Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pengelolaan sampah dengan pembuangan sampah ke TPA menimbulkan masalah pada keterbatasan lahan yang digunakan sebagai TPA dan ketidakbersediaan suatu wilayah untuk menyediakan lahan TPA yang menerima buangan sampah dari kota sekitarnya. Pendekatan baru dalam pengelolaan sampah dengan pendekatan zero waste skala kawasan. Pengelolaan sampah dilakukan dengan reduksi, reuse dan pemulihan materi (material recovery) yang melibatkan partisipasi masyarakat dengan menggunakan teknologi yang relatif sederhana. Pengelolaan baru tersebut mengubah kegiatan pembuangan ke TPA menjadi pengolahan sampah di Fasilitas Pengolahan Sampah. FK dan FKG merupakan salah satu wilayah yang memberikan buangan sampah ke TPA, dengan kondisi masyarakat dan fungsinya sebagai institusi pendidikan diharapkan dapat menjadi percontohan pelaksanaan zerowaste skala kawasan. Sebelum dilakukan perancangan sistem pengelolaan sampah perlu dilakukan survey terhadap kondisi eksisting pengelolaan sampah di FK dan FKG. Survey pengelolaan sampah di FK dan FKG meliputi waste generation, pewadahan, pengumpulan, tempat pembuangan sementara, pengelola pelayanan kebersihan, kegiatan pemanfaatan sampah serta pengukuran volume dan massa buangan sampah dalam 1 minggu. Dari hasil survey dibuat usulan sistem pengelolaan sampah yang meliputi sistem pewadahan, pengumpulan dan perancangan Fasilitas Pengolahan Sampah. Pada sumber sampah dilakukan pemilihan sampah dengan memisahkan 4 jenis sampah organik, sampah kertas, sampah plastik, sampah tissue dll. Input sampah yang masuk ke Fasilitas Pengolahan Sampah rata-rata dalam 1 hari adalah Sampah Organik 0.49 m-kuibik atau 128.55 kg, kertas 0.114m-kuibik atau 7.85 kg, plastik 0.07 m-kuibik atau 4.79 kg, tissue 0.031 m-kuibik atau 3.16 kg. Total input sampah sebesar 0.707 m-kuibik atau 144.35 kg. Kemudian dilakukan pemilihan teknologi dan penentuan proses-proses yang terdapat dalam Fasilitas Pengolahan Sampah. Didapatkan proses-prosesnya meliputi pengkomposan, pemilihan kertas, pencucian plastik, pembuangan ke TPA. Kemudian dihitung area yang dibutuhkan dan mesin dan peralatan yang digunakan. Setelah itu dibuat struktur organisasi dan dilakukan pengolahan data keuangan yang meliputi penentuan biaya investasi sebesar Rp. 129.363.250,- dan dijabarkan elemen-elemen biayanya, sehingga bisa ditentukan harga pokok penjualan per kg. Harga pokok penjualan dalan 1 bulan nilainya sebesar Rp. 275,-/kg atau Rp. 13.039.036,- untuk 47445.07 kg produk. Serta dilakukan perhitungan pemasukan 1 bulan sebesar Rp. 14.342.940,- dengan keuntungan Rp. 1.303.904,-."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S35426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Imada
"

Puskesmas selaku institusi pelayanan kesehatan wajib melakukan pengelolaan limbah padat B3. Kota Tangerang Selatan memiliki rasio Puskesmas per Kecamatan tertinggi ke 2 di Provinsi Banten yaitu 4,1 Puskesmas per Kecamatan.  Namun hingga saat ini belum tersedia data terkait pengelolaan limbah padat B3 di Puskesmas baik pada Puskesmas yang telah terakreditasi Utama ataupun terakreditasi Dasar. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi aspek legal, aspek kelembagaan, aspek teknis, aspek sosial budaya, aspek keuangan, dan aspek lingkungan dalam pengelolaan limbah padat B3, serta mengetahui prioritas masalah dalam pengelolaan limbah padat B3, dan mengetahui hubungan status akreditasi terhadap pengelolaan limbah padat B3. Desain studi penelitian ini Crossectional dengan metode observasi lapangan menggunakan formulir inspeksi di 29 Puskesmas Kota Tangerang Selatan. Hasil penelitian ini 6,9% memenuhi kriteria aspek legal, 69% memenuhi kriteria aspek kelembagaan, 79,3% memenuhi kriteria aspek teknis, 37,9% memenuhi kriteria aspek sosial budaya, 0% memenuhi kriteria aspek keuangan, dan 27,6% memenuhi kriteria aspek lingkungan, dan tidak terdapat hubungan antara status akreditasi dengan pengelolaan limbah padat. Sebagian besar Puskesmas belum memenuhi kriteria pada setiap aspek.

 


Puskesmas is the health service institution that should manage solid health-care waste. South Tangerang City has the second-highest ratio Puskesmas per District in Banten Province is that 4.1. The report about solid healthcare waste management either in Main accredited or Basic accredited Puskesmas is not available. This study identifies the legal aspects, institutional aspects, technical aspects, social-cultural aspects, financial aspects, and environmental aspects, priority problems in solid healthcare waste management, and the relationship between accreditation status and solid health-care waste management. This was a crossectional study with an observational method to use the inspection form. The result is 6.9% on the criteria of legal aspects, 69% on the criteria of institution aspects, 79.3% on the criteria of the technical aspects, 37.9% on the social-culture aspects, 0% on the criteria of the economic aspects, and 27,6% on the criteria of the environmental aspects. The majority of Puskesmas in South Tangerang City is not in the criteria of all aspects.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ray Astoro
"Tebet sebagai salah satu wilayah dengan penduduk yang tinggi merupakan tempat yang mungkin banyak menghasilkan sampah masker 3 ply. Penelitian ini akan mencari tahu seberapakah besarnya timbulan masker 3 ply yang timbul di Tebet, dengan cara meneliti alur pengelolaan masker 3 ply dan menggunakan perhitungan timbulan sampah perkotaan sesuai standar nasional. Penelitian ini bertujuan untuk memahami alur pengelolaan dan mengalisis timbulan masker 3 ply yang mungkin dihasilkan di Tebet. Penelitian ini menggunakan kesesuaian SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan dan SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pangambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Analisis data menunjukan bahwa alur pengelolaan sampah masker 3 ply sudah sesuai dengan SNI 19-2454-2002 dan Pedoman Pengolahan Masker Bekas Pakai oleh Kemenkes RI dimana masker 3 ply termasuk sampah domestik. Hasil perhitungan timbulan menunjukan nilai timbulan masker 3 ply di Tebet adalah 2,422 gram/jiwa/hari yang berikutnya dikonversi menjadi 1 masker/jiwa/hari. Analisis nilai timbulan tersebut diikuti dengan jumlah masyarakat Tebet yang lebih dari 200.000 jiwa dapat menciptakan nilai timbulan 200.000 masker dalam sehari. Hasil perhitungan dihitung kembali dengan data literatur hasil tanggapan responden untuk mendapat nilai yang lebih representatif. Analisis perhitungan menghasilkan 111.603 masker per hari di Tebet dari pemakai masker yang membuang langsung masker setelah dipakai ke tempat sampah domestik. Perhitungan juga dilakukan dengan nilai timbulan rata-rata dari semua jenis perumahan menghasilkan nilai representatif sebesar 55.802 jiwa penduduk pemakai masker dan langsung membuang masker ke tempat sampah domestik, menciptakan 55.802 masker per harinya. Analisis perbandingan nilai tersebut dengan timbulan saat pandemi menunjukan terjadi penurunan jumlah timbulan yang mencapai kurang dari setengah nilai timbulan saat pandemi.

Tebet as an area with a high population is a place that may generate a lot of 3 ply mask waste. This study will find out how much 3 ply mask waste is generated in Tebet, by examining the flow of 3 ply mask management and using the calculation of urban waste generation according to national standards. This study aims to understand the management flow and analyze the generation of 3 ply masks that may be generated in Tebet. This research uses the suitability of SNI 19-2454-2002 concerning Procedures for Operational Techniques for Urban Waste Management and SNI 19-3964-1994 concerning Methods of Taking and Measuring Examples of Urban Waste Generation and Composition. Data analysis shows that the waste management flow of 3 ply masks is in accordance with SNI 19-2454-2002 and the Guidelines for Processing Used Masks by the Indonesian Ministry of Health where 3 ply masks are included in domestic waste. The results of the waste calculation show that the waste value of 3 ply masks in Tebet is 2.422 grams / person / day which is then converted to 1 mask / person / day. The analysis of the generation value followed by the number of Tebet residents of more than 200,000 people can create a generation value of 200,000 masks a day. The calculation results were recalculated with literature data from respondents' responses to get a more representative value. The calculation analysis resulted in 111,603 masks per day in Tebet from mask wearers who directly dispose of masks in domestic waste bins. Calculations were also carried out with the average generation value of all types of housing resulting in a representative value of 55,802 residents who wear masks and directly dispose of masks in domestic waste bins, creating 55,802 masks per day. Comparative analysis of this value with the generation during the pandemic shows a decrease in the amount of generation that reaches less than half the value of the generation during the pandemic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Maharani
"Rumah sakit adalah gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan. Aktivitas rumah sakit akan menghasilkan sejumlah hasil samping berupa limbah, baik limbah padat, cair, dan gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yan pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun. Untuk meningkatkan mutu pelayanan perlu pula ditingkatkan sarana untuk mengatasi limbah tersebut. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik dari limbah padat di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto, dalam hal ini timbulan dan komposisinya, sehingga dapat diberikan rekomendasi sistem pengelolaan limbah padat yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto sudah memilikki sistem pengelolaan limbah padat namun dalam pelaksanaannya masih kurang baik. Hasil sampling menunjukkan limbah padat non medis yang dihasilkan adalah 1,37 kg/tempat tidur/hari. Sedangkan untuk limbah padat medis tajam sebesar 2,75 kg/ hari dan limbah padat medis non tajam sebesar 41,48 kg/hari. Analisa dari hasil sampling dan kuesioner menunjukkan bahwa masih banyak aspek yang perlu diperbaiki. Potensi reduksi sampah di rumah sakit ini ternyata sebesar 49,39% sehingga jumlah residu sampah yang akan dibuang sebesar 83,69 kg/hari.

Hospital is an institution which provide healthcare and treatment for various health problems. Medical waste from healthcare activity; range from waste water, gas emission, and solid waste; contain pathogenic germ, chemical substances, and medical equipments which were considered hazardous and toxic. Waste treatment facility improvement is needed to increase the quality of the hospital general service. A study concerning the characteristics of solid waste, in this case the generation rate and composition, produced from Raden Said Sukanto Central Police Hospital is necessary to planned an appropriate solid waste management in accordance to existing regulations.
There is an existing solid waste management in Raden Said Sukanto Central Police Hospital, however the execution is lacking and in need of refinements. In RS sukanto the non-medical waste generation rate is 1,37 kg/bed/day. Whereas the medical waste generated divided into two categories, the sharp waste generation rate is 2,75 kg/bed/day and the non-sharp medical waste is 41,48 kg/bed/day. Analysis of the sampling result and questionnaires yields a conclusion that there several aspects in need of improvements. Waste reduction in this particular hospital could potentially reached 49,39% or disposal of residual waste as much as 83,69 kg/day.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ammar Fauzan Fathurrahman
"Unit Pengolahan Sampah (UPS) adalah tempat dilaksanakan kegiatan pengumpulan, pemilahan, pengolahan, penggunaan ulang dan pendauran ulang skala kawasan. Salah satu Unit Pengelolaan Sampah di Depok berada di Balai Kota Kota Depok. Namun, kini kondisinya sudah tidak lagi berjalan optimal, menyisakan pemilahan sampah anorganik layak jual. Padahal Pemerintah Kota Depok melalui dokumen RPJMD menargetkan adanya peningkatan persentase sampah yang tereduksi melalui 3R, yakni dari 18% di tahun 2022 menjadi 19,5% di tahun 2024. Untuk itu, diperlukan penelitian yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai target tersebut, yakni dengan memberikan rekomendasi terhadap hasil evaluasi sistem pengelolaan sampah. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah SNI 19-3964-1994 dengan pengukuran selama 8 hari, SNI 19-2452-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, dan Petunjuk Teknis TPS 3R Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata timbulan sampah yang berasal dari kantor sebesar 90,355 kg/hari dan 998 L/hari, dari taman dan jalan sebesar 79,975 kg/hari dan 185,094 L/hari , dari gedung parkir 5,9 kg/hari dan 9,03 L/hari. Komposisi sampah yang dihasilkan dari kantor terdiri dari sampah organik (31,21%), sampah kertas 24,24%, sampah plastik (23,97%), residu (19,19%), logam (0,08%), gelas kaca (1,09%) dan B3 (0,2%). Komposisi sampah taman terdiri dari organik (91,9%), plastik (7,42%), kertas (0,43%), dan residu (0,25%). Komposisi sampah gedung parkir terdiri dari organik (6,72%), plastik (14,01%), kertas (49,9%), residu (23,61%), gelas kaca (5,76%). Melalui rekomendasi terhadap aspek teknis operasional, limbah padat yang dihasilkan dapat secara teoritikal dikurangi sebesar 38% sampah kantor, 51% sampah taman dan 40% sampah gedung parkir. Meningkat dari sebelumnya yang hanya 7% sampah kantor, 3% sampah taman dan 21% sampah gedung parkir. Namun begitu, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa efektif rekomendasi yang ada di dalam penelitian ini.

The Waste Processing Unit (UPS) is a place where activities such as waste collection, sorting, processing, reuse, and recycling on a regional scale are carried out. One of the Waste Management Units in Depok is located at the Depok City Hall. However, its condition has now deteriorated, leaving only the sorting of recyclable inorganic waste. Meanwhile, the Depok City Government, through the RPJMD document, aims to increase the percentage of waste reduced through the 3R approach (Reduce, Reuse, Recycle) from 18% in 2022 to 19.5% in 2024. Therefore, research is needed to help the government achieve this target by providing recommendations based on an evaluation of the waste management system.The methods used in this study include SNI 19-3964-1994 with measurements taken over 8 days, SNI 19-2452-2002 on Technical Operational Procedures for Urban Waste Management, and the 3R TPS Technical Guidelines from the Ministry of Public Works and Public Housing. The results of the study indicate that the average waste generated from offices is 90.355 kg/day and 998 L/day, from parks and roads is 79.975 kg/day and 185.094 L/day, and from parking buildings is 5.9 kg/day and 9.03 L/day. The composition of waste generated from offices consists of organic waste (31.21%), paper waste (24.24%), plastic waste (23.97%), residual waste (19.19%), metal (0.08%), glass (1.09%), and hazardous waste (0.2%). The composition of waste from parks consists of organic waste (91.9%), plastic (7.42%), paper (0.43%), and residual waste (0.25%). The composition of waste from parking buildings consists of organic waste (6.72%), plastic (14.01%), paper (49.9%), residual waste (23.61%), and glass (5.76%). Through recommendations on technical operational aspects, the solid waste generated can theoretically be reduced by 38% from offices, 51% from parks, and 40% from parking buildings, an increase from the previous 7% for office waste, 3% for park waste, and 21% for parking building waste. However, further research is needed to determine the effectiveness of the recommendations provided in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditta Fadhilah Rahmawati
"Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman merupakan Kawasan Industri Perikanan yang didalamnya terdapat komponen pengelolaan limbah padat dan limbah cair yang berpotensi mengemisikan gas rumah kaca (GRK). Pada studi ini dilakukan perhitungan emisi GRK pada pengelolaan limbah padat dan limbah cair menggunakan metode IPCC Tier 1. Pengelolaan limbah padat yang terdapat di kawasan ini meliputi open dumping, recycling, dan pengangkutan sampah (transportasi).
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh emisi GRK dari open dumping sebesar 14.340,183 ton CO2eq/tahun dengan total timbulan 5411,39 ton/tahun, dari transportasi sebesar 22,272 ton CO2eq/tahun dengan kredit emisi dari kegiatan recycling yaitu 143,080 ton CO2eq/tahun. Kegiatan yang ditinjau pada pengelolaan limbah cair meliputi pengolahan air limbah industri di IPAL, pembuangan langsung ke badan air melalui drainase, dan tanki septik. Emisi GRK yang berasal dari IPAL sebesar 2.829,96 ton CO2eq/tahun, drainase 108,707 ton CO2eq/tahun dan tangki septik sebesar 3,228 ton CO2eq/tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperkirakan kegitan pengelolaan limbah padat menyumbang emisi GRK sebesar 82,86 % sedangkan kontribusi kegiatan pengelolaan limbah cair terhadap total emisi GRK adalah sebesar 17,14 %. Strategi reduksi emisi GRK pada kawasan ini dapat dilakukan dengan penambahan kegiatan pengelolaan limbah padat berupa composting dan meningkatkan kegiatan recycling. Selain itu, penangkapan gas metana yang kemudian diubah menjadi CO2 dapat dilakukan pada pengelolaan limbah cair.

Nizam Zachman Fisheries Port is a Fisheries Industry Area which is part of the management of solid and liquid waste, which is needed to emit greenhouse gases (GHG). In this study the calculation of GHG emissions in the management of solid and liquid waste using the IPCC Tier 1. The scope of solid waste management are open dumping, recycling, and transportation of waste.
Results obtained by GHG calculation from open dumping amounted 14,340,183 tons CO2eq/year with a total generation of 5411.39 tons/year, from transportation amounting to 22,272 tons CO2eq/year and emissions from reduction recycling activities amounting to 143,080 tons CO2eq/year. The scope of wastewater management include industrial wastewater treatment in WWTP, direct handling of water bodies through drainage, and septic tanks. GHG emissions from WWTPs are 2,829.96 tons CO2eq/year, drainage 108,707 tons CO2eq/year and septic tanks of 3,228 tons CO2eq/year.
Based on the results, solid waste management emit 82.86% of the total GHG emissions and the rest 17.14% from wastewater management. The strategy for reducing GHG emissions in this region can be done by increasing solid waste management activities which consist of composting and increasing recycling activities. In addition, the capture of CH4 that converted into CO2 can be an option in the management of wastewater.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library