Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Resti Maheralia
"Studi ini menganalisis perbandingan economic well-being antara perempuan bercerai dengan perempuan menikah yang diukur melalui pengeluaran konsumsi bukan pangan dan menggunakan metode regresi data panel efek tetap. Hasil analisis menemukan bahwa perempuan bercerai memiliki pengeluaran yang lebih besar bila dibandingkan dengan perempuan menikah. Namun, bukan berarti bahwa perempuan bercerai memiliki economic well-being yang lebih baik dari perempuan menikah. Insiden perceraian justru menyebabkan perempuan bercerai harus melakukan banyak penyesuaian dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang muncul pasca terjadinya perceraian. Dekomposisi pengeluaran konsumsi bukan pangan menunjukkan bahwa beberapa pos pengeluaran perempuan bercerai dimanfaatkan untuk memulihkan diri pasca terjadinya perceraian.
This study aims to analyze the comparison of economic well-being between women experiencing a marital dissolution and married women on non-food consumption expenditures, and employed fixed effects regression. Results suggested that women experiencing a marital dissolution had a greater expenditure compared to married ones. However, this does not imply that the prior group has better economic well-being than the latter one. The marital dissolution incident causes women to manage a numerous adjustment in overcoming difficulties that arise after such incident. The decomposition of non-food consumption expenditures shows that some of the items are used to recover after such incident."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Zahra Zhafira Kahla
"In 2013, the Indonesian government launched the UCT (called Bantuan Langsung Sementara Masyarakat or BLSM) to protect the purchasing power of vulnerable households from rising fuel prices. This study aims to examine the impact of UCT on household monthly consumption expenditure per capita across three categories: food, non-food, and temptation goods. Using longitudinal data from the fourth and fifth waves of the Indonesian Family Life Survey (IFLS), the Propensity Score Matching with Difference in Differences (PSM-DiD) method is employed. The findings show that UCT significantly decreases food and non-food consumption but is insignificant in rice consumption. The studies also show a similar negative effect from temptation goods; however, it is not statistically significant for alcohol consumption expenditure. UCT recipients reduce their share of household budget to food, while non-food expenditures show varied effects. This paper addresses the knowledge gap regarding consumer expenditures in Indonesia across various items.
Pada tahun 2013, pemerintah Indonesia meluncurkan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) untuk melindungi daya beli rumah tangga rentan dari kenaikan harga bahan bakar. Studi ini bertujuan untuk mengkaji dampak BLSM terhadap pengeluaran konsumsi bulanan per kapita rumah tangga dalam tiga kategori: makanan, non-makanan, dan barang-barang godaan. Menggunakan data longitudinal dari gelombang keempat dan kelima Indonesian Family Life Survey (IFLS), metode Propensity Score Matching dengan Difference in Differences (PSM-DiD) diterapkan. Studi menunjukkan bahwa BLSM secara signifikan menurunkan konsumsi makanan dan non-makanan tetapi tidak signifikan dalam konsumsi beras. Studi juga menunjukkan efek negatif yang serupa dari barang-barang godaan; namun, hal ini tidak signifikan secara statistik untuk pengeluaran konsumsi alkohol. Penerima BLSM mengurangi porsi anggaran rumah tangga untuk makanan, sementara pengeluaran non-makanan menunjukkan efek yang bervariasi. Makalah ini mengisi kesenjangan pengetahuan mengenai pengeluaran konsumen di Indonesia dalam berbagai item."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Widi Astuti Ari Setiyaningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan kinerja penerimaan PPN pada tingkat provinsi di Indonesia selama tahun 2011-2019. Konsumsi rumah tangga terbagi menjadi pengeluaran pangan dan non-pangan. Indikator kinerja PPN ditunjukkan dengan VAT C-efficiency ratio yang dihitung dari penerimaan PPN tiap provinsi dibagi dengan tarif PPN dikali PDRB Konsumsi. Hasil regresi dengan menggunakan model estimasi panel data fixed-effect menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara konsumsi rumah tangga dan kinerja penerimaan PPN pada suatu provinsi. Artinya, kenaikan konsumsi rumah tangga secara agregat, baik konsumsi pangan dan non-pangan akan menaikkan VAT C-efficiency ratio. Hasil penelitian juga menunjukkan kenaikan indeks harga konsumen yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan akan melemahkan kinerja PPN. Lebih lanjut, kenaikan share sektor tersier sebagai arah transformasi struktural akan melemahkan kinerja penerimaan PPN. Hal ini dimungkinkan karena sektor tersier masih didominasi sektor jasa yang tidak dikenakan PPN serta sektor perdagangan yang didalamnya terdapat informalitas tinggi.
This study examines the relationship between household consumption expenditures and the performance of VAT revenue at the provincial level in Indonesia during 2011-2019. Household consumption is divided into food and non-food contests. The PPN performance indicator is shown by the PPN C-efficiency ratio which is calculated from the VAT revenue for each province divided by the VAT rate multiplied by the Consumption GRDP. The results of the regression using the fixed-effect panel data estimation model show a positive and significant relationship between household consumption and the VAT revenue in the province. This means that increasing aggregate household consumption, both food and non-food consumption, will increase the VAT-C efficiency ratio. The results also show that an increase in the consumer price index that that is not followed by an increase in income will decrease VAT performance. Furthermore, the increase in the share of the tertiary sector as a direction of structural transformation will weaken the performance of VAT receipts. This is possible because the tertiary sector is still dominated by the service sector which is not subject to VAT and the trade sector in which there is a high level of informality."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library