Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isna Arifah Rahmawati
"Latar belakang: Infeksi HIV pada anak masih menjadi beban masalah kesehatan di Indonesia. Kualitas hidup anak terinfeksi HIV lebih rendah dibandingkan dengan anak normal. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup anak terinfeksi HIV, salah satunya faktor pengasuh utama. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pendidikan pengasuh terhadap kualitas hidup anak terinfeksi HIV.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Subjek penelitian adalah anak berusia 2-18 tahun dengan infeksi HIV yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo beserta orang tua/wali, diambil dengan metode consecutive sampling. Data tingkat pendidikan pengasuh utama didapatkan melalui wawancara dengan orang tua/wali. Kualitas hidup anak terinfeksi HIV diukur menggunakan kuesioner PedsQLTM 4.0 versi Indonesia serta dibedakan menjadi kualitas hidup menurut laporan anak dan laporan orang tua. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Fisher dengan perangkat lunak SPSS versi 20.0 untuk windows.
Hasil: Sebanyak 80 anak dan orang tua/wali terlibat dalam penelitian ini. Pengukuran kualitas hidup menurut laporan anak menunjukkan 13 (25.0%) dan menurut laporan orang tua sebanyak 24 (30.0%) anak terinfeksi HIV mengalami gangguan kualitas hidup. Sebanyak 58 (72.5%) pengasuh utama memiliki tingkat pendidikan menengah. Pengasuh utama dengan pendidikan rendah sebanyak 13 (16.3%) dan pendidikan tinggi 9 (11.3%). Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan pengasuh utama dan kualitas hidup menurut laporan anak menunjukkan nilai significancy 1.000 (p<0.05).dan menurut laporan orang tua 0.441 (p<0.05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan pengasuh utama dan kualitas hidup anak terinfeksi HIV.

Background: HIV infection in children is a health burden in Indonesia. HIV infected-children are known to be having lower quality of life than normal children. There are several factors affect quality of life of HIV-infected children relating with caregivers. The purpose of this study was to determine the relationship between caregiver’s education level and quality of life of HIV infected children.
Methods: This is a cross sectional study. Subjects are 2-18 years HIV-infected children who were outpatient of Cipto Mangunkusumo Hospital along with their caregivers, and taken using consecutive sampling method. The main caregiver’s education level data obtained through interviews with caregivers. Qualities of life of HIV-infected children were measured using Indonesian version of PedsQLTM 4.0 and grouped into children self-report and paret proxy-report quality of life. Data were analyzed with Fisher test using SPSS for windowa version 20.0.
Results: A total of 80 children and caregivers involved in this study. Low quality of life was found in 13 (25.0%) based on children self-report and 24 (30.0%) according to parent proxy-report. Most of caregivers has moderate education level. Caregivers with middle education level were 58 (72.5%), low were 13 (16.3%) and high were 9 (11.3%). Analysis of the relationship between caregiver’s education level and quality of life of HIV-infected children showed p-value 1.000 (p<0.05) according to children reports and parent proxy-reports 0.441 (p<0.005).
Conclusion: There was no correlation between caregiver’s education level and quality of life of HIV infected children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Adlina Sharfina
"Skripsi ini membahas kegiatan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) bagi pengasuh utama anak dengan HIV/AIDS, yang secara umum bertujuan untuk memberikan dukungan kepada mereka. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang difokuskan untuk menggambarkan proses persiapan dan pelaksanaan kegiatan KDS yang dilakukan oleh Lentera Anak Pelangi. Penelitian ini turut menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat, yang dapat dijadikan landasan dalam mengembangkan kegiatan tersebut. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kegiatan KDS di LAP memiliki berbagai berbagai tanggapan dari peserta kegiatan yang merupakan anggota kelompok dukungan. Faktor penghambat yang terjadi dalam kegiatan ini ialah fasilitas kegiatan yang kurang memadai, jumlah peserta kegiatan yang terdiri dari berbagai latar belakang, keikutsertaan anak dalam kegiatan, kondisi peserta, dan materi yang berulang. Selain itu, dalam penelitian ini turut menjelaskan adanya faktor pendukung selama keberlangsungan kegiatan yaitu berupa kerjasama LAP dengan mitra lembaga lain, peran MK, rasa keingintahuan peserta, dukungan yang terbentuk antar sesama anggota kegiatan, dan kegiatan KDS yang beragam.

This research explores peer support group activities called Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) for child caregivers in HIV/AIDS issues. These activities belong to give them support. It uses descriptive methodology with qualitative approach which focuses to describe the process of peer support group arrangements and activities by Lentera Anak Pelangi, also identify and analyse the supporting and obstacle factors as a foundation to develop the activities. The result shows that the peer support group in LAP has various feedbacks from their members. In the aspect of obstacle factors, the process has lack of facility availability, the numbers of participant with diverse backgrounds, the involvement of child, the participant condition, and repetitive materials. This research also describes the supporting factors, that are partnership with other institutions, case manager roles, the participant curiosity, the support from other member of the activity, and variation of the activities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Adlina Sharfina
"Penelitian ini mengeksplorasi kegiatan kelompok dukungan sebaya yang disebut Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) untuk pengasuh anak dalam masalah HIV / AIDS. Kegiatan ini termasuk memberi mereka dukungan. Ini menggunakan metodologi deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang berfokus untuk menggambarkan proses pengaturan dan kegiatan kelompok dukungan sebaya oleh Lentera Anak Pelangi, juga mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat sebagai landasan untuk mengembangkan kegiatan. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok dukungan sebaya di LAP memiliki berbagai umpan balik dari anggota mereka. Dalam aspek faktor penghambat, proses memiliki kurangnya ketersediaan fasilitas, jumlah peserta dengan latar belakang yang beragam, keterlibatan anak, kondisi peserta, dan bahan berulang. Penelitian ini juga menggambarkan faktor-faktor pendukung, yaitu kemitraan dengan lembaga lain, peran manajer kasus, keingintahuan peserta, dukungan dari anggota lain dari kegiatan, dan variasi kegiatan.

This research explores the activities of peer support groups called Peer Support Groups (KDS) for caregivers of children in the HIV / AIDS problem. This activity includes giving them support. It uses a descriptive methodology with a qualitative approach that focuses on describing the process of organizing and activities of peer support groups by Lentera Anak Pelangi, also identifying and analyzing supporting and inhibiting factors as a basis for developing activities. The results show that the peer support groups at LAP have various feedback from their members. In the aspect of inhibiting factors, the process has a lack of availability of facilities, the number of participants with diverse backgrounds, the involvement of children, the conditions of the participants, and repetitive materials. This study also illustrates supporting factors, namely partnerships with other institutions, the role of case managers, curiosity of participants, support from other members of the activity, and variations of activities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviana Prayudhani
"Penelitian ini membahas migrasi ibu ketika anak berusia dini (0 s.d 8 tahun) dan kapasitas anak yang ditinggalkan. Dengan menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey (IFLS), hasil marginal effects dari regresi tobit menunjukkan bahwa pembentukan keterampilan kognitif dan nonkognitif anak dalam jangka panjang dipengaruhi oleh migrasi ibu saat usia dini dan pendidikan pengasuh utamanya selama ibu bermigrasi. Migrasi ibu, baik internal maupun internasional, secara signifikan berasosiasi negatif dengan kognitif anak dalam jangka panjang. Sedangkan migrasi internasional ibu secara signifikan berasosiasi negatif dengan nonkognitif anak dalam jangka panjang. Pendidikan pengasuh utama anak ketika ibu bermigrasi secara signifikan berasosiasi positif dengan kapasitas anak dalam jangka panjang, baik kognitif maupun nonkognitif. Selain itu, kognitif dan nonkognitif anak juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan anak dan konsumsi rumah tangga. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa jika migrasi harus dilakukan oleh ibu ketika anak berusia dini, maka yang harus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas anak yaitu memberikan pengasuhan anak yang baik (berpendidikan baik) dan mengalokasikan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan anak sejak dini hingga dewasa.

This study examines whether maternal migration can affect the capacity of left-behind children at an early age (0-8 years old). Using secondary data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS), the results of marginal effects from tobit regression show that the formation of children's cognitive and noncognitive skills in the long term is influenced by maternal migration at an early age and education of primary caregiver during mothers migrating. Maternal migration, both internal and international, has a significant negative association with cognitive ability of children. While the international maternal migration is significantly negative association with noncognitive children. The education of primary caregiver of children when the mother migrates is significantly positively associated with the child's capacity, both cognitive and noncognitive. In addition, cognitive and noncognitive ability of children are also influenced by children's education and household consumption. This study concludes that if migration must be carried out by the mother when the child at an early age, then what must be done to increase the capacity of children is providing good childcare (well educated) and allocating household expenditure for children's education from early to adult."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T54804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library