Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dirgantara Reksa Ginanjar
"Jurnal ini membahas bagaimana komunikasi antar budaya terjadi dalam menerjemahkan sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris oleh penerjemah asing. Dengan mempelajari Yayasan Lontar, penulis mencoba melihat bagaimana para penerjemah asing yang dimiliki Yayasan Lontar dapat menerjemahkan sebuah karya sastra tanpa hanya menerjemahkan secara harfiah, tapi juga menerjemahkan tanpa menghilangkan konteks sosial-politik-budaya yang melekat pada sebuah karya tersebut sebagai bentuk komunikasi budaya yang terjadi.

This article will explain will explain how intercultural communication occurs on the process of translating Indonesian literature into English. With Yayasan Lontar as a study-case subject, the writer wants to see how the foreign translator working for Yayasan Lontar could translate the literature not only words by words or sentence to sentence but also to translate it without losing the meaning of social-politics-culture that emerged in the literature as the process of intercultural communication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Jaya
"Terjemahan beranotasi adalah hasil terjemahan yang disertai anotasi atau pertanggungjawaban penerjemah atas padanan yang dipilihnya. Penerjemahan dan pembuatan anotasi melibatkan sejumlah teori, seperti metode, strategi, tahap, ideologi, dan etik penerjemahan yang harus dipilih atau dijalankan untuk menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan tujuan (skopos) penerjemahan. Metode semantis dan ideologi pengasingan menjiwai penerjemahan TSu. Metode semantis cocok digunakan karena TSu kaya akan istilah budaya unik yang harus dijelaskan. Ideologi pengasingan cocok digunakan untuk mempertahankan nuansa kerajaan Inggris zaman Tudor. Pengetahuan skematis yang besar tentang sejarah dan kebudayaan Inggris kuno diperlukan untuk dapat memahami TSu dan menemukan padanan yang tepat. Di dalam penerjemahan karya sastra, kemampuan menulis amat diperlukan untuk tidak hanya mengalihkan pesan, tetapi juga mempertahankan sifat puitis terjemahan.

An annotated translation is a translation supported by annotations or translator's commentary on the equivalents chosen. Translating and annotating processes require a set of theory, consisting of methods, strategies, procedures, ideology, and ethics of translation, which must be selected or applied to produce a translation based on certain translation goals (skopos). Semantic method and the ideology of foreignization are dominant throughout the translation process. Semantic method is chosen because the ST is full of culturally-bound expressions requiring sufficient explanations. Foreignization is chosen to emphasize the Tudor England setting. Substantial schematic knowledge is required to fully understand the ST and choose the most accurate equivalents. In translating a novel, a literary talent is essential for not only transferring the messages, but also preserving the poetic nature of the translation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cattleya Wahyu Pravitha
"Terjemahan beranotasi adalah terjemahan yang diberi catatan sebagai bentuk pertanggungjawaban penerjemah atas padanan yang dipilihnya. Bahan terjemahan beranotasi ini adalah dongeng. Banyak hal perlu dipertimbangkan bila mengingat pembaca sasarannya adalah anak-anak. Penerjemahan dilakukan dengan metode semantis agar unsur estetis TSu tetap muncul di dalam TSa dan metode komunikatif agar pembaca TSa tidak kesulitan memahami isi teks. Pelbagai kamus digunakan sebagai rujukan dan laman internet sebagai sumber informasi saat menerjemahkan. Permasalahan penerjemahan yang banyak ditemukan dalam penerjemahan dongeng ini adalah bahasa figuratif dan kata budaya. Berbagai prosedur penerjemahan diterapkan untuk memecahkan masalah yang ada dan unsur-unsur yang bermasalah dianotasi. Menerjemahkan untuk anak, yang berarti penerjemah harus memposisikan diri sebagai anak saat menerjemahkan, membuat penerjemahan dongeng ini menantang sekaligus memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan baru.

An annotated translation is a translation with a translator’s commentary on the chosen equivalence. This annotated translation uses a fairy tale as the source text. Various aspects should be considered because the target readers of the translation are children. While translating, semantic method is applied so that the esthetical element of the source text can be maintained. Communicative method is also applied to increase readability. Dictionaries and internet websites are used as information sources. Translation problems that were found during the translation process are figurative languages and cultural words. Various translation procedures are applied to solve the problems before they are annotated. Translating for children, which requires the translator to adopt a child’s point of view, gives some valuable experiences and new knowledge."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T38977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Jaya
"Skema budaya divergen SBD adalah himpunan pengetahuan yang terkait dengan berbagai unsur budaya yang diperlukan untuk memahami dan menafsirkan teks Cook, 1989; Seel, 2012; Mandler, 1984, yang diasumsikan dimiliki oleh pembaca sumber PSu tetapi tidak dimiliki oleh pembaca sasaran PSa Jaya, 2012. SBD adalah salah satu tantangan besar di dalam penerjemahan teks sastra karena sering kali ditampilkan secara padat di dalam teks sumber tanpa informasi yang memadai Newmark, 1988. Untuk menjembatani kesenjangan atau divergensi antara skemata PSu dan PSa, penerjemah menerapkan berbagai strategi Newmark, 1988; Baker, 1992 yang diasumsikan berada pada posisi ideologis tertentu Venuti, 1995. Penelitian ini memilih novel Dracula yang terdiri dari pasangan teks sumber TSu berbahasa Inggris dan teks sasaran TSa berbahasa Indonesia sebagai sumber data karena berlatar Eropa zaman victorian sehingga berpotensi mengandung banyak SBD. Penelitian ini berupa studi kasus Saldanha O rsquo;Brien, 2013, menerapkan ancangan kualitatif, dan termasuk wilayah kajian 'perbandingan antara terjemahan dan teks sumbernya. di dalam kajian penerjemahan Williams Chesterman, 2002. Satuan terjemah ber-SBD dipilih sebagai data dan dikategorikan ke dalam skemata atau subskemata berdasarkan kesamaan ciri skematis tertentu. Analisis data menghasilkan beberapa kategori temuan. Pertama adalah satuan analisis n = 758 yang dikelompokkan ke dalam berbagai skemata n = 21 dan subskemata n = 84. Kedua adalah berbagai jenis divergensi yang terkandung di dalam TSu n = 13. Ketiga alasan penerapan strategi berideologi domestikasi n = 16 dan pengasingan n = 12, beserta kelemahannya n = 20. Keempat adalah ideologi dominan penerjemahan satuan ber-SBD di dalam novel Dracula, yaitu domestikasi, dengan sejumlah alasan, seperti penghilangan masif, adaptasi alusi, penetralan dialek, pengawaman istilah teknis, dan penggantian citra metafora. Kelima adalah berbagai fenomena menarik yang terkait dengan pengalihan SBD n = 25, seperti ideologi berkadar tinggi atau rendah, perbedaan kadar divergensi di kalangan PSa, metafora berstrategi ganda, serta ldquo;pengasingan rdquo; dan ldquo;domestikasi rdquo; oleh penulis TSu. Penelitian ini menunjukkan kompleksitas penerapan strategi dan ideologi yang ditentukan oleh banyak faktor, seperti konteks narasi, relevansi wacana Jaya, 2015, batasan linguistis, divergensi TSu, atau skema PSa.

Divergent cultural schema DCS is a collection of knowledge related to various cultural features required to understand and interpret a text Cook, 1989; Seel, 2012; Mandler, 1984, which is assumed to be present in source readers SR but absent in target readers TR Jaya, 2012. DCS poses a particularly great challenge in literary text translation because it typically takes the form of a highly concise source text without any sufficient information Newmark, 1988. In order to bridge the schematic gap or divergence between SR and TR, the translator applied various strategies Newmark, 1988; Baker, 1992 which are assumed to occupy certain ideological positions Venuti, 1995. Bram Stoker rsquo;s Dracula, consisting of the original English source text ST and its Indonesian target text TT was chosen as data source due to its strong Victorian-European setting which contains many potential DCS. This case study Saldanha O'Brien, 2013 applies qualitative approach and falls into the area of 'comparison of translations and their source texts' within translation studies Williams Chesterman, 2002. Translation units with DCS were selected as data and categorized into appropriate schemata or subschemata on the basis of certain similarities in schematic characteristics. Data analysis generated several categories of results. The first is units of analysis n = 758 which are classified into various schemata n = 21 and subschemata n = 84. The second is various types of ST divergence n = 13. The third is the reasons for applying domesticating n = 16 or foreignizing n = 12 strategies, as well as their weaknesses n = 20. The fourth is domestication as the dominant ideology of the translation of units with DCS in Dracula, with its supporting arguments such as massive omissions, allusion adaptations, dialect neutralizations, technical term generalizations, and metaphorical image substitutions. The fifth is a number of interesting phenomena n = 25 which are related to the transfer of DCS such as high or low ideological levels, different levels of divergence among TR, metaphor with multiple strategies, and ldquo;foreignization rdquo; and ldquo;domestication rdquo; by ST writer. This research amply demonstrates the complexity of strategy applications and ideological positions which are dependent on many factors such as narrative context, discourse relevance Jaya, 2015, linguistic constraints, ST divergence, or TR schemata.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
D2530
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Eryadi Abdillah
"Penelitian ini termasuk dalam wilayah kajian penerjemahan dengan menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis diterapkan untuk mengetahui ideologi penerjemah pada terjemahan karya sastra. Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu novel Bumi Manusia sebagai TSu dan The Earth of Mankind sebagai TSa. Ideologi penerjemah yang ditemukan akan dibandingkan dengan ideologi penulis untuk mencari tahu persamaan dan perbedaannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan model komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penulis dan penerjemah memiliki ideologi yang sama, yakni ideologi sosialis. Sementara itu, terdapat perbedaan intensitas dari ideologi penulis dan penerjemah. Penerjemah memiliki pandangan yang lebih kuat terhadap kaum pribumi dan kaum Eropa yang dapat dilihat dari penekanan kata-kata mengenai kaum pribumi dan Eropa yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan TSu. Tidak ada makna yang bergeser antara TSu dan TSa, sehingga baik pembaca TSu maupun TSa dapat memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Namun, penekanan yang dilakukan oleh Max Lane dapat memberikan efek yang berbeda pada pembaca TSa dalam hal memandang kaum pribumi dan kaum Eropa.

The field of this study is translation studies by using a critical discourse analysis approach. Critical discourse analysis is applied to determine the ideology of the translator in the translation of literary works. This study uses two data sources, namely the novel Bumi Manusia as ST and The Earth of Mankind as TT. The translator's ideology that has been found will be compared with the author's ideology to find out their similarities and differences. This research is a descriptive qualitative research using a comparative model. The results of this study indicate that the author and translator have the same ideology, namely socialism. Meanwhile, there are differences in the intensity of the ideologies of author and translator. The translator has a stronger view towards the natives and the Europeans, which can be seen from the emphasis on the words about the natives and Europeans by the translator in translating the ST. There is no shift in meaning between ST and TT, hence both ST and TT readers can understand the intention of the author. However, the emphasis on words made by Max Lane can result in different impact on TT readers in viewing the natives and the Europeans."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library