Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arya Aditya Purbadi
"Salah satu metode untuk menentukan keberadaan ion logam dalam suatu sampel adalah dengan senyawa pengkelat yang mampu berfluorosensi dalam bentuk kompleksnya. Senyawa ligan pengkelat yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin. Senyawa ligan tersebut disintesis dengan dua tahap yakni tahap kondensasi Claisen-Schmidt dan tahap penambahan metil hidrazin berlebih. Karakterisasi senyawa ligan yang disintesis dilakukan dengan bantuan instrumentasi seperti spektroskopi FTIR dan NMR. Eksperimen ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi ion logam Cu2+ dan Fe3+ yang dikelatkan dengan ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin, terhadap kemampuannya berfluorosensi sebagai senyawa kompleks.
Selektivitas ligan dalam mengkelat ion logam-pun dipertimbangkan. Variasi konsentrasi kedua ion logam diurutkan dari 0,001; 0,002; 0,003; 0,004; 0,005; 0,006; 0,007; 0,008; 0,009 dan 0,01 mol L-1, dalam keberadaan 0,01 mol L-1 senyawa ligan. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa seiring peningkatan konsentrasi ion Cu2+ pada kompleks Cu-ligan, emisi fluorosensinya semakin meredup, pada panjang gelombang 255 nm. Hal yang sama terjadi pada kompleks Fe-ligan, terjadi peredupan emisi seiring dengan meningkatnya konsentrasi Fe3+ pada kompleks Fe-ligan, di atas konsentrasi Fe3+ 0,028 mol L-1, pada panjang gelombang 509 nm. Pada uji selektivitasnya, tercatat bahwa ligan ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin lebih senang mengkelat ion Fe3+ dibandingkan Cu2+.

One of the method to determine the presence of metal ions in a certain sample, is by using a chelating ligand that gives fluorescent emission when forming it?s complex compound. The ligand compound utilized in this experiment is 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine. The organic ligand was synthesized using a two-step reaction: the first step is a Claisen-Schmidt condensation reaction, the second step is the addition of excess methyl hydrazine. Characterization of the ligand synthesized in this experiment, was done by using instruments such as FTIR spectroscopy and NMR. This experiment was to study the effect of Cu2+ and Fe3+ concentrations that were chelatet by 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine ligand, on the fluorescent abilities of their respective complex compounds.
The selectivity of the ligand on chelating the two metal ions, was also taken to account. The concentration of both metal ions were varied from 0.001, 0.002, 0.003, 0.004, 0.005, 0.006, 0.007, 0.008, 0.009 dan 0.01 mol L-1, in the presence of 0.01 mol L-1 ligand. From the experimental results, it is shown that as the concentration of Cu2+ increased in Cu-ligand complex, the fluorescent emission became dimmer, at wavelength 385 nm. The same thing happened with Fe-ligand complex, the fluroscent emission of Fe-ligand became dimmer as the concentration increased, at wavelength 509 nm. In the selectivity test, it was shown that 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine ligand was more favorable to chelate Fe3+ ions instead of Cu2+.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Endenita Ibrahim
"ABSTRACT
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan asam amino sistein dan agen pengkelat EDTA dalam larutan Tris-buffer terhadap integritas DNA dan morfometri kepala spermatozoa sapi friesian holstein (Bos taurus) pascapengeringbekuan. Semen dikoleksi seminggu sekali selama enam minggu. Sampel semen sapi diencerkan dengan larutan Tris-buffer yang ditambahkan dengan asam maino sistein dan EDTA. Kelompok perlakuan terbagi menjadi empat, yaitu kelompok larutan pengencer Tris-buffer tanpa ditambahkan asam amino sistein atau EDTA (KK), larutan pengencer Tris-buffer ditambahkan asam amino sistein (KP1), larutan pengencer Tris-buffer ditambahkan dengan EDTA (KP2), larutan pengencer Tris-buffer ditambahkan asam amino sistein dan EDTA (KP3). Hasil integritas DNA spermatozoa sapi friesian holstein pascapengeringbekuan pada semua kelompok perlakuan 100% stabil dan tidak mengalami kerusakan. Hasil analisis varians (ANAVA) menunjukkan bahwa pemberian asam amino sistein 10 mM dan EDTA 50 mM terhadap panjang dan area morfometri kepala spermatozoa sapi friesian holstein (Bos taurus) pascapengeringbekuan tidak berbeda nyata antar kelompok (P>0,05), sedangkan terhadap lebar morfometri kepala spermatozoa sapi friesian holstein pascapengeringbekuan berbeda nyata antar kelompok (P<0,05).

ABSTRACT
The research was conducted to assess the effect of cysteine and EDTA chelating agent on DNA integrity and head morphometry of friesian holstein (Bos taurus) cattle spermatozoa after freeze-drying. Semen was collected every once a week for six weeks. The control group, semen diluted in Tris-buffer solution without cysteine or EDTA chelating agent, while in treatment groups semen diluted in Tris-buffer solution with addition of 10 mM cysteine, addition of 50 mM EDTA chelating agent, then the last group with addition of 10 mM cysteine and 50 mM EDTA chelating agent.  Based on the result, DNA integrity of freeze dried spermatozoa, showed that 100% DNA stablized in control and all groups. Result of variances (ANAVA) one factor test, showed that addition of cysteine 10 mM and EDTA chelating agent 50 mM were not significantly different in length and area morphometry  between groups parameter (P > 0,05), while addition of 10 mM cysteine and 50 mM EDTA chelating agent were significantly different in width morphometry between  groups parameter (P < 0,05)."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ericko Christopher
"ABSTRAK
Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam amino glutamin dan agen pengkelat EDTA (asam etilen diamin tetraasetat) dalam larutan Tris-buffer pada integritas DNA dan morfometri kepala spermatozoa sapi Friesian Holstein (Boss taurus) pascabeku. Semen dikumpulkan seminggu sekali untuk enam minggu. Sampel semen diencerkan dengan pengencer tris-buffer dan ditambah asam amino glutamin dan EDTA. Kelompok perlakuan dibagi menjadi empat grup hanya berisi larutan penyangga Tris (KK), grup larutan penyangga Tris dengan penambahan EDTA (KP1), kelompok larutan penyangga Tris dengan penambahan asam amino glutamin (KP2), dan kelompok larutan penyangga Tris dengan penambahan EDTA dan asam amino glutamin (KP3). Hasil integritas DNA spermatozoa sapi Friesian
Holstein (Bos taurus) setelah pengeringan beku pada semua perlakuan stabil 100% dan tidak rusak. Hasil analisis varians (ANAVA) menunjukkan bahwa pemberian asam amino glutamin dan EDTA pada morfometri kepala spermatozoa Sapi Friesian Holstein (Bos taurus) pasca pengeringan beku pada semua perlakuan antara kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P > 0,05). Hasil analisis
membran plasma utuh sperma menunjukkan penambahan kombinasi asam amino amino glutamin dan EDTA memiliki efek signifikan dalam menjaga membran membrane plasma (P < 0,05).
ABSTRACT
This study was conducted to determine the effect of adding the amino acid glutamine and the chelating agent EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid) in Tris-buffer solution on DNA integrity and sperm head morphometry of Friesian Holstein cattle (Boss taurus) post-frozen. Semen is collected once a week for six weeks. The semen sample was diluted with tris-buffer diluent and the amino acids glutamine and EDTA were added. The treatment group was divided into four groups containing only Tris buffer solution (KK), Tris buffer solution group with the addition of EDTA (KP1), Tris buffer solution group with the addition of amino acid glutamine (KP2), and Tris buffer solution group with the addition of EDTA and amino acids. glutamine (KP3). Friesian bovine spermatozoa DNA integrity results
Holstein (Bos taurus) after freeze drying in all treatments was 100% stable and undamaged. The results of the analysis of variance (ANOVA) showed that the administration of amino acids glutamine and EDTA to the spermatozoa head morphometry of Holstein Friesian Cattle (Bos taurus) after freeze drying in all treatments between the two groups did not show a significant difference (P > 0.05). Analysis result
intact plasma membrane of sperm showed that the addition of the amino acid combination of glutamine and EDTA had a significant effect in maintaining the plasma membrane (P < 0.05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Asijati Widijaningsih Ichsan
"Serat pengkelat mempunyai keselektifan dan kecepatan pertukaran yang tinggi terhadap ion-ion, penahanan terhadap aliran rendah dan dapat digunakan dalam berbagai bentuk. Akan tetapi tidak mudah untuk membuat serat pengkelat yang memenuhi persyaratan yang diperlukan yaitu : gugus ionik dan kerangka polimer harus stabil secara kimia, kapasitas pertukaran tinggi dan mempunyai kekuatan mekanis yang cukup tinggi.
Tujuan penelitian pada tahap pertama ini adalah untuk membuat serat pengkelat dengan cara kopolimerisasi cangkok asam akrilat pada serat polipropilen. Kopolimer cangkok yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai adsorben untuk ion-ion logam berat dalam larutan.
Kopolimerisasi cangkok dilakukan dengan metoda pra-irradiasi menggunakan sinar gamma. Proses grafting/pencangkokan asam akrilat dilakukan dalam media air. Hasil kopolimerisasi ditentukan berdasarkan prosen grafting sebagai fungsi dari (I) dosis total (2) waktu reaksi (3) suhu reaksi dan (4) konsentrasi monomer. Kapasitas pertukaran dan kinetika penyerapannya terhadap logam Cu(II) diamati pada pH 4. Terbentuknya kopolimerisasi cangkok dibuktikan dengan`IR dan DTA.
Hasil pengamatan dengan menggunakan dosis total I sampai 5 M rad menunjukkan bahwa kenaikan dosis radiasi diikuti dengan kenaikan prosen grafting terutama pada interval waktu grafting 30 sampai 120 menit. Pengamatan pada berbagai suhu grafting menunjukkan bahwa prosen grafting meningkat cukup berarti terhadap waktu grafting pada suhu 60°C. Kenaikan konsentrasi monomer pada kisaran konsentrasi yang diamati diikuti pula oleh kenaikan prosen grafting.
Pencangkokan asam akrilat pada serat polipropilen telah berhasil dilakukan, akan tetapi kondisi optimumnya belum diperoleh. Prosen grafting yang diperoleh tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 60% dengan kapasitas penyerapan ion Cu(1T) yang juga tidak terlalu tinggi yaitu 61 mg/g serat atau sekitar I meklg serat. Walaupun demikian kopolimer cangkok yang dihasilkan menunjukkan kecepatan adsorpsi logam Cu(l) yang tinggi, dengan serapan maksimal diperoleh dalam waktu 1 menit. Kerapuhan serat akibat penyimpanan diamati terutama pada dosis irradiasi yang tinggi, suhu grafting yang tinggi dan periode reaksi grafting yang lebih lama.

Chelating fibers are characterized by high selectivity and exchange rate for ions, low flow resistance and can be used in arbitrary form. However, it is difficult to prepare chelating fibers which satisfied the following indispensable conditions : the ionic group and the basic polymer should be chemically stable, high exchange capacity and sufficiently high in mechanical strength.
The aim of this research for the first term, is to synthesized chelating fibers by graft copolymerization of acrylic acid onto polypropylene fibers. The graft copolymerization produced is expected to be selective adsorbent for heavy metals in the solution.
Graft copolymerization was carried out by pre-irradiation method using gamma rays. Grafting process was studied in water medium. The percentage of grafting was determined as a function of (1) total dose, (2) reaction time, (3) temperature and (4) monomer concentration. The exchange capacity and the adsorption kinetics of copolymer toward Cu(II) ions were observed at pH 4. The graft copolymerization was examined by Ill spectrometer and DTA.
The results indicate that the increase in total dose from 1 to 5 M Rad followed by the increase of grafting yield, especially in the grafting periods of 30 to 120 minutes. Grafting process in various temperature indicate that the percentage of grafting increase significantly with increasing grafting period for temperature 60°C. In the range of monomer concentrations studied, the grafting yield increase as the concentration of monomer was increased.
In conclusion, the graft copolymerization of acrylic acid onto polypropylene fibers was successfully carried out. However, the optimum condition was not achieved yet. The grafting yield was only about 60% with the adsorption capacity of 61 mg/g fibers or about 1 meq/g fibers. However, the graft copolymerization showed high adsorption kinetics for Cu(II) with maximum adsorption was reached within I minute. The brittleness of copolymer fiber were principally observed with higher irradiation dose, higher grafting temperature and longer grafting reaction periods."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library