Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Jatmikawati
Abstrak :
Low back pain (LBP) adalah kondisi umum yang melibatkan keluhan nyeri akut atau kronis serta ketidaknyamanan pada atau di sekitar daerah lumbosakral. Sekitar sepuluh persen kejadian LBP terkait dengan pekerjaan, dan mereka yang bekerja sebagai pengemudi memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan punggung bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi frekuensi kejadian LBP dan faktor risiko ergonomi yang terkait dengan LBP pada pengemudi taksi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan pendekatan deskriptif analitik, berlokasi di PT. X Jakarta Selatan. Sampel terdiri dari 74 pengemudi berdasarkan tabel besar sampel (Iwan Ariawan, 1998), dengan uji hipotesis beda 2 proporsi, derajat kemaknaan 5%, dan kekuatan uji 90%. Dengan asumsi P1 (LBP yang menetap) 25% dan P2 (LBP pada pengemudi taksi) 50%, diperoleh ukuran sampel 63. Untuk mengantisipasi sampel yang tidak dapat digunakan, ditambahkan 15% menjadi total 74 sampel. Sampel dipilih menggunakan random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner, pengukuran tinggi badan dan berat badan, observasi, data operasional, dan rekam medis. Analisis data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi LBP pada pengemudi taksi di PT. X adalah 63,5%. Uji statistik mengindikasikan bahwa riwayat LBP sebelumnya berhubungan signifikan dengan LBP saat ini (p-value 0,001). Namun, faktor-faktor lain seperti usia, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), kebiasaan merokok, durasi kerja per hari, jadwal kerja, manual handling, postur duduk mengemudi, dan tipe kendaraan tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan LBP. Rekomendasi untuk perusahaan adalah agar saat perekrutan pengemudi, mempertimbangkan riwayat LBP yang dimiliki calon pengemudi. Selain itu, disarankan agar perusahaan secara berkala memberikan pelatihan tentang cara mengemudi yang baik serta langkah-langkah untuk menghindari risiko kesehatan terkait dengan pekerjaan mengemudi.
Universitas Indonesia, 2006
T31589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Gede Panca Wiadnyana
Abstrak :
Latar belakang: Profesi pengemudi taksi merupakan profesi yang unik, lingkungan kerja luas, jam kerja panjang, sistem pcnggajian yang fluktuatif, dan risiko kecelakaan di jalan raya. Pada PT X 60% kccelakaan dikarenakan mengantuk. Salah satu penyebab kondisi mengantuk adalah adanya kemungkinan obstructive sleep apnea (OSA). Bcbcrapa faktor risiko kemungkinan OSA seperti kegemukan dan hipertensi dijumpai pada pengemudi PT X. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional pada pengemudi taksi X Mampang Jakana Selatan, pada bulan November»Desember 2008. Pengumpulan dilakukan dengan pengisian Kuesioner Berlin, dan pemeriksaan fisik (tekanan darah, bcrat, badan, tinggi badan, dan lingkar leher) pada 280 orang pengemudi. Hasil: Jumlah responden sebanyak 280 orang, didapatkan 70 orang (25%) kemungkinan OSA. Kemungkinan OSA pada pengemudi dipcngaruhi olch bcbcrapa faktor yaitu: IMT 325 (acyusred OR 4.29, p <0.001, 95% Cl 2.04 - 9.05) riwayat keluarga mendengkur (aafiusled OR 2,34, p <0.00l, 95% Cl 1.45 - 3.78), lingkar leher 3 40 cm (afyusred OR 3.37, p 0.002, 95% Cl 1.58 - 7.19), umur 3 36 tahun (argusted OR 2.47, p 0.027, 95% CI I.ll - 5.48) dan jadwal keija tinggi (ac§usted OR 3.07, p 0.0l6, 95% Cl L23 - 7.66). Kesimpulan: Didapat prevalensi kemungkinan OSA pada pengemudi Taksi X sebesar 25%. Kemungkinan OSA pada pcngcmudi Taksi X dipengaruhi oleh faktor indeks massa tubuh 325, riwayat keluarga mendengkur, Iingkar leher 540 cm, umur 336 tahun serta jadwal kerjatinggi. ......Background: Taxi Driver is an unique profession because of the wide environment, the long hours working duration, the fluctuation wages, and the accidental risks. About 60% taxi's accidents in Company X were caused by sleepy conditions. Sleepy conditions may be caused by obstructive sleep apnea (OSA). Some factors that increase the prevalence of suspected OSA, like obesity and hypertension were founded among the taxi drivers in this company. Method: This study was conducted with cross sectional design. The data was collected from November until December 2008 in Mampang, Jakarta Selatan. Data collection used Berlin's Questionnaire and Physical examinations (blood pressure, weight, height, neck circumference) to 280 drivers. Result: This research showed that there are 25%, it?s mean 70 respondents from 280 respondents have OSA prevalence. Prevalence of OSA among taxi?s drivers is caused by several factors. The factors are Body Mass index (BMI) 3 25 (adjusted OR 4.29, p < 0.00l, 95% Cl 2.04 - 9.05), snoring historical in family (adjusted OR 2.34, p < 0.001 , 95% CI 1.45 - 3.78), neck circumference 3 40 cm (adjusted OR 3.37, p 0.002, 95% CI 1.58 - 7.l9), age 2 36 years old (adjusted OR 2.47, p 0.027, 95% Cl 1.ll - 5.48) and high work schedule (adjusted OR 3.07, p 0.0l6, 95% Cl 1.23 - 7.66). Conclusion: This research has founded that there are 25%, it?s mean 70 respondents from 280 respondents have suspected OSA. Prevalence of suspected OSA among taxi?s drivers is caused by BMI 2 25, snoring historical in family, neck circumference 5 40 cm, age 3 36 years old and high work schedule.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32302
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siani Setiawati S.
Abstrak :
Data World Health Organization (WHO) Tahun 2003 melaporkan bahwa gangguan muskuloskeletal diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Nyeri tengkuk (leher belakang) merupakan masalah gangguan muskuloskeletal tubuh bagian atas yang banyak terjadi. Di beberapa negara, nyeri tengkuk mengakibatkan meningkatnya absensi pekerja dan kenaikan biaya pengobatan perusahaan. Pekerja yang berisiko tinggi mengalami nyeri tengkuk adalah pekerja yang dalam pekerjaannya berada pada posisi duduk lama, membentuk posisi tubuh janggal pada kepala-leher dan mempertahankan posisi kepala dalam waktu yang lama, seperti pengemudi taksi. Jika penyebab nyeri tengkuk diketahui lebih awal, maka kerugian yang terjadi dapat dicegah. Diketahuinya penyebab nyeri tengkuk lebih awal dapat mengurangi kerugian yang terjadi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan posisi kepala dan faktor risiko lain terhadap kejadian nyeri tengkuk akut pada pengemudi taksi. Metode penelitian menggunakan Cross sectional dengan jumlah sampel 113 orang yang diambil secara consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara, pemeriksaan fisik dan metode fotografik untuk pengukuran posisi kepala saat mengemudi. Subyek penelitian merupakan pengemudi taksi di PT X di Jakarta dengan kriteria inklusi bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani lembar persetujuan. Kriteria ekslusinya adalah pengemudi telah memiliki keluhan atau rasa tidak nyaman di daerah tengkuk saat awal bekerja pada saat dilaksanakan penelitian, konsumsi obat penghilang nyeri dalam waktu 24 jam terakhir dan penggunaan bantalan leher saat mengemudi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis multivariat regresi logistik dan nilai titik potong berdasarkan kurva ROC . Didapatkan sebanyak 46,7% responden mengeluhkan nyeri tengkuk akut. Dari analisis multivariat, didapatkan posisi kepala yang berhubungan dengan nyeri tengkuk akut adalah neck-horizontal angle (OR=14.72, 95% CI = 5.08-42.60). Responden dengan neck-horizontal angle ≤ 50° memiliki risiko 15x mengalami nyeri tengkuk akut dibandingkan responden dengan neck-horizontal angle > 50°, dan faktor risiko pekerjaan yang berhubungan dengan nyeri tengkuk akut adalah lama istirahat (OR= 7.61, 95% CI=2.51-23.13). Responden dengan lama istirahat per hari ≤ 3 jam memiliki risiko 8x lebih besar mengalami nyeri tengkuk akut dibandingkan responden dengan lama istirahat >3jam. Tidak ditemukan faktor individu yang berhubungan dengan nyeri tengkuk akut.
Data from the World Health Organization (WHO) 2003 reported that musculoskeletal disorders are estimated account for 60% of all occupational diseases. Neck pain is a common upper body musculoskeletal disorder. In several countries, neck pain causes an increase in worker absenteeism and health expenses of companies. Workers who are at high risk of nape pain are workers who work with prolonged sitting position, form an odd postures on the head-neck position and maintain the position of the head for an extended time, such as taxi drivers. If the cause of neck pain has known earlier, the losses that occur can be prevented. This study aims to determine the relationship of the head position and other risk factors towards the incidence of acute neck pain among taxi driver. The study method is a cross-sectional design with a sample of 113 respondents via consecutive sampling. Data are collected via interview, physical examination and photographic methods for measuring the head position while driving. The subject of the study is a taxi driver in PT X in Jakarta with the inclusion criteria are willing to follow the study and signed informed consent. Exclusion criteria are the driver with preexisting neck pain or neck discomfort at the initial time of the study, analgesic usage in the last 24 hours and the usage of neck pads while driving. Data was analyzed by using statistical test of multivariate logistic regression and cutoff point determination based on ROC curve. As much as 46.7% of respondents are found experiencing acute neck pain. Based on multivariate analysis, the head position associated with acute neck pain is neckhorizontal angle (OR = 14.72, 95% CI = 5.08-42.60). Respondents with neckhorizontal angle ≤ 50° have 15 times greater risk of experiencing acute neck pain than respondents with neck-horizontal angle > 50°, the risk factor of occupation associated with acute neck pain is the duration of rest on duty (OR = 7.61, 95% CI = 2:51 to 23:13). Respondents with the duration of rest on duty ≤ 3 hours per day have 8 times greater risk of experiencing acute nape pain than respondents with a longer rest > 3 hours. There is no individual factor found to be associated with acute neck pain.
Jakarta: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosy Rosalyn Widodo
Abstrak :
ABSTRAK Kelelahan pada pengemudi taksi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Selain itu juga dapat menurunkan produktivitas kerja. Berdasarkan data kehadiran pengemudi di perusahaan taksi ?X? di Jakarta, dapat dilihat bahwa angka absensi bulan Mei 2015 sebesar 17,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan derajat kelelahan dan selisih rerata waktu reaksi dengan jadwal hari kerja pada pengemudi taksi beserta faktor risiko individu (umur, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, IMT, ukuran lingkar pinggang) dan faktor risiko pekerjaan (shift kerja, masa kerja, lama kerja, lama istirahat, dan jumlah kilometer). Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2015 di perusahaan taksi ?X? di Jakarta dengan jumlah responden 93 orang. Derajat kelelahan diukur menggunakan KAUPK2, sedangkan selisih rerata waktu reaksi didapatkan dari penghitungan rerata waktu reaksi setelah mengemudi dikurangi rerata waktu reaksi sebelum mengemudi. Responden yang dianalisis mengenai selisih rerata waktu reaksinya adalah pengemudi yang derajat kelelahannya termasuk dalam kategori ?tidak lelah?. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian potong lintang komparatif. Sebagian besar derajat kelelahan pengemudi taksi termasuk kategori ?tidak lelah? (91,2%) dan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara jadwal kerja terhadap kelelahan kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kelelahan kerja antara pengemudi jadwal 2-1 dan jadwal 3-1. Secara statistik dari 93 responden yang derajat kelelahannya termasuk dalam kategori ?tidak lelah?. ternyata 46 orang (49,5%) mengalami pemanjangan selisih rerata waktu reaksi. Titik potong data selisih rerata waktu reaksi dari 93 responden didapatkan dari penghitungan persentil 50, diperoleh angka 43,79 ms. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pemanjangan selisih rerata waktu reaksi dengan nilai titik potong 43,79 ms pada hampir sebagian besar pengemudi yang secara subyektif tidak merasakan kelelahan. Hal ini juga terlihat dari adanya selisih rerata waktu reaksi yang bermakna antara pengukuran waktu reaksi sebelum dan setelah mengemudi.
ABSTRACT Fatigue condition on taxi driver can cause traffic accident. It also lowered work productivity. Based on May 2015 absenteeism data of ?X? taxi company in Jakarta, there was 17,5% drivers were absent on duty. This research aims to compare fatigue degrees and the difference of average reaction time between driver?s schedule 2-1 and 3-1 on taxi drivers with the following individual risk factors (age, smoking, sport, BMI, and waist circumference) and working risk factors ( shift of work, length term of work, duration of driving on duty, duration of rest on duty, and length of kilometer on duty). This research was held in one of taxi?s company in Jakarta on September 2015 with 93 respondents. Fatigue degrees was measured by KAUPK2 and the difference of average reaction time was calculated by subtraction between before and after driving mean reaction time. The difference of average reaction time analysis was made only for the drivers who was in ?not tired? category based on fatigue degrees. It is an analytic observational study with comparative cross sectional method. Most of the taxi drivers (92,1%) were in ?not tired? fatigue degree and there was no statistically association between taxi driver?s schedule and fatigue condition. So, it was no difference fatigue condition between drivers with 2-1 and 3-1 schedule. Statistically there was 49,5% drivers who was in ?not tired? category but did have lengthening in the difference of average reaction time. The difference of average reaction time?s cut off point was made by percentiles 50 which result was 43,79 ms. The conclusion is there was a lengthening in the difference of average reaction time with 43,79 ms cut off point among subjectively ?not tired? drivers. It also reflected on there was statistically association between the difference before and after driving mean reaction time.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Ingewaty Wijaya
Abstrak :
Berdasarkan data kunjungan pengemudi taksi ke klinik pool Cinere PT. X didapatkan 50% keluhan nyeri dan pegal-pegal di badan, salah satunya daerah punggung bawah. Keluhan gangguan muskuloskeletal menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di klinik pool Cinere PT. X. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sudut punggung-tungkai atas dan faktorfaktor lain dengan peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut pada pengemudi taksi PT. X. Desain penelitian ini adalah potong lintang. Terdapat 158 responden yang dipilih secara proportional random sampling. Variabel terikat adalah peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut dan variabel bebas adalah umur, tinggi badan, indeks massa tubuh, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, lama mengemudi per hari, shift kerja, sudut punggung-tungkai atas, sudut fleksi lutut. Pengumpulan data dengan wawancara, pengisian log sheet, pengisian kuesioner Visual Analogue Scale sebelum dan sesudah bekerja, pemeriksaan fisik dan pengambilan foto pengemudi yang sudah diberikan reflective tape serta diminta untuk duduk senyaman mungkin sama seperti mengemudi sehari-hari. Dari 158 responden, didapatkan 78 orang (49,4%) mengalami nyeri punggung bawah akut pasca bekerja dan diantaranya terdapat 40 orang (25,3%) yang mengalami peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut. Pada analisis multivariat, didapatkan faktor dominan terjadinya peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut adalah sudut punggung-tungkai atas ≤ 103⁰ (RO = 17,14; IK 95% = 5,03-58,44) dan sudut fleksi lutut < 65⁰ (RO = 9,06; IK 95% = 2,75-29,81). Didapatkan tinggi badan ≥ 165 cm mengurangi risiko peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut (RO = 0,31, IK 95% = 0,13-0,72). Pekerjaan mengemudi taksi dengan sudut punggung-tungkai atas ≤ 103⁰ merupakan faktor dominan peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut. Disarankan pengemudi melakukan relaksasi otot punggung dan menjaga sudut punggung-tungkai atas melebihi 103⁰ dengan memundurkan sandaran kursi sebanyak 5 kali.
According to the data of taxi drivers? visit to the clinic of Cinere Pool of PT. X, it was suggested that 50% of the visit were caused by the complaints of body ache and stiffness. One of them was in the lower back region. Musculoskeletal disorder occupied the first position of the top 10 diseases in the Clinic of Cinere Pool of PT. X. The objective of this study is to know the association between lumbarthigh angle and other factors with increased intensity of acute low back pain among taxi drivers at PT.X. The design of this study is cross-sectional. There were 158 respondents selected by proportional random sampling. The dependent variable was the increased intensity of acute low back pain and the independent variables were age, height, body mass index, exercising habit, smoking habit, length of driving per day, work shift, lumbar-thigh angle, and knee flexion angle. Data collection was conducted by interview, log sheets, questionnaire Visual Analogue Scale (before and after work), physical examination, and image captures of the drivers whom had been marked with reflective tape and asked to sit as comfortable as possible, the same as daily driving. Of 158 respondents, there were 78 respondents (49.4%) experiencing acute low back pain after work and there were 40 respondents (25.3%) experiencing increased intensity of acute low back pain. The analysis of multivariate suggested that the dominant factor of increased intensity of acute low back pain were lumbar-thigh angle ≤ 1030 (OR = 17.14; CI 95% = 5.03 ? 58.44) and knee flexion angle < 65⁰ (OR = 9.06; CI 95% = 2.75 ? 29.81). It was also suggested that height ≥ 165 cm reduced the risk of increased intensity of acute low back pain (OR = 0.31, CI 95% = 0.13 ? 0.72). Driving taxi with lumbar-thigh angle ≤ 103⁰ is the dominant factor of increased intensity of acute low back pain. It is recommended for the drivers to relax the back muscles and maintain the lumbar-thigh angle over 1030 by withdrawing backward the backrest 5 times.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzaky Muhammad Daris
Abstrak :
Penelitian sebelumnya telah menemukan adanya perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas dan perilaku berkendara pada saat sebelum pandemi dan saat pandemi berlangsung. Sayangnya penelitian yang membandingkan persepsi resiko dan perilaku berkendara pada masa pandemi dan setelah pandemi masih sedikit dilakukan khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas, persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pengendara, serta perilaku berkendara berisiko pengendara lain antara saat dan setelah pandemi pada pengemudi taksi online. Partisipan penelitian ini adalah pengemudi taksi online (N=95) yang berdomisili di Jabodetabek. Berdasarkan hasil analisis  paired samples t-test ditemukan tidak terdapat perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas saat dan setelah pandemi. Meskipun begitu, pada persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pengendara dan perilaku berisiko pengendara lain terdapat perbedaan antara saat dan setelah pandemi dimana setelah pandemi ketiga variabel tersebut mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak berwenang perlu untuk lebih memperhatikan perilaku berkendara berisiko khususnya perusahaan yang menaungi pengemudi taksi online agar keselamatan bersama di jalan dapat terwujud dan khususnya penumpang mendapatkan pelayanan yang memuaskan. ......Penelitian sebelumnya telah menemukan adanya perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas dan perilaku berkendara pada saat sebelum pandemi dan saat pandemi berlangsung. Sayangnya penelitian yang membandingkan persepsi resiko dan perilaku berkendara pada masa pandemi dan setelah pandemi masih sedikit dilakukan khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas, persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pengendara, serta perilaku berkendara berisiko pengendara lain antara saat dan setelah pandemi pada pengemudi taksi online. Partisipan penelitian ini adalah pengemudi taksi online (N=95) yang berdomisili di Jabodetabek. Berdasarkan hasil analisis paired samples t-test ditemukan tidak terdapat perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas saat dan setelah pandemi. Meskipun begitu, pada persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pengendara dan perilaku berisiko pengendara lain terdapat perbedaan antara saat dan setelah pandemi dimana setelah pandemi ketiga variabel tersebut mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak berwenang perlu untuk lebih memperhatikan perilaku berkendara berisiko khususnya perusahaan yang menaungi pengemudi taksi online agar keselamatan bersama di jalan dapat terwujud dan khususnya penumpang mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library