Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 318 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albertus Harsawibawa
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah memberikan insight atas sesuatu yang terjadi di dalam diri pengamat ketika ia berhadapan dengan sebuah Objek estetis. Kejadian itu disebut pengalaman estetis. Dengan menggunakan perspektif dan metode yang agak berbeda dengan pada umumnya, penelitian ini berhasil mendapatkan wawasan baru atas pengalaman estetis. Ada sejumlah pemikiran dari para filsuf besar mengenai pengalaman estetis: Pengalaman estetis merupakan pengalaman yang berbeda dengan pengalaman biasa (Dewey). Dalam kejadian itu subjek-pengamat mengalami keadaan yang "tidak wajar" (Aritstoteles, Aquinas dan Schoggnhnuer); di dalam dirinya terjadi perubahan tertentu dimana objek biasa rnenjadi objek estetis (Bullough). Dan semua itu dimungkinkan karena di dalam dirinya ada fakultas tertentu yang "menjelaskan" apa yang dihadapinya itu (Kant). Walaupun pengalaman estetis sifatnya sangat subjektif tetapi ia tidak dapat dilepaskan dari "dunia luar" (Beardsley). Itulah sebabnya untuk menghasilkannya objek harus dipandang sebagai sesuatu yang memiliki "wajah- wajah" tertentu (Aristoteleg, Aguinas, Q; dan QL), dan objek yang hadir di dalam diri kita dipandang secara virtual (Langer). Perspektif yang penulis gllilakan dalam penelitian ini adalah kesadaran - dalam hal ini adalah phenomenal consciousness. Dengan perspektif ini berhasil dikuaklah aspek terdalam dari pengalaman estetis; dengan sifamya yang menunjuk pada "what-it-is-like" dari sesuatu yang dialami oleh seseorang, ia berhasil menunjukkan bahwa pengalaman estetis memiliki segi-segi: unity, intensionalitas, struktur Gestalt, perbedaan antara the Centre dan the Periphery, mood, qualitativeness dan pleasurel unpleasure. Dengan menggunakan phenomenal consciousness sebagai perspektif maka dibutuhkanlah sebuah metode yang juga agak berbeda dari yang umum dikenal. Pandangan umum mengatakan bahwa Fenomenologi adalah metode yang paling pantas untuk menelaah pengalaman estetis, dan penelitian ini menunjukkan bahwa Fenomenologi memang mampu untuk menguak apa yang terjadi di dalam pengalaman estetis. Tetapi ia tidak berhasil menunjukkan bagaimana semua itu bisa terjadi. Untuk itu dibutuhkanlah Heterofenomenologi. Dengan Heterofenomenologi sebagai prinsip dan dibantu dalam tataran implementasi oleh "Model Teater" dari Baars (1997) berhasil ditunjukkanlah bahwa di dalam pengalaman estetis terdapat "titik berangkat" (berbicara mengenai proses "penangkapan" objek estelis), (berbicara mengenai realitas baru [di dalam diri pengamat] yang dihasilkan oleh objek estetis), "pemain di panggung" (berbicara mengenai sumber-sumber pengalaman estetis, yaitu: indera, ide, tatanan [cerita dan bunyi], imaji, pleasurel displeasure dan feeling), "sportlight of attention" (berbicara mengenai arah perhatian nada sam tink di dalam menghadapi objek estetis), "konteks di belakang panggung" (berbicara mengenai "dunia" dalam Fenomenologi), dan "penonton" (berbicara mengenai permainan hal-hal tertentu di otak pengamat dalam membangun pemahamannya mengenai objek esetis).
Depok: Universitas Indonesia, 2007
D1592
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haidar Bagir
Abstrak :
ABSTRAK
Minat penulis terhadap persoalan ini sesungguhnya bukan baru saja terbentuk. Sejak Iebih dari lima tahun yang Ialu, penulis bersama beberapa rekan telah mendirikan Pusat Pengembangan Tasawuf Positif llMaN. Sejak pertama kali dicanangkan, pusat ini memang memfokuskan perhatian pada pengembangan tasawuf-mistisisme Islam-yang di samping tidak antiaktivitas-duniawi, juga bersifat rasional dan memiliki apresiasi terhadap sains. Pelekatan kata ?positif" sebagai ajektif bagi kata ?tasawuf" memang dimaksudkan untuk menekankan aspek-aspek tersebut di atas seraya membedakannya dengan jenis tasawuf yang secara negatif menyangkai rasionalitas dan sains. Dalam rangka itu, tugas penulisan disertasi, sebagai persyaratan untuk meraih gelar doktor ini, penulis anggap sebagai wahana yang tepat untuk mengembangkan minat penulis itu ke tataran ilmiah yang Iebih tinggi.

Minat penulis juga didorong oleh kenyataan, sejauh pengetahuan penulis, bahwa selama ini belum ada studi khusus mengenai masalah ini, khususnya yang terkait dengan (perbandingan antara) pemikiran Mulia Shadra dan Heidegger yang menjadi fokus disertasi ini. Kalaupun selama ini sudah ada studi yang membandingkan antara pemikiran Mulia Shadra dan Heidegger, kesemuanya berfokus pada pembandingan aspek ontologis kedua filosof. Lebih dari itu, pemikiran Heidegger yang disoroti pun terbatas pada Heidegger awal. Fokus disertasi ini pada gagasan Heidegger tentang berpikir (thinking)-yang menandai pemikiran Heidegger Ianjut-ini kiranya sekaligus dapat mengkaji apa yang disebut- sebut sebagai ?pembelokan" (tuming)? yang disebut-sebut telah terjadi dalam pemikiran tokoh ini di masa-masa yang Iebih belakangan dalam hidupnya.

Rumusan Masalah
Disertasi ini secara khusus akan menyoroti persoalan pengalaman mistis dilihat dari sudut pandang epistemologi Mulia Shadra untuk kemudian dibandingkan dengan hal yang sama dalam gagasan Heidegger tentang berpikir (denken).
Seperti akan diungkapkan dalam subbab konsep-konsep dasar di bawah ini, ada cukup bahan yang menunjukkan betapa pemikiran Mulia Shadra dan Heidegger, yang terpisah oleh dua budaya yang berbeda dan masa yang merentang sepanjang lebih dari tiga abad itu, terdapat cukup butir-butir mendasar yang bisa diperbandingkan. Selain dari ontologi keduanya yang sama-sama memajukan kajian atas ada (being atau wujud) sebagai poros filsafat, dalam aspek epistemologi pun tergambar jelas adanya kesejajaran-kesejajaran mendasar. Yakni, sifatnya yang bukan saja mentransendensikan pendekatan diskursif-analitis, melainkan malah mengandalkan pada metode iluminatif, kalau tak malah sepenuhnya mistis. Facia Mulia Shadra, hal ini mengambil bentuk teorinya tentang pengetahuan presensial, sedangkan pada Heidegger pada gagasannya tentang berpikir (denken) yang memujikan pemahaman poetik.

Beberapa pertanyaan kunci yang hendak dijawab dalam penelitian disertasi ini adalah:
1. Mungkinkah menjelaskan pengalaman mistis, yang biasanya dianggap tidak terperikan, melalui bahasa dan aturan-aturan berpikir yang bisa diverifikasi secara publik, khususnya dalam kerangka epistemologi Mulia Shadra dan gagasan Heidegger tentang berpikir; dan, jika bisa, seperti apa bentuknya?
2. Adakah kemungkinan bagi alternatif metode perolehan pengetahuan yang bersifat mistis?
3. Adakah sifat-sifat atau unsur-unsur mistis dalam pemikiran Heidegger, khususnya yang kemudian?
4. Apa sajakah kesejalanan-kesejalanan dan perbedaan-perbedaan antara epistemologi mistis Mulla Shadra dan gagasan Heidegger tentang berpikir?

Tujuan Penelitian
1. Melanjutkan kajian intelektual tentang hakikat pengalaman mistis yang, betapapun juga, dirasakan masih sangat kurang-sekaligus mengkaji kemungkinan alternatif metode perolehan pengetahuan (knowledge acquisition) yang bersifat mistis, melalui penelitian atas epistemologi Mulia Shadra dan gagasan Heidegger tentang berpikir.
2. Menggali Iebih jauh sifat mistis pemikiran Heidegger.
3. Mencari titik-titik kesejalanan dan juga perbedaan antara epistemologi mistis Mulia Shadra dan gagasan Heidegger tentang berpikir.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Memperkaya upaya-upaya dialog antara pamikiran Barat dan Timur, khususnya islam.
2. Mendukung upaya pengembangan spiritualisme atau mistisisme yang menghargai rasionalitas dan, dengan demikian, membantu mencegah penyalahgunaannya oleh para pseudomistik untuk membodohi masyarakat yang mengikutinya.
3. Khusus dalam hubungannya dengan kajian atas gagasan Heidegger tentang berpikir yang bersifat poetik, memperkaya bahan-bahan bagi analisis Iiterer (kesusastraan) terhadap karya-karya sastra-baik yang nyata-nyata mengambil bentuk puisi maupun prosa-yang menggunakan bahasa-bahasa yang benar-benar bersifat poetik- imajinatif dan nonproposisional, yang menandai banyak di antara karya-karya sastra modern dan pascamodern.
2004
D650
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F Jenny Renita P.
Abstrak :
Sinetron-sinetron bercirikan kemewahan dan menonjolkan gaya kelas atas masyarakat urban sempat mewarnai wajah televisi-televisi swasta di Indonesia dan menduduki rating tinggi berdasarkan survei AC Nielsen. Namun kini, wajah pertelevisian itu berubah dengan maraknya sinetron bernuansa religius Islami, yang juga terbukti mampu menduduki rating tinggi. Salah satu pelopornya adalah sinetron lepas Rahasia Ilahi di TPI yang menjadi kajian penelitian ini. Penulis tertarik untuk mengangkat sinetron ini karena ide ceritanya berasal dari kisah-kisah nyata yang merupakan aib seseorang, serta adanya pergeseran minat penonton Indonesia ke tayangan religius Islami. Episode "Jenasah Penuh Belatung" merupakan unit observasi penelitian ini karena satu minggu setelah penayangannya langsung menduduki peringkat pertama survei AC Nielsen, yaitu pada minggu ke-0507 (6 Februari-12 Februari 2005). TPI yang menjadi stasiun penayang juga berhasil menggeser posisi puncak televisi-televisi swasta lain dan menduduki peringkat pertama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji representasi komodifikasi pengalaman-pengalaman pribadi individu yang dikemas dalam sinetron Rahasia Ilahi. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis untuk melihat representasi komodifikasi pengalaman-pengalaman pribadi individu yang dikemas dalam sinetron Rahasia Ilahi. Sinetron Rahasia Ilahi episode "Jenasah Penuh Belatung" mengangkat kisah sebuah keluarga muslim yang ditinggal mati oleh sang kepala keluarga. Namun, isak tangis dan suasana duka di keluarga ini semakin bertambah karena menyaksikan berbagai hambatan dalam proses penguburan dan kejadian-kejadian aneh selama proses pemandian jenasah. Tujuan ditayangkannya sinetron ini adalah untuk memberi pelajaran moral agar manusia tidak melanggar ajaran-ajaran Allah. Jika dilanggar, maka mereka akan menerima azabNya. Terlebih lagi dengan kejadiankejadian aneh, seperti keluarnya belatung dari mulut jenasah, bisa menimbulkan efek psikologis takut pada penonton, hingga akhirnya mereka tidak berani berbuat seperti yang dilakukan tokoh utama. Di sini terlihat betapa kuatnya kemampuan audio visual televisi untuk mempengaruhi sikap khalayak agar berbuat seperti yang mereka harapkan. Namun, menurut ajaran Islam, jelas dikatakan bahwa menyebarkan aib seseorang adalah perbuatan dosa. Jadi, meski bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada penonton, tetap terbukti bahwa televisi telah menjadikan aib tersebut sebagai komoditas demi mendapat keuntungan. Analisis wacana kritis yang digunakan adalah metode analisis Norman Fairclough yang mengaitkan analisis level teks dengan analisis discourse practice dan sosiocultural practice. Pada tingkat teks digunakan metode analisis semiotika dari Saussure untuk melihat tanda-tanda dan makna yang menggambarkan penyebab dan akibat perbuatan buruk tokoh utama. Analisis level discourse practice menjelaskan kaitan antara faktor produksi teks dan konsumsi teks. Pada tingkat produksi, penulis mewawancarai produser pelaksana PT KEP Media, sedangkan pada konsumsi teks wawancara mendalam dengan empat orang informan (dua muslim, satu Katolik, dan satu Kristen Protestan). Dalam level sosiocultural practice, analisis dilakukan dengan melihat perkembangan industri televisi di Indonesia dan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia yang tergolong mayoritas pemeluk agama Islam dalam menanggapi perkembangan sinetron religiusitas yang sedang marak saat ini. Dari seluruh analisis ini, penulis menyimpulkan bahwa sinetron Rahasia Ilahi merupakan salah satu contoh tayangan yang dimanfaatkan oleh televisi untuk melakukan komodifikasi kisah nyata yang merupakan aib seseorang melalui kekuatan audio visualnya. Kesimpulan ini Iebih dipertegas lagi dari hasil analisis order of discourse bahwa adeganadegan dalam sinetron ini dimulai dari adegan klimaks berupa aib tokoh utama, kemudian konflik-konflik, dan berakhir dengan antiklimaks. Ini membuktikan bahwa, selain sebagai media komunikasi, televisi juga sekaligus industri bisnis yang mencari keuntungan dengan memanfaatkan khalayak sebagai salah satu faktor penentu isi media. ...... Sinetrons—Indonesian TV dramas—that depict luxuriousness and demonstrate the upper class life style of urban people once dominate the screens of private television stations all over Indonesia and occupy high ratings according to a survey conducted by AC Nielsen. But currently we are watching a new phenomenon: the mushrooming of Islamic religious sinetrons, that are proven to have the capability to reach high ratings as well. One of the pioneers is a sinetron entitled Rahasia Ilahi aired on TPI, which becomes the object of analysis on this research. Writer is interested to analyze this sinetron based on the reasons that the story ideas are derived from true stories, which disgrace the people concerned and this sinetron shows a shift in the interest of Indonesian TV viewers into Islamic religious programs. An episode entitled "Jenasah Penuh Belatung" is the observation unit of this research because one week after its airing, it went immediately to the first rank of AC Nielsen's survey, on the 0507th week (February 6th-February 12th 2005). TPI as the broadcaster TV station also managed to move other TV stations' top position and became number one. The objection of this research is to discuss comodification of individual personal experience that is wrapped in Rahasia Ilahi. This research uses critical discourse analysis to see the representation of comodification of individual personal experience that is wrapped in Rahasia Ilahi. An episode of Rahasia Ilahi called "Jenasah Penuh Belatung" tells the tale of a muslim family whose chief—the father and husband—dies. The grievance and tears of this family get worse when they witness many obstacles that occur during the burial ceremony and bizzare happenings during the process of showering the corpse. The aim of airing this sinetron is to give moral lessons for human not to contravene Allah's doctrines. When they are violated, people will receive His punishment. Added with odd incidents, such as maggots coming out of the corpse's mouth, that evoke fearful psychological effects to the audience, it tries to convince the viewers to not do things that the main character in the sinetron does. In this case, we can see how strong televion's audio visual ability in affecting people's attitude the way they expect. But however, according to Islam's dogma, it is a sin to spread other people's shame. So, eventhough it carries noble purpose, that is to deliver moral values to the audience, it's proven that television have made the disgrace as a commodity to earn profits. The critical discourse analysis used is Norman Fairclough's analysis that correlates text level analysis with discourse practice analysis and sociocultural practice. On the text level, writer use semiotic analytical method from Saussure to see signs and meanings that describe the causes and the aftermaths of the main character's misconduct. Discourse practice level analysis explains the relation between the factor of text production and text consumption. On the production level, writer interviewed the managing producer of PT KEP Media, while on text consumption, writer provides in depth interviews with four informants (two muslims, satu Catholic, and one Christian). On sosiocultural practice level, the analysis is conducted by observing the development of television industry in Indonesia and the social and cultural condition of Indonesian people— majority of Muslims—in responding the recent development of the now popular and ubiquitous religious sinetrons. From all of these analyses, writer concludes that Rahasia Ilahi is one of the many examples of programs that are utilized by television to make comodification of real stories that disgrace the people concerned through their audio visual strength. This conclusion gets more emphasis from the result of order of discourse analysis that shows that the scenes in this sinetron are always opened with a climax scene that shows the main character's disgrace and then proceeded with conflicts and ended with anticlimax. It proves that, besides holding a role as a communication media, television also shows its character as a part of business industry that seeks for profits by making use of people—their audience—as one of the determinating factors of media contents.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Andi
Abstrak :
Dalam penelitian ini pelulis akan membandingkan hubungan antara pengalaman pelayanan dengan pembelian ulang serta tipe perbedaan antara Department Store dengan Hypermarket dalam meningkatkan pembelian ulang yang dilakukan oleh pelangan. Elemen yang menjadi bahan pembahasan adalah mengenai Satisfaction, Repatronage Intention, Value Of Money, Emotional Response , Servicescape, Employee Service dan Core Service. Pada penelitian ini proses pengumpulan data menggunakan metode survei melalui kuisioner terstruktur yang dibagikan kepada pelanggan Giant Hypermarket dan Centro Departement Store. Structural Equation Model (SEM) adalah metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesa, dimana berdasarkan hasil analisa penulis merekomendasikan Giant Hypermarket untuk lebih fokus terhadap Value Of Money dan harus meningkatkan pelatihan karyawan untuk meningkatkan Employee Service. Sedangkan bagi Centro Departement Store disarankan untuk lebih fokus pada Emosional Response dan Value Of Money dan menyadari sepenuhnya mengenai Core Service pada Department Store. ......This paper will compare the relation between the service experience on repatronage intention and the type of difference between hypermarkets and department stores in increasing repeat purchase made by the customers. Subject discussion is on satisfaction, repatronage intention, value of money, emotional response, servicespace, employee service and core service. Data collection process used survey method through structured questionnaires which were distributed to customer Giant Hypermarket and Centro Department Store. Structural Equation Model (SEM) is (statistical method) used to test the hypothesis, which is based on the final result analysis. Writer suggest Giant Hypermarket should pay more attention on value of money and improve training of their employees to increase employee service. Whereas Centro department should focus more on emotional response and value of money and be more aware about department store core service.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isnah Ariyanti
Abstrak :
Pasien ESRD yang menjalani hemodialisis merupakan kelompok yang rentan terkena infeksi di masa pandemi ini. Ketika pasien terkonfirmasi COVID-19, pasien harus menjalani isolasi dan hemodialisis di unit khusus COVID-19. Akan muncul berbagai respon dan dampak bagi pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang pengalaman pasien yang menjalani hemodialisis dan terkonfrimasi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan metode wawancara mendalam. Partisipan berjumlah 15 orang dari RS Universitas Hasanuddin yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Terdapat 5 tema yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu respon emosi saat terkonfirmasi COVID-19, dampak yang dialami pasien saat terkonfirmasi COVID-19 dan menjalani isolasi, perbedaan yang dialami saat menjalani isolasi dan HD COVID-19, support system dan harapan terhadap ruang perawatan isolasi dan HD COVID-19. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis dan terkonfirmasi COVID-19 memerlukan bantuan dan dukungan dari penyedia layanan kesehatan di unit hemodialisis khususnya unit hemodialisis khusus COVID-19 untuk mengatasi berbagai masalah dan dampak akibat terkonfirmasi. Perawat perlu berperan aktif untuk melakukan pengkajian secara holistik dan evaluasi secara terus menerus dan berkelanjutan agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam memenuhi kebutuhan pasien ......Hemodialysis patients were a susceptible group to get infection during pandemic. When a patient was confirmed COVID-19, the patient must undergo isolation and hemodialysis in a special COVID-19 unit. There would be various responses and impacts for the patient. The purpose of this study was to explore in depth the experiences of patients undergoing hemodialysis and confirmed COVID-19. This study used a phenomenological approach with in-depth interviews. There were 15 participants from Hasanuddin University Hospital who were selected through purposive sampling technique. There are 5 themes generated in this study, emotional responses when confirmed COVID-19, the impact experienced by patients when confirmed COVID-19 and undergoing isolation, differences experienced when undergoing isolation and HD COVID-19, support system and expectations for the isolation room.and HD COVID-19. These findings indicate that patients undergoing hemodialysis and confirmed COVID-19 require assistance and support from health care providers in the hemodialysis unit, especially in the COVID-19 hemodialysis unit for to overcome various problems and impacts of being confirmed. Nurses need to play an active role in conducting holistic assessments and evaluations continuously in order to provide comprehensive nursing care in meeting patient needs.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thianti Sylviningrum
Abstrak :
Ketrampilan komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter. Kemampuan mahasiswa mencapai ketrampilan komunikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah karakteristik (usia, suku dan jenis kelamin) dan keaktifan pengalaman berorganisasi. Hasil penelitian dari faktor-faktor tersebut bervariasi berdasarkan situasi dan kondisi di tempat penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keaktifan pengalaman berorganisasi dengan ketrampilan komunikasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jendcral Soedinnan ( FK Unsoed). Penelitian dilakukan secara cross-sectional sejak Mei sampai Agustus 2007 di FK Unsoed.Ketrampilan komunikasi mahasiswa dinilai oleh dosen yang sudah mengikuti pelatihan dengan mengisi kuesioner modifikasi dari The Harvard Medical School Communication Skill Tool. Mahasiswa semester empat FK UNSOED menjadi subyek penelitian ini dan melengkapi kuesioner data-data karakteristik (usia,jenis kelamin, suku) dan keaktifan pengalaman berorganisasi. Sejumlah 82 dari 91 mahasiswa semester IV FK Unsoed menjadi sampel penelitian ini.Sebagian besar mahasiswa berusia 19 tahun (42,68%) dan 20 tahun (43,90%}, jenis kelamin perempuan (67,07%), bersuku Jawa (70,73%) dan keaktifan pengalaman berorganisasi tinggi (54,88%). Prevalensi mahasiswa dengan ketrampilan komunikasi baik sebesar 78,05%. Analisis statistik regresi eox menunjukkan mahasiswa dengan aktif pengalaman berorganisasi memiliki ketrampilan komunikasi lebih baik (Hazard Ratio=2.8l,95%CI=l.48~5.35, P=0.002) yang berarti dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki pengalaman berorganisasi pasif; mahasiswa dengan pengalaman berorganisasi aktif memiliki ketrampilan komunikasi hampir tiga kali lebih baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mahasiswa FK Unsoed dengan aktif pengalaman berorganisasi memiliki ketrampilan komunikasi lebih baik dari pada mahasiswa dengan pengalaman berorganisasi pasif.
Communication skills are part of doctor's competencies. Students communication skills are influenced by many factors, namely students characteristics and participation in organizational experiences. Another research on factors that influence communication skills results vary according to the situation and condition where the research took place. The research was aimed to confirm the relationship between participation in organizational experiences with communication skills among medical faculty students. A cross sectional study has been conducted from May to August 2007 in Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Students communication skills were assessed by trained teachers through filled in a modification questionnaire based on The Harvard Medical School Communication Skill Tool. Fourth semester Unsoed medical faculty students were participated in the research and completed questionnaires about organizational participation and students? characteristics (age, gender, ethnicity). From 91 students, 82 students involved in this study. Most of students were 20-year-old (43.9%), female (67.l%), Javanese (70.7%) and participated actively in organizational experience (53.7%). The prevalence of the students with good communication skills was 78.l%. Cox regression statistical analysis showed active participation in organizational experiences had better communication skills (Hazard Ratio=2.8l, 95%Cl=I.48-5.35, P=0.002) which means that compared to students with passive participation in organizational experiences, students with active participation had almost three times better communication skills. Students with active organizational experience had better communication skills than students with passive participation in organizational experiences.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T33070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharsono
Abstrak :
Penelitian ini berangkat dari fenomena tindakan pelanggaran yang seakan-akan dianggap sebagai tindakan yang ?wajar". Berbagai tindakan pelanggaran ada kesan tidak dinilai sebagai tindakan yang buruk, tercela, tidak pantas, tidak terpuji dan melanggar moral. Dari sisi pelaku, mereika tidak merasa malu dan bersalah dengan tindakan pelanggaran yang dilakukan. Rasa malu dan bersalah adalah emosi moral, emosi kesadaran diri, dan emosi sosial. Kedua emosi malu dan bersalah berkaitan erat dengan sistem niiai dan norma yang hidup, diyakini, ditekankan, dan diidealkan dalam suatu kelompok sosiai tertentu. Proses munculnya kedua emosi malu dan bersalah terjadi dalam konteks sosial dan berawal ketika individu terlibat dalam suatu episode. Dalam episode tersebut, Individu melakukan proses appraisal terhadap kepentingan personal yang hendak diwujudkan. Proses appraisal berkaitan denganupaya individu mendapatkan makna personal, yakni menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosiol culturalnya Subyek yang terlibat dalam peneiitian ini adalah 10 dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan berlatarbelakang etnis Jawa. Latar belangkang etnis Jawa sengaja diambil karena jumlah mereka yang paling besar dibandingkan etnis lain yang ada di Indonesia. Orang-orang Jawa tersebar dan mendiami di berbagai wilayah Indonesia, yakni dari Sabang sampai Merauke. Sebagai suku yang besar dan tinggal di berbagai wilayah, muncul gejala bahwa kebudayaan Jawa dijadikan acuan perilaku sebagian besar masyarakat Indonesia, seperti "ewuh-pakewuh", "sungkan?, tidak berani bertenisterang dalam berbicara, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan metodc fenomenologi, yakni berangkat dari pengalaman langsung yang pernah dialami subyek berkaitan dengan berbagai episode yang dinilai dan dievaluasi memicu malu dan bersalah. Pengalaman-ecngalaman personal malu dan bersalah diperoleh melalui wawancara terbuka dan mendalam. Tujuan wawancara adalah memperoleh gambaran mengenai episode malu dan bersalah Episode yang dinilai memicu rasa malu dan bersalah dianalisis untuk mengidentifikasi tema episode. Tema episode adalah ini kejadian yang dinilai dan dievaluasi memicu rasa malu dan bersalah. Rasa malu dan bersalah yang dialami dideskripsikan melalui pengalaman fenomenologis atau perasaan subyektif kecenderungan tindakan, respons fisik, dan karateristik audience. Interpretasi dilakukan untuk mengidentifikasi standar diri ideal dan standar moral perilaku yang diyakini. Interpretasi dilakukan dengan berdasarkan pada sistem nilai dan norma budaya Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua emosi malu dan bersalah masih tetap dialami oleh individu-individu yang berlatarbelangkang etnis Jawa (khususnya beberapa dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini). Kedua emosi malu dan bersalah masih tetap berfungsi dan memainkan peran penting dalam kehidupan individu. Episode yang dinilai dan dievaluasi penuh dengan muatan emosi malu dan bersalah adalah suatu episode yang didalamnya individu berkepentingan menjaga dan mempertahankan suasana rukun dan saling menghormati. Jadi emosi malu dan bersalah dialami ketika dalam suatu interaksi sosial, seseorang gagal menampilkan diri dan melakukan suatu tindakan yang tidak mengekspresikan "prinsip rukun" dan ?prinsip hormat". Rukun adalah suatu situasi yang menuntut setiap individu bersikap dan bertindak sedemikian rupa schingga tidak sampai menimbulkan konflik. Homat adalah suatu tuntutan agar setiap individu dalam berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap hormat dan menghargai orang lain, sesuai dengan derajad dan kedudukannya. Pungsi dan peran panting yang dimainkan oleh emosi malu dan bersalah adalah membantu individu mempertahankan standar diri ideal dan membantu dalam memberikan perhatian penuh terhadap standar moral perilaku Standar diri ideal dan standar moral perilaku yang diyakini adalah berorientasi pada status dan peran, mengedepankan tugas dan kewajiban. Ukuran keberhasilan dalam menampilkan standar diri ideal dan melakukan tindakan sesuai dengan standar moral perilaku yang diyakini adalah terciptanya suasana kehidupan sosial yang selaras dan harmoni Jadi keselarasan sosial yang tercipta mengarah ke upaya mencegah konflik terbuka. Dengan kata lain, orientasi tindakan bukan kearah prinsip-prinsip atau nilai-nilai moral, seperti; kejujuran, keadilan, kebenaran, dan lain sebagainya. Ini berarti, suatu tindakan itu meskipun disadari melanggar nilai moral, apabila mampu diatur sedemikian rupa sehingga tidak memicu konflik atau keselaran masih terjaga, maka individu yang bersangkutan tidak akan merasa malu atau bersalah Dengan kata lain, tindakan pelanggaran tidak akan memicu rasa malu dan bersalah apabila orang lain juga melakukan tindakan yang sama.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Reknoningsih
Abstrak :
Pasien pasung yang dirawat di RSJ dan dikembalikan kepada keluarga masih mengalami pemasungan ulang. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan pengalaman keluarga dalam merawat pasien paska pasung, menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengambilan partisipan menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi caregiver yang mempunyai anggota keluarga pernah dipasung sebelum dirawat di RSJ dan pernah atau sedang mengalami pemasungan ulang, mampu berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi partisipan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan menggunakan catatan lapangan terhadap tujuh partisipan. Hasil wawancara dianalisa dengan menggunakan langkah analisa Creswell dan ditemukan 5 tema sebagai hasil penelitian. Tema-tema yang dihasilkan adalah kelelahan fisik dan pergolakan emosi keluarga sebagai dampak merawat, kesulitan keluarga dalam manajemen beban, perilaku agresif sebagai alasan pemasungan ulang, bentuk dukungan internal dan eksternal pada keluarga dalam merawat dan peningkatan pemahaman spiritualitas keluarga sebagai hikmah merawat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa keluarga pasien paska pasung mengalami beban emosional dan kelelahan fisik yang menjadi alasan terjadinya pemasungan ulang. Rekomendasi dari penelitian ini diharapkan perawat jiwa mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa di masyarakat dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang cara menangani pasien gangguan jiwa dengan perilaku agresif sehingga mencegah terjadinya perilaku pemasungan oleh keluarga. ......The seclusion or restraint’s client will send home to their family was experienced re restraint or re seclusion. The aim of this study is to elaborate the family’s experience in caring for the client with seclusion or restraint through the qualitative study with the phenomenology approach. The sampling technique is purposive sampling with inclusion criteria are the caregiver who has a family member with the experience of being restraint or seclusion before hospitalized, had been restraint, being restraint or being re restraint, and being able to communicate well and being ready to be respondent. Data collecting had been applied the deep interview and observation for 7 (seven) participants. Moreover, the result was analyzed by using the Creswell analyzing step. There were 5 (five) themes which had been found in this study comprising physical exhausted and emotional distress resulting from the caring for the seclusion client, family difficulties due to the burden management, aggressive behavior as a result of the re restraint or re seclusion, the internal and external support system in caring for the client and increasing the family’s spiritual understanding resulting from the notion of care. The findings show that the family have emotional burden and physical exhausted as the reason of re restraint (seclusion). This study has suggested that psychiatric nursing may develop a mental nurse psychiatric nursing services in the community by providing health education on how to manage the aggressive behavior of the client with mental disorder in order to prevent re restraint (seclusion).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubalawony, Fransina
Abstrak :
Perilaku kekerasan dalam rumah tangga KDRT selalu yang menjadi korban adalah perempuan yang berperan sebgai ibu rumah tangga. Peluang terjadi KDRT masih sangat banyak di Indonesia karena tradisi adat ketimuran yang masih memandang laki-laki selalu dinomorsatukan dari perempuan terutama di Maluku. Fenomen yang masih banyak terjadi kejadian KDRT sampai saat ini masih belum ada perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat untuk mencegah ataupun menangani masalah KDRT, oleh karena masih dianggab persoalan pribadi rumah tangga itu sendiri. Dampak KDRT yang dirasakan bukan hanya secara fisik namun juga secara psikis, dan hal ini tidak hanya terjadi kepada perempuan sebagai ibu rumah tangga tetapi juga berdaampak terhadap psikologis anak.. Perempuan yang mengalami KDRT hanya menerima kondisi sebagai korban tanpa ada keingian untuk melawan perilaku suami yang melakukan KDRT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplor lebih dalam tentang pengalaman perempuan yang mengalami KDRT di Maluku. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pada partisipan ke delapan data yang didapatkan telah mmenunjukan saturasi. Hasil penelitian ini didapatkan ada lima tema yaitu, perubahan kondisi suami, Perubahan konsep diri perempuan yang mengalami KDRT, Emosi negatif anak terhadap perilaku KDRT ayah, Kekerasan fisik dan psikis mendominasi bentuk KDRT suami, dan Penguatan potensi diri dalam menghadapi kondisi suami. Hasil penelitian merekomendasikan untuk perawat jiwa sebagai konselor para perempuan yang mengalami KDRT dalam tahap pemulihan untuk meningkatkan kesehatan mental masyarakat. Kata kunci: KDRT, Pengalaman perempuan. ......Victim's women of Intimate Partner violences IPV is always the victim is a woman of housewife. Opportunities occur domestic violence is still very much in Indonesia, because of the traditional customs of eastern who still look at men always priority of women. especially in Maluku. The impact of domestic violence that is perceived not only physically but also psychic, And this is not only happening to women as housewives but also have the impact against psychological child. Women who experience domestic violence only accept the conditions as a victim without any desire to fight the behavior of a husband who did domestic violence, let alone to report to the officer berwewennang because Afraid of being held open family disgrace. The purpose of this study is to explore more deeply about the experience of women who experience domestic violence in Maluku. This research uses qualitative method with phenomenology approach. In the eight participants the data obtained had maturity saturation. The results of this study found there are five themes namely, changes in the condition of the husband, Changes in self concept of women who experience domestic violence, negative emotions of children against the behavior of domestic violence, physical and psychological violence dominates the form of domestic violence, and strengthening the potential of self in the face of husband 39 s condition. The results recommend for nurses as counselors of women who experience domestic violence in the recovery phase to improve the mental health of the community. Keywords IPV, women experience,
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrida Hanum
Abstrak :
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi utama bagi bayi baru lahir hingga usia minimal enam bulan. Pemberian ASI di awal kehidupan mampu meningkatkan tumbuh kembang, psikologis, dan imunitas bayi. World Health Organization menyatakan bahwa seluruh bayi, termasuk bayi prematur yang dirawat, harus diberikan ASI. Kondisi fisiologis bayi prematur serta lingkungan seringkali menyebabkan kesulitan dalam pemberian ASI dan ditambah dengan masa pandemi COVID-19. Pandemi menyebabkan layanan BFHI terganggu dan terjadi perubahan regulasi sebagai tindakan pencegahan dan perlindungan bagi bayi sakit. Proses pencapaian peran sebagai seorang ibu dikhawatirkan dipengaruhi oleh hal ini. Penting bagi ibu untuk tetap merasa dihargai dan diakui sebagai pengasuh utama dalam kehidupan bayinya. Penelitian ini dilakukan untuk menggali makna yang dalam terhadap pengalaman ibu dalam menyusui bayi prematur saat dirawat di ruang Perinatologi pada masa pandemi COVID-19. Desain kualitatif fenomenologi digunakan pada penelitian ini untuk melihat makna dari pengalaman sebelas ibu sebagai partisipan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan proses perekaman yang dilanjutkan dengan membuat verbatim. Verbatim diolah menggunakan protokol Moustakas hingga dihasilkan tiga tema. Tiga tema tersebut meliputi: (1) Pandemi membuat saya sulit bertemu bayi, (2) Menyusui itu tidak mudah, dan (3) Saya pemerah ASI. Pengalaman menyusui ibu yang memiliki bayi prematur dan harus dirawat di Perinatologi pada masa pandemi penuh dengan tantangan dan keterbatasan dukungan. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan telaah ulang terhadap peraturan yang saat ini berlaku kemudian para staf diberikan pendidikan laktasi berkelanjutan agar mampu menyampaikan informasi kepada ibu dengan bayi prematur. Edukasi berbasis teknologi juga disarankan untuk mendukung ketercapaian informasi kepada para ibu. ......Mother's Milk is the main source of nutrition for newborns up to six months of age. Breastfeeding in early life can improve the growth, psychology, and immunity of babies. The World Health Organization states that all infants, including premature infants, should be breastfed. The physiological condition of premature babies, the environment, and the COVID-19 pandemic can causes difficulties in breastfeeding. The pandemic caused BFHI to be disrupted and regulatory changes took place as a precaution and protection premature babies. The process of motherhood is influenced by this. It is important for the mother to feel valued and recognized as the primary caregiver in her baby's life. This study was conducted to explore the meaning of mothers’ experience in breastfeeding premature babies while being treated in the Perinatology room during the COVID-19 pandemic. The qualitative phenomenological design used in this study was described the meaning of eleven mothers’ experiences as participants. In-depth interviews were recorded and transcribed verbatim. Verbatim was processed using the Moustakas protocol and three themes were identified. The three themes include: (1) The pandemic has made it difficult for me to meet babies, (2) Breastfeeding is not easy, and (3) I am a milk expressions’ mother The breastfeeding experience of having a premature baby and having to be cared for in a Perinatology during a pandemic is full of challenges and limited support. The results of this study recommend that a review of the current regulations be carried out and then the staff should be given continuing lactation education in order to convey information to mothers with premature babies. Technology-based education is also recommended to support the achievement of information to mothers
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>