oleh petugas dan kader kepada ibu hamil dan menyusui. ......Based on the 2007 SUSENAS coverage of exclusive breastfeeding in the baby up to age 6 months from 28.6% decreased to 24.3% in 2008. This study aims to find out information about the factors associated with maternal behavior in exclusion breastfeeding practices. Using a cross sectional study design, data collection questionnaires, number simple 105 respondent, sample by simple random technique. Mothers who exclusively breastfed for 25.7% lower than the national target set is 80%. Study results of found that there are significant related to knowledge, where labor and family support. Based on the results of the study is recommended to enhance training on exclusive breastfeeding for the officers. And to increase public knowledge with Extension by officers and cadres to pregnant and lactating mothers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Betty Oktaviana
Abstrak :
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, namun ibu mungkin menghadapi penyulit. Kematian ibu bisa menjadi hasil akhirnya bila tidak tertangani dengan baik. Hal ini dapat dicegah apabila pelayanan antenatal dilakukan secara rutin dan terpadu yang melibatkan suami, sehingga kesehatan ibu terpantau serta persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi dijalankan. Pemerintah telah mengupayakan pelayanan kesehatan ibu, namun belum dimanfaatkan optimal, berdasarkan hasil cakupan pelayanan kehamilan dan persalinan yang belum memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan partisipasi suami dengan pemanfaatan layanan kunjungan antenatal di Indonesia. Penelitian dengan pendekatan cross sectional, menggunakan data SDKI 2012. WUS yang melahirkan anak lahir hidup satu tahun sebelum survei menjadi populasi. Besar sampel 504 responden. Partisipasi suami dalam masa kehamilan diukur berdasarkan pendampingan suami saat kunjungan antenatal, diskusi tentang kehamilan, dan persiapan persalinan serta pencegahan komplikasi. Sedangkan kunjungan antenatal didasarkan atas jadual kunjungan rekomendasi WHO. Data dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Pemanfaatan layanan kunjungan antenatal lengkap sesuai jadwal rekomendasi minimal (1-1-2) di Indonesia Tahun 2012 75,8% dan partisipasi suami tergolong tinggi sebesar 94,8%. Hasil uji regresi logistik menunjukkan ibu dengan suami yang berpartisipasi tinggi, berpeluang 2,29 kali untuk melakukan kunjungan antenatal lengkap (95% CI 0,997-5,267) dibanding ibu dengan suami berpartisipasi rendah setelah dikontrol pendidikan ibu. Namun, secara statistik tidak ada hubungan signifikan antara partisipasi suami dengan pemanfaatan layanan kunjungan antenatal di Indonesia. Pendidikan ibu merupakan determinan pemanfaatan layanan kunjungan antenatal dan berhubungan dengan partisipasi suami dalam masa kehamilan di Indonesia. Diseminasi pengetahuan yang tepat sesuai karakteristik serta upaya untuk mengoptimalkan partisipasi suami diperlukan untuk mencapai target pemanfaatan layanan kunjungan antenatal di Indonesia. ...... Pregnancy and labor are natural processes, but women may face complications. Maternal death can be the result if it is not handled properly. It can be prevented if antenatal care was done continuity and integrated by involving the husband. So the mother's health is monitored, also birth preparedness and complication readiness is well planned. The government has performed maternal health services, but not utilized optimally yet, based on coverage rate of pregnancy and delivery services that still well below the target set by Ministry of Health in 2010-2014. The purpose of this study is to identify the association between husband's participation and utilization of antenatal services in Indonesia. Research done using cross sectional approach, by analyzing Indonesian Demographic and Health Survey 2012. Women which give birth one year before survey become population. Sample size was 504 respondents. Husband's participation was measured by husband's assistance during antenatal visits, discussions about pregnancy, and birth preparedness and complication readiness. Which antenatal services was determined by WHO's recommendation schedule. Data were analyzed using logistic regression test. In Indonesia, the utilization of completed antenatal visits was 75,8% and husband's high participation was 94,8% in 2012. The logistic regression analysis revealed that mother with highly husband participation were more likely to completed antenatal visits (OR= 2,29; 95% Cl: 0,997-5,267) than mother with low husband participation, after controlled mother's education level. Mother's education level were determinants of antenatal services utilization and had association with utilization of antenatal services in Indonesia. Proper dissemination of knowledge according to the characteristics and efforts to optimize husband's participation are needed in order to reach the target of utilization in antenatal services.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Anggi Yani
Abstrak :
Komplikasi menyebabkan kematian pada ibu dapat dicegah dan diselamatkan melalui pemeriksaan kehamilan dengan mengakses pelayanan antenatal (ANC) minimal 4 kali kunjungan ke fasitilas kesehatan. Meskipun cakupan ANC di Indonesia baik pada kunjungan pertama (K1), namun tidak menjamin pada kunjungan berikutnya sehingga berdampak pada jumlah cakupan K4 yang lebih rendah dengan selisih 21%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap keteraturan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC di Indonesia berdasarkan data SDKI tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017 dengan jumlah sampel 14.448 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu berpengaruh terhadap ibu yang melakukan kunjungan ANC secara tidak teratur dengan nilai OR= 1,20 pada ibu dengan pendidikan dibawah SMA. Selain itu, paritas tinggi (≥4 anak) (OR=1,91), status ekonomi sedang (OR=1,75) dan status ekonomi rendah (OR=2,36), ibu yang tidak memiliki asuransi kesehatan (OR=0,85) dan ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga (OR=0,56) berisiko lebih tinggi untuk melakukan kunjungan ANC secara tidak teratur. Untuk meningkatkan kesadaran pentingnya kunjungan ANC secara teratur diharapkan pemerintah dapat mengoptimalkan program wajib belajar 12 tahun dan pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya program tersebut serta mengoptimalkan pelaksanaan posyandu dan meningkatkan pemberdayaan kader. ......Complications leading to deaths of maternal pregnancy can be prevented and treated with antenatal care by performing antenatal care (ANC) in a medical facility at least four times. Despite the satisfactory scope of ANC in Indonesia during the first visit (K1), the scopes during the next visits are not guaranteed, resulting in a lower K4 scope with a difference of 21%. This research aims to analyze the influence of pregnant maternal level of education on performing ANC visits in Indonesia based on SDKI data in the year 2017. The research design used was cross-sectional using secondary data from the Indonesia Demographic and Health Survey 2017 with a sample of 14,448. The result showed that the maternal level of education can influence the irregularity of ANC visits with value of OR=1.20 in maternal with education below high school. In addition, high parity (>= 4 children) (OR=1,91), middle economic status (OR=1,75) and low economic status (OR=2,36), maternal who did not have health insurance (OR= 0,85) and maternal who did not receive family support (0,56) had a higher risk of having less than four antenatal visits. To increase awareness of the importance of antenatal care visits, the government is expected to optimize the mandatory 12 years education program and and coaching the community on the importance of the program as well as optimizing the implementation of posyandu and increasing the empowerment of cadres.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dhani Yustika
Abstrak :
ABSTRACT
Anak dengan kondisi stunting mengalami pertumbuhan yang tidak optimal, daya tahan tubuh rendah dan rentan terhadap penyakit, dan kemampuan kognitif yang rendah, meningkatkan risiko kegemukan dan penyakit degeneratif sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan asupan zat gizi, riwayat ASI eksklusif, riwayat infeksi penyakit, berat lahir, panjang lahir, pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Penelitian cross-sectional ini menggunakan data sekunder Gizi dan Kesehatan Balita di Kecamatan Babakan Madang Tahun 2018 dengan jumlah sampel 134 responden yang didapatkan dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji chisquare menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan pendidikan ibu terhadap kejadian stunting (p= 0,040; OR= 2,986; 95%, CI: 1,128-7,903). Diperlukan peran aktif Dinas Kesehatan untuk mensosialisasikan pentingnya asupan gizi seimbang bagi anak serta puskesmas dan posyandu untuk melakukan pengukuran tinggi badan minimal 6 bulan sekali.
ABSTRACT
Stunting causing non-optimal growth, low endurance, susceptibility to disease and low cognitive abilities and increase the risk of obesity and degenerative diseases which affected human resources quality. This study aims to determine the relationship between nutrient intake, history of exclusive breastfeeding, history of disease infection, birth weight, length of birth, paternal education and maternal education with stunting. This cross-sectional study using secondary data in Babakan Madang District, Bogor in 2018 with a sample of total 134 children obtained by purposive sampling technique. Bivariate analysis with the chi-squared test showed that there was significant relationship between maternal education and the incidence of stunting (p = 0.04; OR = 2.986; 95%, CI: 1,128-7,903). This study gives us empirical evidence for Ministry of Health to increasing campaign and promotion regarding the importance of balanced nutrition for children under five and Puskesmas and Posyandu should be used to measure height for age at least once in six months.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Safitri Hanifa
Abstrak :
Tidak mendapatkan imunisasi dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit, terutama penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sekitar 19,4 juta bayi di dunia masih tidak mendapatkan imunisasi dasar dan 60% diantaranya tinggal di Angola, Brazil, Kongo, Ethiopia, India, Nigeria, Pakistan, Filifina, Vietnam, dan Indonesia. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi status imunisasi dasar adalah pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pendidikan ibu dengan status imunisasi dasar lengkap pada bayi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan rancangan studi potong lintang. Sampel penelitian yaitu anak usia 12-23 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 3386. Data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Persentase bayi yang memiliki status imunisasi dasar lengkap sebesar 60,5% dan 39,5% lainnya tidak lengkap. Sebagian besar ibu berpendidikan menengah (56,7%). Terdapat hubungan signifikan antara pendidikan ibu dengan status imunisasi dasar lengkap. Terdapat interaksi antara pendidikan ibu dengan urutan kelahiran anak dan jumlah anggota keluarga dalam hubungannya dengan status imunisasi dasar. ......Not getting immunized can increase a person’s risk of getting diseases, especially diseases that can be prevented by immunization. About 19.4 million babies in the world still do not get basic immunization and 60% of them live in Angola, Brazil, Congo, Ethiopia, India, Nigeria, Pakistan, Philippines, Vietnam, and Indonesia. One of the factors that can affect basic immunization status is education. This study aims to determine the relationship between mother’s education and the completeness status of basic immunizations in infants in Indonesia. This study used the 2017 IDHS data with a cross-sectional study design. The sample of the study were 3386 children aged 12-23 months who met the inclusion and exclusion criteria. The data were analyzed using univariate, bivariate, and multivariate analyzes. Percentage of children aged 12-23 months who had complete basic immunization status was 60.5% and 39.5% were incomplete. Most of the mothers have secondary education (56.7%). There is a significant relationship between mother’s education and status of basic immunizations. There is an interaction between maternal education and child birth order and the number of family members in relation to basic immunization status.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Lastaria
Abstrak :
Infeksi cacing usus Soil-Transmitted Helminthes (STH), yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang masih menjadi salah satu masalah di dunia terutama pada anak-anak di negara berkembang, termasuk Indonesia. Banyak faktor yang berperan terhadap tingginya prevalensi infeksi cacing usus STH, salah satunya adalah gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan infeksi cacing usus STH dengan tingkat pendidikan ayah dan ibu pada siswa SDN 09 Pagi Paseban. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada tanggal 8-9 Desember 2010 dengan cara mengumpulkan 93 feses siswa dan dan membagikan kuesioner yang diisi oleh orang tua. Hasil menunjukkan terdapat 11 siswa (11,8%) terinfeksi cacing usus STH sedangkan 82 lainnya (88,2%) tidak terinfeksi, dengan jumlah infeksi Ascaris terbanyak yaitu 8 siswa (8,6%). Responden perempuan lebih banyak (52,7%) daripada laki-laki (47,3%). Tingkat pendidikan ayah terbanyak adalah kategori tingat pendidikan sedang (61,3%) yaitu SMA, dan tingat pendidkan ibu terbanyak juga pada tingkat pendidikan sedang (55,9%). Pada uji Chi-square, tidak terdapat perbedaan bermakna antara infeksi cacing usus STH dengan jenis kelamin (p=0,439), tetapi terdapat perbedaan bermakna dengan kelas responden (p=0,015). Sementara, pada uji Fisher, tidak terdapat perbedaan makna antara infeksi cacing usus STH dengan tingkat pendidikan baik ayah (p=0,940) maupun ibu (p=0,350). Disimpulkan status infeksi kecacingan pada siswa SDN 09 Pagi Paseban tidak berhubungan dengan tingkat tingkat pendidikan orang tua.
Nowadays Intestinal Soil Transmitted Helminthes infection, such as Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, and hookworm has become the one of a major problem among school aged children in Indonesia. Many factors affect the prevalence of STH infection, such as lifestyle. This study is aim to know the relationship between STH infection and the parents education level among students in SDN 09 Pagi Paseban. The method of this study is Cross sectional. Data were collected on 8-9th December 2010, and 93 stool specimens and filled questionaires by their parents. The result was that there was 11 infected students and the less were not nfected, with the highest number of infection is Ascaris (8,6%). The number of girl repondents (52,7%)are lareger than the boy (47,3%). The most father?s education level is medium (61,3%), senior high school graduated and the mother?s education level is also medium (55,9%). In the Chi Square test, we got that there was no significant relationship between STH infection and the gender ( p=0,439), but there was significant relationship between STH infection and the students? class level (p=0,015). Meanwhile, in the Fisher Exact test, we got that there was no significant relationship between STH infection and fathers education level (p=0,940) and mothers education level (p=0,350). We concluded that there is no a significant relationship between the number of helminthes infection among students in SDN 09 Pagi Paseban and their parents education level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Unang Wirastri
Abstrak :
Pneumonia menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi yang terjadi pada pasien anak yang menjalani rawat inap di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dari tahun 2010 - 2012. Penelitian bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jenis penelitian observasional menggunakan pendekatan kasus kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara karakteristik balita (umur, riwayat BBLR, jenis kelamin, status imunisasi campak, status pemberian vitamin A, status gizi balita, dan pemberian ASI eksklusif), karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan) serta kepadatan hunian dengan kejadian pneumonia pada balita di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Pendidikan ibu merupakan faktor risiko paling dominan berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita (Exp ( ) = 4,509). Edukasi kepada orang tua yang disesuaikan dengan latar belakang pendidikan diperlukan sebagai upaya pencegahan pneumonia.
Pneumonia has become one of the highest mortality contributors among paediatric patients who admitted to Inpatient Department in Margono Soekarjo Hospital Purwokerto (MSHP) from 2010 - 2012. There are several factors which influence the morbidity and mortality rate due to pneumonia in underfive children. This study aimed to identified risk factors related to the prevalence of pneumonia in children underfive years old in Margono Soekarjo Hospital Purwokerto. This study was an observational study which used case control approah. The results showed that there were association between underfive children characteristics (age, history of low birth weight, sex, measles immunization status, vitamin A supplementation record, nutritional status, and exclusive breastfeeding), mother characteristics (education, occupation, and knowledge) and overcrowding with the prevalence of pneumonia in MSHP. Among those variables, education was the most dominant risk factor associated with occurence of pnemonia (Exp (β) = 4,509).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>