Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fiqrulloh Fajrin
"Priangan Tengah (Bandung Raya) merupakan salah satu arena ideal di Hindia Belanda untuk mempelajari perubahan sosial, khususnya pada paruh kedua abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Nama Karel Albert Rudolf (Ru) Bosscha (1865–1928), atau sang “Raja Teh Priangan”, barangkali tidak asing lagi bagi masyarakat Priangan bersanding bersama perusahaan perkebunan miliknya di kaki Gunung Malabar yang mengalami kesuksesan besar selama bertahun-tahun lamanya. Penelitian ini berupaya memusatkan analisisnya pada individu, dalam hal ini Ru Bosscha, seraya menghubungkannya pada struktur sosial lebih besar yang mengikatnya demi menjelaskan strategi praktik sosial dan kuasa yang ia gunakan kala itu. Proses penelitian dilakukan melalui metode kualitatif dengan landasan teori praktik milik Pierre Bourdieu. Survei arkeologis menemukan sisa-sisa tinggalan materi berasal dari kehidupan yang dijalani oleh Ru Bosscha, dan ketika dihubungkan beserta data-data sejarah yang berkaitan dengan dirinya, semua itu memperlihatkan legitimasi dari posisi sosial tinggi Ru Bosscha sebagai pengusaha perkebunan sekaligus konglomerat di wilayah Priangan.
......Central Priangan (Bandung Raya) is considered one of the ideal arenas in the Dutch East Indies to examine social changes, particularly during the second half of the 19th century until the early 20th century. Karel Albert Rudolf (Ru) Bosscha (1865–1928), the "Tea King of Priangan," is likely well-known among the people of Priangan as he owned highly successful private plantation companies at the foot of Mount Malabar for numerous years. This research aims to focus its analysis on the individual, specifically Ru Bosscha, while also connecting it to the broader social structure that bound him, in order to explain the strategies of social practice and power he utilized during that period. The research process uses a qualitative method based on Pierre Bourdieu's practice theory. Archaeological surveys have revealed material remnants derived from Ru Bosscha's life in Central Priangan, and when correlated with historical data related to him, these findings demonstrate the legitimacy of his elevated social position as both a plantation entrepreneur and a conglomerate in the Priangan region."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fiqrulloh Fajrin
"Priangan Tengah (Bandung Raya) merupakan salah satu arena ideal di Hindia Belanda untuk mempelajari perubahan sosial, khususnya pada paruh kedua abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Nama Karel Albert Rudolf (Ru) Bosscha (1865–1928), atau sang “Raja Teh Priangan”, barangkali tidak asing lagi bagi masyarakat Priangan bersanding bersama perusahaan perkebunan miliknya di kaki Gunung Malabar yang mengalami kesuksesan besar selama bertahun-tahun lamanya. Penelitian ini berupaya memusatkan analisisnya pada individu, dalam hal ini Ru Bosscha, seraya menghubungkannya pada struktur sosial lebih besar yang mengikatnya demi menjelaskan strategi praktik sosial dan kuasa yang ia gunakan kala itu. Proses penelitian dilakukan melalui metode kualitatif dengan landasan teori praktik milik Pierre Bourdieu. Survei arkeologis menemukan sisa-sisa tinggalan materi berasal dari kehidupan yang dijalani oleh Ru Bosscha, dan ketika dihubungkan beserta data-data sejarah yang berkaitan dengan dirinya, semua itu memperlihatkan legitimasi dari posisi sosial tinggi Ru Bosscha sebagai pengusaha perkebunan sekaligus konglomerat di wilayah Priangan.
......Central Priangan (Bandung Raya) is considered one of the ideal arenas in the Dutch East Indies to examine social changes, particularly during the second half of the 19th century until the early 20th century. Karel Albert Rudolf (Ru) Bosscha (1865–1928), the "Tea King of Priangan," is likely well-known among the people of Priangan as he owned highly successful private plantation companies at the foot of Mount Malabar for numerous years. This research aims to focus its analysis on the individual, specifically Ru Bosscha, while also connecting it to the broader social structure that bound him, in order to explain the strategies of social practice and power he utilized during that period. The research process uses a qualitative method based on Pierre Bourdieu's practice theory. Archaeological surveys have revealed material remnants derived from Ru Bosscha's life in Central Priangan, and when correlated with historical data related to him, these findings demonstrate the legitimacy of his elevated social position as both a plantation entrepreneur and a conglomerate in the Priangan region."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library