Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Tsabita Husna
"Riset evaluasi ini bertujuan untuk menganalisis dampak program Pendidikan Kesetaraan dalam mewujudkan social well-being peserta didik. Literatur terkait topik ini masih belum mengangkat sisi perubahan social well-being peserta didik, padahal aspek ini dapat menjadi perhatian utama yang digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh program bagi penerima manfaat. Evaluasi ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Kerangka analisis CIPP (Context, Input, Process, Product) digunakan untuk menilai implementasi dan dampak program, analisis SWOT untuk melihat aspek tata kelola program, serta analisis dampak dengan fokus pada parameter social well-being (Personal, Relational, Societal). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa implementasi program berdampak cukup baik pada social well-being peserta, terutama pada aspek personal. Program mampu meningkatkan kepuasan hidup peserta, meningkatkan kapabilitas interaksi, serta meningkatkan kepercayaan mereka terhadap institusi yang ada di masyarakat. Lebih lanjut, hasil evaluasi CIPP memperlihatkan bahwa dimensi context dan process lebih menonjol dibandingkan dua dimensi lainnya. Dari sisi tata kelola, keterbatasan dana dan kurangnya SDM tutor masih menjadi kelemahan utama. Hal ini kemudian berpengaruh terhadap implementasi program yang diselenggarakan. Program Pendidikan Kesetaraan terlihat masih fokus pada target output dan kurang memperhatikan outcome atau dampaknya. Sehingga, evaluasi program serupa perlu menaruh perhatian pada dua dimensi tersebut.

This evaluation research aims to analyze the impact of the Education Equivalency Program in creating the student's social well-being. The literature related to this topic still has not addressed the transformation in the student's social well-being, even though this aspect can be the primary concern that is used to see how the program affects the beneficiaries. This evaluation was conducted using qualitative methods with in-depth interviews and observation techniques. The CIPP (Context, Input, Process, Product) framework analysis is used to assess program implementation and impact, SWOT analysis to see the program's governance aspects, and impact analysis focuses on social well-being parameters (Personal, Relational, Societal). The evaluation results showed that the program's implementation had a reasonably good impact on the participants' social well-being, especially on the personal aspect. The program can increase participants' life satisfaction, interaction capabilities, and trust in institutions in the community. Furthermore, the results of the CIPP evaluation show that the context and process dimensions are more prominent than the other two dimensions. In terms of governance, limited funds and lack of human resources for tutors are still the main weaknesses that affect the program's implementation. The Education Equivalency Program still focuses on output targets and less on outcomes or impacts. Thus, evaluating a similar program needs to consider these two dimensions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Afiah Ardan
"Pendidikan merupakan aspek penting dalam mewujudkan kesejahteraan sosial, tetapi angka putus sekolah di Indonesia masih tinggi. Meskipun pemerintah telah menyediakan pendidikan kesetaraan, angka partisipasi sekolah untuk jenjang pendidikan kesetaraan usia 7 – 18 tahun masih tergolong rendah, begitu pula kemampuan literasi pada jenjang setara SMA. Kondisi ini mengindikasikan adanya persoalan dalam motivasi belajar siswa pendidikan kesetaraan mengingat motivasi belajar merupakan salah satu penentu utama yang menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa hak atas pendidikan belum terpenuhi secara utuh karena pendidikan tersedia, tetapi belum diakses secara bermakna, sehingga belum mampu mencapai tujuan utamanya sebagai sarana pemberdayaan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan efikasi diri dan dukungan sosial tutor dengan motivasi belajar siswa pendidikan kesetaraan prasejahtera di PKBM Pemimpin Anak Bangsa Tahun Ajaran 2024/2025. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif berjenis korelasional dengan teknik pengumpulan data survei melalui kuesioner dengan skala Likert lima tingkat. Variabel motivasi belajar diukur melalui dua dimensi, yaitu intrinsik dan ekstrinsik, menggunakan instrumen hasil konstruk peneliti berdasarkan konsep Uno. Kemudian, efikasi diri diukur melalui tiga dimensi, yakni tingkat kesulitan, generalitas, dan kekuatan, yang mengacu pada konsep dari Bandura. Sementara itu, dukungan sosial tutor diukur melalui empat dimensi, yaitu dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan instrumental, yang dikembangkan dengan merujuk pada konsep dari House. Seluruh instrumen telah melalui uji validitas dengan Pearson Product Moment dan uji reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha. Selanjutnya, pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama dua minggu pada awal Mei 2025 terhadap 76 siswa PKBM Pemimpin Anak Bangsa dengan teknik pengambilan sampel sensus. Kemudian, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan menggunakan kategorisasi rendah, sedang, dan tinggi serta bivariat dengan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Kendall’s tau-b. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 82,9% siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, 77,6% siswa memiliki efikasi diri yang tinggi, dan 65,8% merasa mendapatkan dukungan sosial tutor yang tinggi. Lebih lanjut, hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kekuatan hubungan cukup terhadap motivasi belajar dari nilai koefisien korelasi 0,419 dan angka signifikansi <0,001, sedangkan dukungan sosial tutor juga mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kekuatan hubungan cukup terhadap motivasi belajar dari nilai koefisien korelasi 0,329 dan angka signifikansi <0,001. Dengan demikian secara parsial, semakin tinggi efikasi diri siswa dan dukungan sosial dari tutor, maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa.

Education is essential for achieving social welfare, but school dropout rates in Indonesia remain high. Although the government provides equivalency education, school participation rates for students aged 7–18 in these programs remain low, as does literacy ability at the senior high school equivalency level. These conditions indicate a problem in student’s learning motivation, as learning motivation is a key factor in determining success in the learning process. This situation also suggests that the right to education has not been fully fulfilled, since education is available, but not accessed in a meaningful way. As a result, it has not yet achieved its essential purpose as a means of empowerment in realizing social welfare. This study aims to describe the relationship between selfefficacy and tutor social support with the learning motivation of underprivileged students enrolled in an equivalency education program at PKBM Pemimpin Anak Bangsa during the 2024/2025 academic year. The approach used in this study is quantitative with a correlational type, using a survey technique through a five-point Likert scale questionnaire. The variable of learning motivation was measured through two dimensions, intrinsic and extrinsic, using an instrument constructed by the researcher based on Uno’s concept. The variable of self-efficacy was measured through three dimensions, which include level/magnitude, generality, and strength, referring to the concept introduced by Bandura. Meanwhile, tutor social support was measured through four dimensions, namely emotional support, informational support, appraisal support, and instrumental support, which were developed based on House’s concept. All instruments in this study were tested for validity using the Pearson Product Moment and for reliability using Alpha Cronbach. Subsequently, data collection was conducted over a two-week period in early May 2025 involving 76 students from PKBM Pemimpin Anak Bangsa, using a census sampling technique. After that, the data were analyzed using univariate analysis through low, moderate, and high categorization, and bivariate analysis using cross-tabulation and Kendall’s tau-b correlation test. The univariate analysis showed that 82.9% of students had high learning motivation, 77.6% had high self-efficacy, and 65,8% perceived receiving high tutor social support. Furthermore, the results of the bivariate analysis indicate that self-efficacy has a positive and significant relationship with learning motivation, with a moderate correlation strength, as evidenced by a correlation coefficient of 0.419 and a significance level of p < 0.001. Similarly, tutor social support also shows a positive and significant relationship with learning motivation, with a moderate correlation strength, indicated by a correlation coefficient of 0.329 and a significance level of p < 0.001. Thus, partially, the higher the students self-efficacy and the greater the social support from tutors, the higher the students learning motivation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library