Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nugroho Notosusanto
Jakarta: UI-Press, 1982
378 NUG m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Reti Intarti, editor
Jakarta: Rajawali, 2016
MK-Pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadlan
"Di era teknologi informasi ini, peningkatan keterampilan sumber daya manusia dalam menggunakan komputer di setiap organisasi harus selalu dilakukan secara berkesinambungan. Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tarakan merupakan salah satu organisasi publik yang bergerak dibidang kemanusiaan. Kondisi yang ada saat ini, Sumber Daya Manusia (SDM) PMI Kota Tarakan masih membutuhkan berbagai keterampilan dalam menggunakan komputer, khususnya terkait dengan aplikasi pengolah kata dan angka yang sederhana, terutama dalam membuat laporan dan berbagai jenis surat. Oleh karena itu, dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini diusulkan sebuah program pelatihan komputer untuk meningkatkan keterampilan SDM di PMI Kota Tarakan. Kegiatan dilakukan dengan metode training / pelatihan. Hasilnya, para peserta dapat mengikuti dengan baik setiap materi yang studi kasus yang diberikan. Bahkan, sebagian besar peserta berharap kegiatan serupa dapat dilakukan secara rutin. Ini karena besarnya manfaat yang diterima oleh peserta melalui aktivitas pelatihan tersebut."
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2020
600 JPM 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM). Universitas Darma Persada.
050 LPPM 3 (1994)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Driarbaningsih K.D.
"Sebagai pendahuluan, penulis menguraikanhubungan Marcel de_ngan eksistensialisme, suatu aliran filsafat yang berangkat dari gejala-gejala manusiawi yang konkret dan eksistensial; yang menyoroti masalah tidak secara rasional saja, melainkan juga se cara personal, yakni melibatkan seluruh aspek pribadinya. oleh karena itu is merasakan adanya kepincangan-kepincangan dalam cara berfilsafat selama masa yang ia alami sebagai siswa. Ia mengecam cara berfilsafat yang lebih mengutamakan teknik berpikir dari pada menyoroti masalah manusia dengan kemelutnya. Sebab itu berawal dari anti-Idealisme ia mengajukan berbagai keberatan terhadip 'isme' lainnya.Marcel berpendapat bahwa berfilsafat merupakan suatu cara dan usaha untuk mengerti hidup, karena minimal setiap manusia berfilsafat untuk dirinya sendiri, yang artinya ia selalu dalam situasi mencari makna dan hakekat hidupnya. Hidup ini suatu misteri, katanya. Bukan karena merupakan pertanyaan yang tidak terjawab, melainkan karena jawabannya terletak di dalam menjalani hidup itu sendiri.Untuk memahami filsafat Marcel, kita harus mengenal pribadinya dan sebaliknya untuk mengenal pribadinya kita harus memahami filsafatnya. Kaitan antara kedua unsur itu sangat eratnya, sehingga sesuai dengan wataknya, ia menuangkan inspirasinya melalui improvisasi dalam musik (piano), melalui drama untuk memunculkan situasi konkret serta melalui konsep filsafati sebagai ungkapan pen_dalarnan dan pengembangan penghayatan terhadap pengalaman nvata. Ketiga cara tersebut jelas menampakkan unsur keterlibatan atau partisipasi dalam tingkat-tingkat penyatuan (communion) dalam musik, tingkat komunikasi (commucication) dalam drama, serta tingkat kebersamaan (community) dalam konsep metafisisnya tentang berada..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S16127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Gunawan
Jakarta: Sinar Grafika, 1994
347.01 ILH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Astra (Public Relation Division),
079 ASMAG
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Ngabehi Mangunwijaya
"Menceritakan pengabdian Raden Ardaka, Jaka Madyana dan Jaka Mulyana yang sama-sama mengabdi pada satu orang. Akhir dari pengabdian mereka, ada yang mengarah ke perbuatan nistha, ada yang madya dan ada yang utama."
Weltevreden: Albrecht & Co., 1916
BKL.0582-PW 183
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Boangmanalu, Singkop Boas
"Sebutan Rusia sebagai "semi Asiatik", tetap merupakan teka-teki dan bersifat muskil. Barangkali inilah yang merupakan pertanyaan awal bagi pengenalan terhadap bangsa Rusia tentang paruh mana yang merupakan bagian integral dari Asia, dan paruh mana pula yang menjadi sisanya menjadi bagian dari Eropa adalah lanjutan dari teka-teki yang dimaksud. Teka-teki yang bersifat eksistensial ini secara lebih lugas dapat dirampat sebagai berikut : Aspek apa dari Rusia yang dibentuk oleh Asiatik dan aspek mana pula yang dibentuk oleh peradaban Eropa Barat?.
Kemuskilan pertanyaan tentang eksistensi bangsa Rusia dicoba jawab oleh sejarawan Rusia, Alexander Yanov dalam The Origin of Autocracy. Menurut Yanov, terhadap permasalahan ini, tidak ada jawaban yang pasti dan definitif. Yanov memulai dengan mengajukan suatu pertanyaan ontologik yang bersifat mendasar dan eksistensial : "Apakah Rusia? -- Asia atau Eropa? Pemimpin dunia belahan "Timur" atau orang luar bagi "Eropa"? Kita ini milik siapa? Dan, pada akhirnya, siapa sebenarnya kita bangsa "Scythian", atau bangsa "Eropa"? (Yanov, 1981: 27)
Kedudukan marginal Rusia.- sebagai yang berada antara Asia dan Eropa adalah kenyataan historis dan budaya. Konstatasi Rusia sebagai bangsa Scythian tertuang dalam naskah tua Rusia Povest" Yremennykh Let (Kisah Masa Lampau) yang ditulis pada awal abad XII.
Setiap suku bangsa Rusia (Slavia Timur) memelihara adat istiadat, hukum dan tradisi nenek moyang mereka dan tiap-tiap suku mempunyai watak sendiri. Mereka bersama-sama membentuk sejenis federasi. Mereka hidup damai satu dengan yang lainnya yang disebut oleh bangsa Yunani sebagai "Scythian Agung". Rusia asli terkait erat dengan Slavia Timur sebagai bangsa Scythian yang hidup dalam dunia steps" (Vernadsky, 1959 : 3).
Dunia stepe dalam kutipan ini, mengacu pada kultur bangsa Scythian seperti halnya suku Alan, nenek moyang bangsa Rusia yang hidup sebagai bangsa nomaden atau penunggang kuda. Menurut sejarawan Junani, Herodotus, tradisi menunggang kuda pada bangsa Scythian dapat dibuktikan dari basil ekskavasi arkeologi. Tatkala seorang raja Scythian mangkat makes satu tahun kemudian dilakukan suatu upacara magis dan mengorbankan lima puluh orang penunggang kuda yang tampan dan cekatan, tentu semuanya dari bangsa Scythian, dan lima puluh ekor kuda jantan gagah. Korban mitik ini ini dimaksudkan untuk mendampingi sang raja di alam kubur. Tradisi ini juga dijumpai pada bangsa Shaman Turki Altai pada abad XIX (Ibid, 1959: i8).
Dengan demikian, sebutan Scythian terhadap bangsa Rusia berasal dari rekaman sejarah nenek moyang Rusia yang membuktikan heuristik keterkaitan antara Rusia dengan dunia belahan Asiatik.
Selain pengaruh Asiatik, insipien budaya Rusia juga dibentuk oleh ortodoks Junani dari Bizantium. Sedangkan heuristik perkembangan insipien budaya yang dipengaruhi oleh Mongol adalah dalam bentuk despotisme ketimuran yang terdapat pada sosok penguasa Rusia dan dalam dalam bentuk "pomes tie". Sejarawan Rusia terkenal, Kljucevskij menegaskan, bahwa sistem "pomostie" mirip dengan watak kekuasaan sentralistik Mongol atau Golden Horde. Sementara George Vernadsky juga menandaskan bahwa periode Golden Horde selama dua setengah abad merupakan masa inkubasx sistem pomestie (Wittfogel, 1957: 223-224).
Sejarawan V. Soloviev dan N.V. Rasianovsky misalnya, secara tegas mengatakan, bahwa Golden Horde tidak banyak mempengaruhi Rusia. Rusia tetap dalam kondisi letargis budaya asli. Hanya beberapa sejarawan Rusia, termasuk seperti Pyazkov mengakui, bahwa pengaruh Mongol atau Golden Horde jelas terlihat terutama dalam bentuk sentralisme kekuasaan, dan watak kekuasaan despotik ketimuran yang torus berlanjut pada masa pemerintahan Rusia selanjutnya (Lentin, 1973: 90-92).
Kedudukan Rusia sebagai Asia atau Eropa melahirkan permasalahan dilematis dan eksistensial. Apabila dihadapkan dengan pilihan antara kekuasaan dan pemerintahan, maka jawaban menjadi sangat kompleks dan membingungkan. Kenyataan ini sulit dipungkiri terutama oleh orang Rusia sendiri.
Pilihan dilematis ini terwariskan pada Generasi Desembris dalam tradisi pemecahan permasalahan dilematis mengenai jati diri Rusia mencapai puncaknya pada pembrontakan Desembris yang gagal pada tahun 1825. Kenisbian pilihan kategoris ini memperlihatkan nisbah antara teori dan praxis yang dapat dirampat sebagai berikut. "Pada struktur politik apa negeri. Rusia berkiblat? Masuk "Despotik Asiatik" atau "absolutisms Eropa?" (Yanov, 1991: 27)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>