Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustina Riyanti
"Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan turunan dari sistem perencanaan pembangunan nasional jangka menengah yang dikembangkan berdasarkan potensi dan keunggulan daerah. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing melalui pembangunan pendidikan dan kesehatan merupakan isu strategis dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Utara 2016-2021. Karakteristik wilayah Sulawesi Utara yang terdiri dari beberapa pulau dengan tipologi daerah yang berbeda menyebabkan perlunya klasifikasi wilayah agar program pembangunan dapat dioptimalkan. Indikator sosial ekonomi yang dipakai untuk klasifikasi wilayah di Sulawesi Utara antara lain adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), persentase penduduk miskin, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran terbuka (TPT). Analisis yang digunakan untuk identifikasi wilayah dalam penelitian ini adalah analisis biplot dan dilanjutkan dengan analisis diskriminan. Analisis biplot digunakan untuk memberikan gambaran keragaman peubah, kedekatan antar objek dan keterkaitan peubah dalam suatu grafik dua dimensi. Analisis diskriminan digunakan untuk mengklasifikasikan suatu observasi ke dalam kelompok yang saling bebas berdasarkan sejumlah variabel penjelas. Hasil penelitian ini menunjukan terbentuknya dua kelompok wilayah. Salah satu kelompok wilayah terdiri dari Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kota Kotamubagu,Kabupaten Minahasa, dan Kabupaten Minahasa Utara. Kelompok wilayah ini merupakan kabupaten/ kota dengan kriteria nilai IPM dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta persentase penduduk miskin rendah serta tingkat pengangguran terbuka yang tinggi"
Sragen: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan, 2018
306 SUK 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M Munir Salham
"Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah proses di mana pesan-pesan disampaikan dari sumber kepada penerima. Dengan kata lain komunikasi adalah pemindahan ide-ide dari sumber dengan harapan akan mengubah perilaku penerima. Sedangkan saluran komunikasi adalah alat dengan mana pesan-pesan dari sumber dapat sampai kepada penerima (Rogers dan Shoemaker 1971:11). Proses komunikasi ini bila disederhanakan terdiri atas empat unsur, yaitu sumber (source), pesan (message), saluran (channel) tertentu, dan penerima (receiver). Untuk itu, seseorang dengan mudah dapat melihat bagaimana faktor-faktor komunikasi itu terlihat dalam aspek-aspek proses pengambilan keputusan yang nantinya menghasilkan perubahan perilaku. Misalnya, keputusan sepasang suami isteri untuk ikut dalam program keluarga berencana (KB) menunjukkan bahwa keputusan tersebut disebabkan adanya suatu pesan yang diberikan oleh seseorang (pemberi pesan atau sumber pesan) melalui saluran komunikasi penyuluhan kepada mereka. Penerimaan pesan itu mengakibatkan berubahnya pola tingkah laku berhubungan dengan keinginan memperoleh anak dalam jumlah yang terbatas.
Whiting (dalam Rogers 1985:8) yang membahas kaitan antara komunikasi dan perubahan mengatakan bahwa perubahan sosial mempunyai arti yang agak lebih luas, apabila dikaitkan dengan perilaku manusia. Whiting menunjukkan suatu contoh bahwa perubahan sosial bisa terjadi tanpa komunikasi, dan komunikasi bisa terjadi tanpa perubahan. Namun demikian, dikatakan bahwa komunikasi bisa dan bahkan sering benar-benar memainkan peranan kunci dalam perubahan sosial. Walaupun komunikasi itu tidak sama dengan perubahan sosial, karena itu komunikasi merupakan unsur yang penting dalam proses perubahan sosial (Rogers dan Shoemaker 1971:12). Oleh karena itu, penelitian mengenai komunikasi selayaknya ditujukan pada perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial, sedangkan proses terjadinya perubahan itu merupakan peranan komunikasi. Ini berarti komunikasi dapat mempengaruhi terjadinya perubahan.
Penelitian komunikasi sering diarahkan pada upaya-upaya untuk mengubah pengetahuan atau sikap dengan mengubah bentuk sumber, pesan, saluran atau penerima dalam proses komunikasi (Susanto 1977:2). Misalnya, agar suatu pesan yang dikomunikasikan dapat dipercaya oleh penerima, maka komunikasi persuasif lebih efektif daripada komunikasi melalui media lainnya. Namun, hal ini tergantung pada kemampuan komunikator dalam menyampaikan pesan--pesan tersebut.
Sehubungan dengan itu, setiap gagasan atau praktek baru yang akan dikomunikasikan kepada sasaran penerima pelayanan (resipien), misalnya inovasi kesehatan, memerlukan penyesuaian kondisional sosial budaya masyarakat penerima. Kalau hal seperti ini tidak mendapat perhatian oleh pemberi pelayanan (provider), jelas akan menimbulkan reaksi negatif dari penerima sesuai dengan persepsinya yang tidak menunjukkan pemahaman terhadap manfaat yang dapat diperoleh dari inovasi tersebut. Konsekuensi dari reaksi ini, bisa saja berupa penolakan atau sikap acuh tak acuh terhadap apa yang disampaikan oleh pemberi pelayanan. Sebaliknya, bila pesan dapat disesuaikan dengan persepsi resipien, maka gagasan baru itu dapat diyakini dan dirasakan manfaatnya, menyebabkan pesan tersebut dapat diterima oleh masyarakat resipien (Susanto 1977:65). Dengan demikian, kemungkinan diterima atau ditolak suatu inovasi tergantung dari keputusan yang diambil oleh individu atau kelompok berdasarkan pada terjadinya atau tidak pemahaman terhadap makna pesan. Kalau pemahaman terjadi, maka kemungkinan pesan akan dipraktekkan. Kalau tindakan praktek terjadi, maka ini menunjukkan terjadinya perubahan perilaku.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library