Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Davis, Angela Y. (Angela Yvonne), 1944 -. author
Chicago: Haymarket Books, 2016
323 DAV f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Prayoga
"Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Skripsi ini membahas tentang kritik terhadap realitas demokrasi di Indonesia yang masih tertuju pada pemikiran yang bersifat backward-looking. Aristokrasi Übermensch adalah konsep sosial-politik yang mengatur pemerintahan dan/atau kehidupan bermasyarakat yang dikuasai oleh seseorang yang memiliki visi dan misi ke depan serta keinginan kuat untuk berkuasa.
Hasil penelitian menyarankan bahwa konsep Aristokrasi Übermensch perlu dilibatkan dalam kehidupan berdemokrasi; karena konsep ini mampu memberikan sikap mental untuk melawan sistem yang menindas rakyat dan semangat hidup untuk menghadapi masa depan.
......
This study is a qualitative research with a descriptive design. The focus of this study is about criticizing the realities of democracy in Indonesia which still remaining for the backward-looking ideas. Übermensch Aristocracy is a social and political concept which controls the government and/or society by somebody who has the vision and mission for the future and the will to power.
The result of this study suggests that the concept of Übermensch Aristocracy should be involved in the democratic living; because it gives a mental attitude to fight for the system and spirit to face for the future."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S15991
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2019
959.802 PRA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Valerie Shanaz
"ABSTRAK
Beberapa wanita, berusaha untuk mencari jati diri mereka dengan menggunakan tubuh sebagai sarana untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri dalam situasi yang berbeda-beda, oleh karena itu, terbentuklah identitas mereka sebagai makhluk feminin di masyarakat. Namun, melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, wanita telah dihadapkan pada kenyataan bahwa tubuh mereka selalu dipandang sebagai objek seksual dan sebagai sarana untuk memuaskan hasrat pria. Di satu sisi, wanita sangat tertindas oleh nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat patriarki. Dalam novel Sidney Sheldon Nothing Lasts Forever 1994 , salah satu karakter wanita bernama Honey Taft, merupakan satu dari contoh wanita yang keberadaannya dalam masyarakat ditentukan hanya berdasarkan tubuh dan seksualitasnya oleh karakter lainnya. Sebagai kerangka teoretisnya, penelitian ini bergantung pada teori perwujudan wanita oleh Simone de Beauvoir. Dalam teorinya, Beauvoir menyatakan bahwa sepanjang sejarah, penindasan perempuan mengalihkan mereka ke ranah imanensi, atau penerimaan pasif dari peran yang ditugaskan kepada mereka oleh masyarakat, sampai mereka tidak lagi sadar bahwa mereka memiliki pilihan bebas. Makalah ini, oleh karena itu, berfokus pada analisis bagaimana tubuh wanita dapat menjadi sumber penindasan salah satu karakter dalam buku ini dengan menggunakan analisis tekstual.

ABSTRACT
Some female, make an attempt to identify themselves by using their bodies as a way of communicating and expressing themselves through different situations, therefore, shaping their identity as a feminine being in the society. However, through experiences in daily life, female have been faced by the fact that their bodies are always seen as sexual objects and as a mean to please men rsquo s desire. In a way, women are much oppressed by the values shared in a patriarchal society. In Sidney Sheldon rsquo s novel Nothing Lasts Forever 1994 , one of the female characters named Honey Taft, is one example of a woman whose existence is often determined only from her body and sexuality by other characters. As its theoretical framework, this study depends on Simone de Beauvoir rsquo s theory of female embodiment. In her theory, Beauvoir stated that throughout history, women rsquo s oppression relegates them to the sphere of ldquo immanence, rdquo or the passive acceptance of roles assigned to them by the society, until they no longer aware that they have free choice. This paper, hence, focuses on analyzing how female body can become the source of oppression for one of the characters in the book by using textual analysis. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wenugobal Manggala Nayahi
"Perempuan kerap mengalami opresi dari berbagai pihak, dan suara perempuan terbungkam karena minimnya akses kepada proses produksi di industri media. Karenanya, perempuan membutuhkan ruang komunikasi agar suaranya tidak terus-menerus dibungkam oleh habitus patriarkis. Penelitian ini mengkaji bagaimana proses yang dialami perempuan anggota kolektif alternatif sampai akhirnya mereka berupaya melakukan feminine writing, dengan Kolektif Betina sebagai studi kasus. Pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivisme dipilih sebagai desain penelitian.
Dengan melakukan wawancara mendalam bersama 7 informan, mengumpukan dokumen pendukung, dan melakukan observasi sosial, penelitian ini menemukan bahwa Kolektif Betina merupakan sebuah bentuk sisterhood sekaligus fase dimana perempuan di dalamnya belajar melakukan rekonstruksi pengetahuan tentang solidaritas perempuan. Anggota Kolektif Betina telah melalui tiga tahap; kapitulasi, revitalisasi, dan radikalisasi, sebelum akhirnya memutuskan untuk menciptakan ruang melalui praktik bermedia untuk melakukan feminine writing. Tambahan temuan menarik dalam penelitian adalah mengenai pengaruh skena punk terhadap feminine writing anggota Kolektif Betina.

Women often experience oppressions from various different parties, and their voices are muted because of the limited access to production stage within the media industries. Therefore, women need communication spaces so their voices would not be perpetually silenced by the patriarchal habitus. This research observes how women who are affiliated with alternative collective seek to perform feminine writing, with Kolektif Betina as its case study. Qualitative approach and constructivism paradigm are used in this research.
By conducting in depth interview, collecting supporting data, and doing media observations, this research finds that Kolektif Betina is a form of sisterhood, in which the members learn to reconstruct their knowledge about women rsquo s solidarity. These women had underwent three stages capitulation, revitalization, and radicalization, before finally decided to occupy spaces through media practices to perform feminine writing. An interesting addition to the findings is about the influence of punk scene in these women rsquo s feminine writing."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Auralia
"Penelitian ini menganalisis novel Het Huis van de Moskee (2005) karya penulis Iran-Belanda, Kader Abdolah, dengan permasalahan penggambaran budaya patriarki yang terdapat dalam novel, dan bertujuan untuk mendeskripsikan budaya patriarki yang ada dalam novel serta menghubungkannya dengan realitas kehidupan masyarakat Iran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif, dengan menggunakan teori patriarki Sylvia Walby dan teori sosiologi sastra Sapardi Djoko Damono. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa bentuk budaya patriarki dalam novel Het Huis van de Moskee, yaitu eksploitasi seksual perempuan untuk tujuan reproduksi, penindasan melalui pengaturan pakaian perempuan oleh pemerintah, dan dominasi dalam pekerjaan dan posisi sosial perempuan. Temuan ini juga mencerminkan kehidupan masyarakat Iran. Dalam novel Het Huis van de Moskee, meskipun Kader Abdolah lebih berfokus pada kehidupan politik dan sosial di Iran, dia juga menyajikan gambaran perempuan dalam ceritanya dengan mengisahkan berbagai kesulitan yang mereka hadapi.
......This study analyzes the novel Het Huis van de Moskee (2005) by Iranian-Dutch writer, Kader Abdolah, with the problem of depicting patriarchal culture contained in the novel, and aims to describe the patriarchal culture in the novel and relate it to the reality of Iranian people's lives. This study uses a qualitative approach and descriptive method, using the patriarchal theory of Sylvia Walby and the theory of sociology of literature by Sapardi Djoko Damono. The results of the study show that there are several forms of patriarchal culture in the novel Het Huis van de Moskee, namely sexual exploitation of women for reproductive purposes, oppression through regulation of women's clothing by the government, and dominance in work and social position of women. These findings also reflect the life of the Iranian people. In the novel Het Huis van de Moskee, although Kader Abdolah focuses more on political and social life in Iran, she also presents a picture of the women in the story by telling about the various difficulties they face."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Krisan Putri Harsono
"Berdasarkan pengalaman-pengalaman perempuan dalam laporan “Aku Ingin Lari Jauh: Ketidakadilan Aturan Berpakaian bagi Perempuan di Indonesia” dari Human Rights Watch (2021), penulis hendak menunjukkan bahwa banyak perempuan yang dibatasi oleh aturan berbusana jilbab, yang dicetuskan oleh sejumlah institusi pemerintahan dan pendidikan di Indonesia. Dampaknya, banyak perempuan yang merasa tertekan, tidak mendapatkan kebebasan atas hidupnya, hingga kemunculan masalah kesehatan. Berdasarkan perspektif feminis, kasus pemaksaan penggunaan dan/atau pelarangan atribut jilbab terhadap perempuan bisa menunjukkan opresi atau penindasan terhadap perempuan. Melalui kerangka teori lima wajah penindasan milik Iris Marion Young, penelitian ini berusaha mengeksplorasi bentuk-bentuk opresi dalam pengaturan berbusana yang dilakukan oleh sejumlah pihak berkuasa terhadap perempuan di Indonesia. Penelitian ini berfokus pada pemaksaan jilbab, sehingga tidak membahas pemaknaan atau praktik penggunaan jilbab secara luas, melainkan dibatasi pada kasus-kasus yang didokumentasikan oleh Human Rights Watch. Dengan menggunakan metode penelusuran literatur serta analisis menggunakan perspektif feminism standpoint epistemology dan serialitas Young terhadap data dari riset Human Rights, penelitian ini akan menjelaskan bahwa regulasi serta bentuk-bentuk pengaturan berpakaian pada perempuan telah menunjukkan adanya opresi yang membatasi serta merugikan perempuan. ......According to the experiences of women in Human Rights Watch's report "I Wanted to Run Away: Abusive Dress Codes for Women and Girls in Indonesia" (2021), I as the writer intend to show that many women are restricted by the hijab dress code, which is imposed by several governmental and educational institutions in Indonesia. As a result, many women experience depression, a lack of control over their lives, and other health issues. Based on a feminist perspective, situations of forced to use and/or restriction to wear jilbab can indicate oppression against women. Through Iris Marion Young's five faces of oppression theoretical framework, this research explores the forms of oppression in the dress code regulation made by several powerful parties in Indonesia. This research focuses on the imposition of the jilbab, which does not address the broader meaning or practice of wearing the hijab but is limited to the cases documented by Human Rights Watch. Using literature review methods and analysis from a feminist standpoint epistemology perspective and Young’s seriality on data from Human Rights Watch’s report, this study will explain that the regulations and forms of dress code imposed on women indicate the existence of oppression that restricts and harms women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library