Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Ogiee Rakha Fauzan
Abstrak :
ABSTRAK
Peningkatan jumlah penduduk merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari. Di Indonesia sendiri terdapat kurang lebih 271 juta jiwa dan 56% diantaranya hidup di Pulau Jawa (Badan Pusat Statistik, 2014). Sehingga menyebabkan intensitas kegiatan antropogenik meningkat, mengakibatkan limpasan limbah yang dibuang ke dalam sistem sungai menjadi besar. Pencemaran ini dapat ditemui baik pada kolom air maupun sedimen yang telah terakumulasi dalam kurun waktu yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pencemar pada sungai perkotaan yang terletak pada kawasan Jabotabek, menganalisis hubungan antara tata guna lahan dengan kualitas sungai dan memberikan rekomendasi terkait opsi remediasi untuk diimplementasikan. Perolehan data dilakukan dengan pengambilan sampel yang terletak di hulu Sungai Ciliwung dan beberapa titik yang tersebar di kawasan Jabotabek. Pengujian yang dilakukan mencakup parameter organik dan unsur logam berat. Parameter organik berupa DO, TN, TP, TOC, pH, suhu dan TSS. Hasil analisis tata guna lahan dan jarak garis lurus tiap pengambilan sampel terhadap hilir Sungai Ciliwung dikaitkan terhadap data yang telah didapati dari pengujian sampel. Analisis logam berat dilakukan dengan menghitung nilai geoaccumulation index, dimana komposisi logam berat tiap titik pengambilan sampel dibandingkan dengan background value atau hulu Sungai Ciliwung. Ditemukan bahwa terdapat unsur-unsur seperti Mn, Cr, Ni, Eu, Mo, Yb dan Re yang menjadi beban pencemaran terbesar pada lokasi-lokasi tersebut. Setelah melalui perhitungan geoaccumulation index, didapati Sungai Mookervart tergolong dalam pencemaran ekstrem. Sehingga Sungai Mookervart merupakan opsi utama dalam melakukan pemulihan melalui metode remediasi. Metode remediasi yang direkomendasikan adalah pengerukan atau dredging dikarenakan geometri dari Sungai Mookervart yang cenderung kecil. Secara teknis, pengerukan Sungai Mookervart sepanjang 2,16 km membutuhkan biaya sekitar 8 miliar rupiah dengan lama pengerjaan 10 hari untuk menyelesaikan remediasi.
ABSTRACT
Population growth is an unavoidable phenomenon. There are a total of 271 million people living in Indonesia, with 56% of the majority resides in Java Island (Badan Pusat Statistik, 2014). This growth and intensity caused the escalation of antrophogenic activities, leading to an increase in quantity of waste water being discharged into the river causingĀ  many environmental problems such as pollution. The polluted water could be broken down into two parts, pollution in water compartments and sediment compartments. The purposes of this research are to identify the pollution in urban rivers, analyze the correlation between landuse and river quality and recommending the best remediation option to implement. The data on this research are gained by doing sampling in various places including upstream of Ciliwung River and many locations that are spread on the Jabotabek region. The examination of samples includes organic parameters and heavy metal elements. The organic parameters includes DO, TN, TP, TOC, pH, temperature and TSS. The results on landuse and straight line distance of every sampling locations against downstream of Ciliwung River are to be correlated on the results of examinated samples. Geoaccumulation Index is used to analyze the rate of antrophogenic intensity through the quality of sediments. The results composition of heavy metals elements on every sampling locations are compared to the background value which is the upstream of Ciliwung River. There are many elements that standout on the analyzing proceess including Mn, Cr, Ni, Eu, Mo, Yb and Re. By doing the geoaccumulation index, Mookervart River is considered the most polluted river and categorized in extreme pollution. Which, makes it the priority to recover by remediation process. The remediation process used is dredging because of the geometry of the river that are considered narrow. Technically, the object of dredging in Mookervart River span around 2,16 km and would take around 8 billion rupiah to complete within 10 days of labor.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ogiee Rakha Fauzan
Abstrak :
Pertambahan penduduk merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Di Indonesia sendiri terdapat kurang lebih 271 juta jiwa dan 56% diantaranya tinggal di pulau Jawa (Badan Pusat Statistik, 2014). Hal ini menyebabkan intensitas aktivitas antropogenik meningkat, sehingga mengakibatkan limpasan limbah yang besar yang dibuang ke sistem sungai. Pencemaran ini dapat ditemukan baik di kolom air maupun di sedimen yang telah terakumulasi dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi polutan di sungai-sungai perkotaan yang berada di wilayah Jabodetabek, menganalisis hubungan antara penggunaan lahan dan kualitas sungai dan memberikan rekomendasi mengenai opsi remediasi yang akan dilaksanakan. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil sampel yang berada di hulu Sungai Ciliwung dan beberapa titik yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Pengujian yang dilakukan meliputi parameter organik dan unsur logam berat. Parameter organik berupa DO, TN, TP, TOC, pH, suhu dan TSS. Hasil analisis tata guna lahan dan jarak garis lurus setiap pengambilan sampel ke bagian hilir Sungai Ciliwung dikaitkan dengan data yang telah diperoleh dari pengujian sampel. Analisis logam berat dilakukan dengan menghitung nilai indeks geoakumulasi, dimana komposisi logam berat pada setiap titik pengambilan sampel dibandingkan dengan nilai latar belakang atau hulu Sungai Ciliwung. Ditemukan adanya unsur-unsur seperti Mn, Cr, Ni, Eu, Mo, Yb dan Re yang menjadi beban pencemaran terbesar di lokasi tersebut. Setelah melalui perhitungan indeks geoakumulasi, ditemukan bahwa Sungai Mookervart tergolong pencemaran ekstrim. Sehingga Sungai Mookervart menjadi pilihan utama dalam melakukan pemulihan melalui metode remediasi. Metode remediasi yang disarankan adalah pengerukan atau dredging karena geometri Sungai Mookervart cenderung kecil. Secara teknis, pengerukan Sungai Mookervart sepanjang 2,16 km akan menelan biaya sekitar 8 miliar rupiah dan membutuhkan waktu 10 hari untuk menyelesaikan perbaikan.
Population growth is an unavoidable phenomenon. In Indonesia alone there are approximately 271 million people and 56% of them live on the island of Java (Central Bureau of Statistics, 2014). This causes the intensity of anthropogenic activity to increase, resulting in large waste runoff being discharged into the river system. This pollution can be found both in the water column and in sediments that have accumulated over a long period of time. This study aims to identify pollutants in urban rivers located in the Greater Jakarta area, analyze the relationship between land use and river quality and provide recommendations on remediation options to be implemented. Data collection was carried out by taking samples in the upper reaches of the Ciliwung River and several points scattered in the Greater Jakarta area. The tests carried out include organic parameters and heavy metal elements. Organic parameters in the form of DO, TN, TP, TOC, pH, temperature and TSS. The results of the land use analysis and the straight line distance of each sampling to the lower reaches of the Ciliwung River are associated with the data that has been obtained from sample testing. Heavy metal analysis was carried out by calculating the geoaccumulation index value, where the composition of heavy metals at each sampling point was compared with the background value or the upstream of the Ciliwung River. It was found that the presence of elements such as Mn, Cr, Ni, Eu, Mo, Yb and Re which became the biggest pollution burden at that location. After going through the calculation of the geoaccumulation index, it was found that the Mookervart River is classified as extreme pollution. So that the Mookervart River becomes the main choice in carrying out recovery through the remediation method. The recommended remediation method is dredging or dredging because the geometry of the Mookervart River tends to be small. Technically, dredging the 2.16 km Mookervart River would cost around IDR 8 billion and take 10 days to complete the repairs.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasvar Nazar
Abstrak :
Sistem Pengerukan yang dilaksanakan sejak tahun 1973 hingga sekarang dinilai tidak efektif dan efisien dalam menanggulangi masalah pendangkalan Kanal Tanjung Santan karena biayanya yang besar dan hasilnya tidak memuaskan. Hasil penelitian yang dilakukan Intersea Research Corporation menyebutkan bahwa pendangkalan kanal Tanjung Santan disebabkan oleh aliran pesisir pantai (littoral drift). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dirancang Sistem Dinding Pelindung/Kanal yang mampu menahan pasir/lumpur sehingga tidak masuk ke dalam kanal. Sistem Dinding Pelindung Kanal terdiri dari dua komponen yaitu komponen tiang dan dinding. Kekuatan sistem Dinding pelindung kanal dihitung berdasarkan gaya gelombang, tekanan air dan tanah yang terjadi pada sistem tersebut. Agar dapat efektif mencegah pendangkalan selama 20 tahun diding dibuat pada level air tertinggi (High Water Surface - HWS), dengan panjang 650 m di sisi Utara dan 240 m di sisi Selatan. Estimasi biaya investasi Dinding Pelindung Kanal merupakan solusi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Sistem Pengerukan.
Dredging System, which implemented since 1973 until now is considered ineffective and inefficient in tackling the siltation of the Tanjung Santan Canal due to its high cost and unsatisfactory results. The results of research conducted by Intersea Research Corporation stated that the siltation of the Tanjung Santan canal is caused by littoral drift. Based on the results of the study designed a Protective Wall / Canal System that is able to hold sand / mud so it does not enter the canal. Canal Guard Wall System consists of two components, pillar and wall components. The strength of the canal wall protection system is calculated based on the wave force, water and soil pressure that occurs in the system. In order to be able to effectively prevent siltation for 20 years the wall is made at the highest water level (High Water Surface - HWS), with a length of 650 m on the North side and 240 m on the South side. The estimated investment cost of a Canal Guard Wall is a far better solution compared to the Dredging System.
Depok: Universitas Indonesia, [date of publication not identified]
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library