Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiarto
Abstrak :
ABSTRAK
Konsistensi penggunaan kondom pada Penasun masih rendah. Menurut Laporan STBP 2013, konsistensi penggunaan kondom pada Penasun sebesar 17% pada pasangan tetap, 17% pasangan tidak tetap dan 16% pasangan komersial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat determinan penggunaan kondom pada Penasun di 4 Kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data STBP Penasun tahun 2013. Cara pengambilan sampel STBP Penasun adalah Responden Driven Sampling (RDS). Analisis data secara univariat, bivariat dan multivariabel. Hasil penelitian menunjukkan proporsi penggunaan kondom pada saat berhubungan seks sebesar 18% pada pasangan tetap, 17% pada pasangan tidak tetap, 17% membeli seks dan 5% menjual seks. Determinan penggunaan kondom pada 4 pasangan berbeda, namun tidak memiliki kondom selalu ada pada semua jenis pasangan. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tetap adalah tidak memiliki kondom, tidak merasa berisiko, pengetahuan rendah, tidak mengakses LASS, tidak menikah dan merasa kondom tidak bermanfaat dalam mencegah HIV merupakan determinan dari perilaku penggunaan kondom Penasun pada pasangan tetap. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tidak tetap adalah tidak memiliki kondom dan tidak menikah merupakan determinan penggunaan kondom Penasun pada pasangan tidak tetap. Determinan penggunaan kondom pada Penasun yang membeli seks adalah tidak memiliki kondom merupakan determinan penggunaan kondom Penasun saat membeli seks
ABSTRACT
Consistent condom use in IDUs remains low. According to the report IBBS 2013, the consistent use of condoms in 17% IDU steady partner, 17% of couples are not fixed and 16% commercial partner. This study aims to look at the determinants of condom use among IDU in four cities in Indonesia. This study uses IBBS IDU 2013. How sampling IBBS IDU is Respondent Driven Sampling (RDS). Analysis of univariate, bivariate and multivariable. The results showed the proportion of condom use during sex by 18% on a regular partner, 17% on casual partners, 17% and 5% purchase sex sell sex. Determinants of condom use on four different couples, but does not have a condom always exist in all types of couples. Determinants of condom use on a regular partner is not having a condom, do not feel at risk, low knowledge, no access LASS, not married and feel condoms are not useful in preventing HIV is a determinant of condom use behaviors of IDUs in couples staying. Determinants of condom use in casual partners is not to have condoms and abstaining from marriage is the determinant of condom use in casual partners of IDUs. The Determinants of condom use among IDU who buy sex is not having a condom is a determinant of the use of condoms when buying sex IDU
2016
T46541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verlina Yohana Kawangung
Abstrak :
Masih tingginya kejadian IMS pada WPS (83,2%) dan perilaku pencegahan yang kurang berpotensi penularan IMS dan peningkatan penyebaran kasus HIV-AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketersediaan kondom terhadap penggunaan kondom di Lokasi Batu 24 dan Batu 80. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu, kuantitatif dengan disain cross sectional dan kualitatif dengan disain RAP. Sampel pada penelitian ini adalah WPS di Lokasi Batu 24 dan Batu 80 berjumlah 136 orang (total sampel) dan 22 orang informan. Ada 81,6 % menggunakan kondom pada seks terakhir dan 47,2 % selalu menggunakan kondom seminggu terakhir. Penggunaan kondom seminggu terakhir dipengaruhi oleh ketersediaan kondom (OR=1,7) dan tetap berpegaruh setelah dikontrol oleh variabel konfounder (OR=2,4). ......The high prevalence of STI among sex worker (83.2%) and low condom used behaviors potentially increase the spread of transmission of STI and HIV-AIDS cases.This study aims to determine the effect of condom availability on condom use among sex worker at Lokasi Batu 24 and Batu 80. Quantitative and qualitative methods had been used in this study. Samples in this study are direct sex workers in Lokasi Batu 24 and Batu 80, total 136 person (total sample) and 22 informen. There are 81.6% used condom at last sex, and 47.2% always used condoms in past a week. Condoms used in past a week are influenced by the availability of condoms (OR = 1.7) and still having effect after controlled by confounder variables (OR = 2.4).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31137
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Khotimah
Abstrak :
Prevalensi HIV pada kelompok Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) selalu meningkat setiap tahun dan kelompok ini memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi HIV. Promosi penggunaan kondom konsisten merupakan strategi untuk pencegahan HIV pada LSL. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom konsisten pada LSL yang memiliki pasangan tetap, pasangan tidak tetap dan pasangan komersial. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dari data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) untuk LSL tahun 2013. Dari 602 LSL yang terpilih, konsistensi penggunaan kondom sebulan terakhir pada pasangan seks tetap 31.9%, pasangan seks tidak tetap 36.4%, dan pasangan seks komersial 42.4%. Pada analisis multivariabel menunjukkan bahwa faktor yang berasosiasi signifikan pada LSL dengan pasangan seks tidak tetap yaitu pengetahuan komprehensif (aOR = 1.89 95% CI : 1.1-3.1), sumber informasi media (aOR = 2.7, 95% CI : 1.1-6.7), dan informasi dari petugas ahli (aOR = 4.2, 95% CI : 1.9-9.2) meningkatkan penggunaan kondoom konsisten. Sedangkan pada pasangan seks komersial yaitu sumber informasi dari petugas ahli (aOR = 3.5, 95% CI : 1.1-11.1) dan persepsi LSL bahwa dirinya rentan tertular HIV (aOR = 2.88, 95% CI : 1.1-7.4). Intervensi ke depan harus fokus pada populasi kunci terutama LSL di semua jenis pasangan seks dan fokus pada promosi penerimaan masyarakat tekait norma pro-kondom. ......HIV prevalence among men who have sex with men (MSM) increased current year and MSM are population at high risk for HIV infection. Promoting consistent condom use (CCU) is a key reduction strategy for HIV prevention among MSM. This thesis report the factors associated with CCU among MSM with regular, casual and comercial partners. This thesis used cross-sectional design from Integrated Biological and Behaviour Surveillance for MSM 2013. Among 602 MSM was selected, CCU last month with regular partners is 31.9%, casual partners is 36.4%, and comercial partners is 42.4%. in multivariabel analysis showed factors were associated with condom use in casual partners are comprehensive knowledge (aOR = 1.89 95% CI : 1.1-3.1), information source from media (aOR = 2.7, 95% CI : 1.1-6.7), and source from health professional (aOR = 4.1, 95% CI : 1.9-9.2) were more likely to report consistent condom use. In comercial partners are source from health professional (aOR = 3.5, 95% CI : 1.1-11.1) and perceived for HIV infection (aOR = 2.88, 95% CI : 1.1-7.4). HIV intervention need to focus in key population especially MSM with all types of sex partners and it is important promote social acceptance pro-kondom norm.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S58836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Purwarini
Abstrak :
Infeksi Menular Seksual (IMS) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan pada tahun 2008, 340 juta penduduk dunia terinfeksi IMS, dan di Asia Tenggara kasus IMS 40% dari kasus di dunia, hal ini karena pengendalian IMS yang lemah. Kasus IMS banyak terjadi pada pekerja seks komerial (PSK) dan LSL (laki-laki berhubungan Seks dengan laki-laki). Meningkatnya kasus IMS akan meningkatkan kasus HIV (WHO, 2009). Prevalensi IMS di Indonesia pada waria lebih tinggi (19,3%) daripada LSL (1,1%) (WHO, 2008), penelitian Pisani dkk di Jakarta tahun 2004 menunjukkan prevalensi HIV pada waria 22%, PSK laki-laki 36% dan LSL 2,5%. Banyaknya kasus IMS pada waria, dapat di intervensi melalui petugas kesehatan untuk mencegah penularan HIV/AIDS dengan melakukan seks aman. Intervensi ini diharapkan dapat mengubah perilaku PSK waria Namun bagi PSK waria yang mengobati sendiri/tidak mengobati belum pernah diketahui konsistensi penggunaan kondom. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pencarian pengobatan IMS dengan penggunaan kondom seminggu terakhir pada PSK waria dengan gejala IMS setahun terakhir. Penelitian ini menggunakan data STBP tahun 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel PSK waria yang mengalami gejala IMS setahun terakhir sejumlah 214 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PSK waria yang mencari pengobatan IMS kepada bukan tenaga kesehatan sebesar 28,5%, sedangkan yang berobat kepada petugas kesehatan sebesar 71,5%. PSK waria yang konsisten menggunakan kondom sebesar 25,2% dan yang tidak konsisten sebesar 74,8%. Hubungan pencarian pengobatan dengan penggunaan kondom menunjukkan bahwa PSK waria yang mencari pengobatan kepada bukan petugas kesehatan mempunyai peluang konsisten menggunakan kondom 1,57kali dibandingkan yang mencari pengobatan kepada petugas kesehatan (OR=1,57, 95% CI: 0,76-3,28). Hubungan tersebut secara statistik tidak bermakna (p=0,23). Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dilakukan pelatihan komunikasi efektif bagi petugas kesehatan agar dapat melakukan konseling dengan baik, menyediakan kondom gratis, memeriksa anal dan oral waria yang berobat, menyediakan obat yang efektif untuk IMS/HIV, bekerjasama dengan kelompok waria untuk mengadakan penyuluhan tentang IMS/HIV, memberikan pendidikan moral dan seks bagi remaja baik secara formal maupun informal. ......Sexually transmitted Infection (STI) still become a world health problem. Worldwide, an estimated 33.4 million people are living with HIV. In South East Asia region accounts for nearly 40% of world's burden of STI's, due to poor controlling. This mostly happened in sex workers and their clients, men who have sex with men . The increasing number of STI will increase the number of HIV (WHO, 2009). The objection of this study is to know the association between health seeking behavior for STI and condom use for anal sex within last week in transvestites sexual commercial worker (SCW) that had been complaining STI's symptom during last year. This study uses data from HIV/STI Integrated Biological Behavioral Surveillance among Most-at-Risk Groups (MARG) in Indonesia, 2007. The study design is cross- sectional with 214 transvestites who had been complaining for STI's symptom within last year. Result of this study shows that 28,5% of the transvestites SCW self medication/did not do anything for the STI's symptom and 71,5% seek to health worker. Only 25,2% of them constantly used condoms, and 74,8% were not. The association between health seeking behavior and condom use shows that transvestites SCW who did self medication/did not do anything for STI's symptom had opportunity consistently condom use 2,26 times than those who came to health worker (OR=2,26, 95% CI: 0,98-5,24). This association is statistically not significant (p=0,06). Based on the results, we suggest doing some effective communication training for health care workers how to do a good counseling, to provide condom freely, to give anal and oral examination for treated transvestites, to provide effective drug for STI/HIV, to assist transvestites group in arranging seminar about STI/HIV, to give formal or informal moral and sex education to adolescence.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30829
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Rianita
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu faktor risiko tingginya penularan IMS-HIV/AIDS adalah banyaknya pelanggan yang dilayani seorang WPS. Makin besar jumlah pelanggan, makin besar kemungkinan tertular HIV. Sebaliknya jika WPS telah terinfeksi IMS-HIV, maka makin banyak pelanggan yang mungkin tertular darinya. Rendahnya penggunaan kondom pada transaksi seks merupakan suatu masalah yang harus diperhatikan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktorfaktor yang berhubungan pada WPS dengan HIV/AIDS terhadap perilaku penggunaan kondom pada pelanggannya di Lokalisasi Batu 15 Kota Tanjungpinang tahun 2011. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Populasi studi adalah seluruh WPS dengan HIV/AIDS yang ada di Lokalisasi Batu 15, dengan jumlah sampel 45. Hasil penelitian didapatkan WPS dengan HIV/AIDS yang konsisten terhadap penggunaan kondom adalah 48.9%. Analisa menggunakan uji chi square, menunjukan bahwa terdapat hubungan antara variabel pendidikan, jumlah pelanggan, riwayat penyakit IMS, riwayat penyakit HIV, ketersediaan kondom dan dukungan teman sebaya dengan perilaku penggunaan kondom. Belum tercapainya target nasional penggunaan kondom pada WPS yaitu 60 %, maka perlu adanya kebijakan untuk condom use 100% di Lokalisasi Batu 15 dan promosi kesehatan tentang peningkatan pengetahuan HIV/AIDS dan penggunaan kondom
ABSTRACT
One of the highest risk factor for transmission of IMS-HIV/AIDS is the number of WPS. The more customers, the greater the likelihood of HIV infection. Conversely, if the WPS was infected with an STI, HIV medications, the more customers who might be infected. Low condom use in sex trafficking is a problem that must be taken into account. The purpose of this study was to determine the factors associated with WPS HIV/AIDS, condom use behavior to its clients in the localization of 15 Tanjungpinang City in 2011. In this study used cross-study design. WPS is the entire population with HIV/AIDS in localization of Batu 15, the number of samples, 45. Results of WPS with HIV/AIDS is consistent condom use rate of 48.9%. Analysis of the use Chi-square test, showed that there was a correlation between variables, the number of clients, the history of STDS, history HIV disease, the availability of condoms and peer support with the behavior of condom use. Not achieving national targets on the WPS is 60% condom use, it's a 100% condom use policy in the localization of Batu 15 and health promotion increased knowledge about HIV / AIDS and condom use.
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Adzani
Abstrak :
[ASBTRAK
Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan data sekunder SDKI KRR 2012 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor individu dan lingkungan yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada remaja pria yang aktif secara seksual di Indonesia. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 590 orang. Diantara remaja pria belum menikah yang pernah melakukan hubungan seksual hampir setengah (45%) dari mereka aktif secara seksual dan lebih dari tiga perempat (76,3%) dari mereka tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom meliputi: pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS; persepsi bahwa kondom dapat mencegah kehamilan; persepsi risiko kehamilan pasangan seks; paparan informasi/ iklan kondom dari media massa; edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan wilayah tempat tinggal. Adapun ?persepsi bahwa kondom dapat mencegah kehamilan? merupakan prediktor terkuat pada penelitian ini (OR=2,5) dan faktor ?persepsi bahwa kondom dapat mencegah penularan IMS termasuk HIV/AIDS? merupakan variabel pengontrol (confounding). Hasil penelitian ini menyarankan untuk membentuk wadah peduli remaja di sekolah atau universitas dan mengembangkan program kesehatan reproduksi remaja yang sudah ada.
ABSTRACT
The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist.;The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist.;The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist., The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist.]
2015
T43464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggela Pradiva Putri
Abstrak :
HIV dan AIDS sampai saat ini masih menjadi kasus yang mendapat perhatian di dunia dan Indonesia. Diantara kelmpok rentan penularan HIV, LSL merupakan salah satu populasi kunci penyumbang jumlah kasus baru HIV pada tahun 2015 yaitu 12. Terdapat berbagai faktor peyebaran HIV pada LSL, salah satunya yaitu penggunaan kondom konsisten. Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi hubungan penggunaan kondom dengan pencegahan HIV pada LSL di 6 kota di Indonesia dengan menggunakan data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku STBP 2015. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang dilaksanakan pada Maret-Juni 2018. Populasi pada penelitian ini yaitu LSL yang memiliki pasangan tetap wanita, pria, atau waria. Jumlah sampel sebanyak 773 responden dengan melakukan pembersihan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan penggunaan kondom dengan status HIV memberikan nilai p= 0,059 Terdapat hubungan yang signifikan antara seks anal dengan status HIV dengan nilai p= 0,027. Perlu dilakukan penyuluhan dan intervensi yang lebih agar pemakaian kondom dapat lebih efektif sebagai metode pencegahan HIV. ......HIV and AIDS is still a case of attention in the world and Indonesia. Among the vulnerable groups of HIV transmission, MSM is one of the key populations contributing to the number of new HIV cases by 2015 at 12 . There are various factors in the spread of HIV in MSM, one of which is consistent condom use. This study aims to identify condom use relationships with HIV prevention in MSM in 6 cities in Indonesia using Biological Integrated Survey and Behavioral Survey data STBP 2015 . This study uses a cross sectional study conducted in March June 2018. The population in this study is MSM who have a permanent partner of women, men, or waria. The number of samples is 773 respondents by performing data cleaning. The results showed that the relationship of condom use with HIV status gave p value 0.059 There was a significant correlation between anal sex with HIV status with p value 0,027. More counseling and interventions are needed to make condom use more effective as a method of HIV prevention.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Nadya Hanna Talitha
Abstrak :
Infeksi HIV akibat hubungan seksual lelaki dengan lelaki telah mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab tingginya transmisi HIV di dunia saat ini. Prevalensi HIV pada kelompok LSL di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya prevalensi HIV pada LSL di Indonesia adalah penggunaan kondom konsisten yang masih rendah di bawah target nasional 60 penggunaan kondom konsisten pada populasi kunci, terutama dengan perilaku seksual LSL yang berganti-ganti pasangan. Rendahnya penggunaan kondom secara konsisten pada LSL dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor tersebut dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada LSL di Tangerang, Yogyakarta, dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 303 LSL di 3 kota tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 38 LSL selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, 87,8 LSL berusia 25 tahun, 81,8 LSL memiliki tingkat pendidikan tinggi ge; SMA , 43,6 LSL memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS, 70,6 LSL memiliki gejala IMS, 46,5 LSL memperoleh kondom gratis selama sebulan terakhir, 49,8 LSL memiliki akses yang baik ke sumber informasi mengenai HIV/AIDS, serta 38,3 LSL telah berpartisipasi dengan baik dalam program HIV/AIDS. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, hubungan dengan penggunaan kondom konsisten yaitu umur ge; 25 tahun PR=1,154; 95 CI=0,92-1,45 , tingkat pendidikan tinggi PR=1,142; 95 CI=0,93 ndash;1,4 , pengetahuan baik mengenai HIV/AIDS PR=1,301; 95 CI=1,08-1,57 , memiliki gejala IMS PR=1,241; 95 CI=1,04 ndash;1,48, menerima kondom gratis PR=1,734; 95 CI=1,4 ndash;1,9, mengakses sumber informasi mengenai HIV/AIDS secara baik PR=1,401; 95 CI=1,17 ndash;1,68, serta berpartisipasi baik dalam program HIV/AIDS PR=1,323; 95 CI=1,08-1,62 . Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP terutama distribusi kondom, menyebarluaskan informasi HIV/AIDS melalui media sosial yang saat ini lebih sering diakses masyarakat, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia sekolah yang disesuaikan dengan umur. Selain itu, penelitian kualitatif juga perlu dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan keengganan LSL menggunakan kondom secara konsisten. ......HIV infection in MSM has been increasing and becoming one of many reasons of high HIV transmission in the world recently. HIV prevalence in MSM in Indonesia is the highest among other countries in South East Asia. One of the cause of high HIV prevalence in MSM in Indonesia is the low percentage of consistent condom use under 60 national target of consistent condom use in key population, compounded by having multiple sexual partners. The low percentage of consistent condom use among MSM can be determined by predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors. This study aims to determine the relations among those factors with consistent condom use among MSM in Tangerang, Yogyakarta, and Makassar in 2013. This study used cross sectional design by using IBBS 2013 data. Samples in this study were 303 MSM in those 3 cities met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate. From the result, there are 38 MSM using condom in every sexual intercourse, 87.8 MSM ge 25 years old, 81.8 MSM having high level education, 43.6 MSM having good knowledge about HIV AIDS, 70.6 MSM having STIs symptoms, 46.5 MSM getting free condom, 49.8 MSM having better access of HIV AIDS information, and 38.3 MSM with good participation in HIV AIDS program. Based on bivariate analysis, relationships with consistent condom use are MSM ge 25 years old PR 1.154 95 CI 0.92 ndash 1.45 , having high level education PR 1.142 95 CI 0.93 ndash 1.4, having good knowledge about HIV AIDS PR 1.301 95 CI 1.08 ndash 1.57, having STIs symptoms PR 1.241 95 CI 1.04 ndash 1.48, getting free condom PR 1.734 95 CI 1.4-1.9, having better access of HIV AIDS information PR 1.401 95 CI 1.17 ndash 1.68, and having good participation in HIV AIDS program PR 1.323 95 CI 1.08-1.62. Therefore, it is advised to improve IPP program especially for condom distribution, spread the information about HIV AIDS through social media which are more accessed nowadays, and give reproductive health education for students based on their age. Besides, qualitative study is also needed to dig up MSM motivation to not use condom consistently.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlian Rista Aditya
Abstrak :
Prevalensi HIV pada LSL terus meningkat dari tahun ke tahun, 8% pada 2007 menjadi 17% pada 2011. Tingginya prevalensi HIV pada populasi ini disebabkan oleh pratek perilaku seks aman berupa penggunaan kondom secara konsisten yang masih rendah, 32% pada 2007 dan 24% pada 2011. Tujuan penelitian: Diperolehnya informasi yang mendalam tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada pekerja seks laki-laki panti pijat serta situasi dan pola penggunaan kondomnya. Desain penelitian: Kualitatif menggunakan rapid assessment procedures. Sebanyak 30 informan dipilih melalui ?stratified? purposive sampling dari 15 panti pijat laki-laki, diwawancarai secara mendalam menggunakan structured open-ended question, ditranskrip dan matriks dibuat untuk memilah data sesuai tema-tema yang muncul. Observasi situasi di panti pijat dan analisis dokumen dilakukan untuk melengkapi wawancara mendalam. Analisis-interpretasi data dilakukan berdasarkan 5 level Socio Ecological Model. Hasil: Sebagian besar faktor-faktor pada level individual (pengetahuan, motivasi dan kesiapan menggunakan kondom, niat, keputusan menggunakan kondom, keterampilan, dan selfefficacy) dalam situasi yang memadai dan menjadi faktor pendukung penggunaan kondom secara konsisten. Namun pengaruh faktor-faktor ini tidak langsung dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor interpersonal terutama klien, atasan/manajer panti pijat, teman dan pasangan tetap serta oleh faktor-faktor situasi organisasi panti pijat seperti aturan organisasi, mekanisme rantai suplai distribusi dan promosi kondom, struktur dan budaya organisasi. Faktor-faktor pada level komunitas tidak mendukung tetapi juga tidak menghambat secara langsung karena jejaring, kapasitas, kepemimpinan, partisipasi dan sumber daya komunitas masih embrional dan belum kuat. Faktor-faktor pada level kebijakan publik mendukung perilaku penggunaan kondom informan karena memungkinkan ketersediaan dan distribusi kondom serta program HIV berjalan di panti pijat. Namun karena adanya kontradiksi antara beberapa kebijakan publik, pengaruhnya menjadi terbatas. Ditemukan juga ada 3 pola umum penggunaan kondom pada informan yang merupakan model sederhana dari stage of change model, health believe model, precaution adoption process model dan social cognitive theory. Kesimpulan/rekomendasi: semua informan telah menggunakan kondom tetapi hanya sebagian kecil informan, sekitar 30%, yang penggunaan kondomnya konsisten. Faktor pada level interpersonal dan organisasional adalah faktor yang paling mempengaruhi penggunaan kondom informan dibandingkan faktor-faktor pada level individual, komunitas dan kebijakan publik. Disarankan agar intervensi pencegahan HIV menyasar lebih dalam faktor-faktor pada kedua level tersebut.
Background: HIV prevalence among MSM increase time to time, 8% in 2007 to 17% in 2011. High HIV prevalence among this population caused by low unsafe sex practices in form of consistent condom use, 32% in 2007 and 24% in 2011. Study purpose: to acquired insight of consistent condom use suporting and inhibiting factors among massage parlor-based male sex workers as well as situation and patterns of condom use behavior. Study design: qualitative approach using rapid assessment procedure method. Thirty informans were select through ?stratified? purposive sampling from 15 massage parlors, interviewed using structured open-ended questions, trancripted and matrix developed for data sorting to captured any emerged themes. Documents and secondary data analysis and observation carried out to suplement indepth interview. Data analysis and interpretation done based on 5 levesl of Socio Ecological Model. Results: Most of factors at individual level (knowledge, motivation and readiness to use condom, behavioral intention, deicion about acting, condom use skill, self-efficacy) were adequate and as supporting factors for consistent condom use practices. However influences of these factors was indirect and greathly influenced by interpersonal factors particularly by clients, massage parlor managers, peers and steady partners as well as by organizational factors such as massage parlor work regulation, condom supply chain management and promotion, organizational culture and structure. Factors at community level were neither support nor inhibit directly to consitent condom use practices. These are mainly caused by inadequate and embryonic stage of community networking, capacity, leadership, participation, and resources. Factors at public policy level support informant?s consistent condom use practices since these factors enabled condom availability and distribution and presence of HIV prevention program inside the massage parlors as well. However due to contradiction among those existing public policy, the influences were narrow. This study found 3 general patterns of informant?s condom use practices which are served as simple model of social cognitive theory, stages of change model, health believe model and precaution adoption process model. Conslusion/recommendation: All informants had used condom but only few of them, about 30%, had used it consistently. Factors at interpersonal and organizational level were the most influencing factors for consistent condom use practices among informants compared to factors at individual, community and public policy level. It is recommended to have deeper and more intensive intervention at those two levels.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T32564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reineldis Gerans
Abstrak :

Lelaki seks Lelaki (LSL) dengan HIV positif merupakan populasi yang terstigmatisasi dan beresiko tinggi menularkan infeksi HIV. Promosi penggunaan kondom menjadi kunci strategis untuk mencegah penularan HIV dikalangan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) LSL dan pasangannya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi determinan perilaku penggunaan kondom ODHA LSL. Desain yang digunakan analitik cross sectional. Teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Penelitian di Kupang  dengan 150 responden. Hasil menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan seksual ODHA LSL (p=0,001;α=0,05) dan penggunaan alkohol (p=0,002;α=0,05) dengan perilaku penggunaan kondom. Analisis regresi berganda menunjukkan faktor yang lebih dominan memengaruhi perilaku penggunaan kondom pada ODHA LSL di Kupang adalah pengetahuan tentang kesehatan seksual ODHA LSL (p=0,001; α= 0,05; OR=15,505; 95% CI= 3,550-67,732).  Konsistensi penggunaan kondom ODHA LSL membutuhkan pengetahuan yang baik terkait kesehatan seksual meliputi bahaya HIV/AIDS, PMS, perilaku seksual beresiko, dan manfaat kondom. Petugas kesehatan dianjurkan mampu merancang intervensi khusus dalam memberikan pendidikan kesehatan seksual ODHA LSL.


Men who have sex with men (MSM) with HIV/AIDS are a stigmatized population and at high risk of transmitting HIV infection. Promotion of condom use is a strategic key to preventing HIV transmission among MSM and their partners. This study aims to identify the behavioral determinants of condom use for MSM with HIV/AIDS.  The design used is cross sectional analytic. The sampling technique used was consecutive sampling. This research was conducted in Kupang with 150 respondents. The results showed that there was a relationship between knowledge about sexual health of MSM with HIV/AIDS (p = 0.001; α = 0.05) and alcohol use (p = 0.002; α = 0.05) with the behavior of condom use. Multiple regression analysis showed that the more dominant factor influencing the behavior of condom use in MSM with HIV/AIDS in Kupang was knowledge about sexual health of MSM with HIV/AIDS (p = 0.001; α = 0.05; OR = 15,506; 95% CI = 3.550-3,550-67,732). The consistency of condom use for MSM with HIV/AIDS requires good knowledge regarding sexual health including the dangers of HIV / AIDS, STDs, risky sexual behavior, and the benefits of condoms. Health workers are recommended to be able to design specific interventions in providing sexual health education for for MSM with HIV/AIDS.

2019
T53089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>