Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Ria Wulansarie
Abstrak :
Dalam penelitian ini limbah cair yang mengandung senyawa antibiotik penisilin diolah dengan menggunakan teknik ozonasi dengan signifikansi penggunaan Reaktor Hibrida Ozon-Plasma (RHOP) dan sinar UV. Penelitian ini dilakukan dengan variasi waktu penyisihan (15, 30, 45, dan 60 menit), konfigurasi sistem ozonasi dalam pengolahan limbah cair (pengolahan limbah cair dengan ozon, pengolahan limbah cair dengan RHOP, pengolahan limbah cair dengan ozon dan RHOP, pengolahan limbah cair dengan ozon dan sinar UV), konsentrasi awal limbah penisilin (50 ppm dan 10 ppm), pH limbah (asam, netral, dan basa), dan tegangan ozonator (75, 150, dan 225 Volt). Hasil penelitan ini adalah konsentrasi amoksisilin yang dianalisis dengan alat spektrofotometer, ampisilin yang dianalisis dengan titrasi iodometri, dan COD yang dianalisis dengan titrasi FAS (Fero Amino Sulfat). Penelitian ini menghasilkan kondisi terbaik untuk menyisihkan penisilin yang terkandung dalam limbah cair yaitu, kondisi basa dengan pH ≈10 dan sistem penyisihan limbah cair yang mengandung penisilin dengan ozon dan sinar UV, serta konsentrasi awal penisilin yang terkandung dalam limbah cair adalah 50 ppm. Persentase penyisihan yang dihasilkan mencapai 95,61% dengan konsentrasi akhir 1,90 ppm.
In this study wastewater containing penicillin antibiotic compounds was processed using ozonation technique with significance of using Ozone-Plasma Hybrid Reactor (RHOP) and UV light. The research was carried out with allowance for time variation (15, 30, 45, and 60 minutes), the system configuration of ozonation in wastewater treatment (wastewater treatment with ozone, wastewater treatment with RHOP, waste water treatment with ozone and RHOP, wastewater treatment with ozone and UV light), the initial concentration of penicillin waste (50 ppm and 10 ppm), pH waste (acidic, neutral, and alkaline), and ozonator voltage (75, 150, and 225 Volt). The research results are amoxicillin concentration was analyzed with spectrophotometer, ampicillin was analyzed with iodometri titration, and COD was analyzed by FAS (Fero Amino Sulfat) titration. This research resulted in the best condition to set aside penicillin contained in the wastewater, alkaline conditions with pH ≈ 10 and allowance system effluent containing penicillin with ozone and UV rays, as well as the initial concentration of penicillin contained in wastewater is 50 ppm. The resulting allowance percentage reached 95.61% with a final concentration of 1.90 ppm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34860
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusmardi
Abstrak :
Produksi penisilin secara alamiah dan biosintesis memerlukan seleksi galur mikroorganisme penghasil penisilin (Penicillium chrysogenum dan P. notatum) berdasarkan aktivitas antibiotiknya. Penelitian ini bertujuan membandingkan aktivitas antiobiotik galur P. chrysogenum ATCC 9480, CBS Engel, dan hasil isolasi dari daun pisang. Tiap-tiap galur yang diuji aktivitas antibiotiknya ditumbuhkan pada medium Potato Dextrose Broth, tanpa pengocokan, dengan suhu inkubasi 30 0C. Uji aktivitas antibiotik dilakukan dengan menggunakan ?cylinder assay method? terhadap bakteri penguji Bacillus subtilis UICC B-11, Escherichia coli UICC B-15, dan Staphylococcus aureus UICC B-28. Aktivitas antibiotik tiap-tiap galur P. chrysogenum diketahui dengan mengukur diameter zona bening yang terjadi dikurangi diameter terluar silinder kaca (8 mm). Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa aktivitas antibiotik galur P. chrysogenum ATCC 9480 dan hasil isolasi dari daun pisang lebih besar dari CBS Engel terhadap P. subtilis dan S. aureus, tetapi aktivitas antibiotik semua galur terhadap E. coli sama.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan penisilin yang digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri Gram negatif dan Gram positif. Tablet amoksisilin yang beredar ada yang dipasarkan dengan nama generik dan non generik (nama dagang). Penelitian bertujuan untuk membandingkan mutu dan harga tablet amoksisilin 500 mg yang beredar di pasaran, khususnya antara tablet amoksisilin 500 mg generik dengan non generik. Mutu tablet amoksisilin ditinjau dari terpenuhinya syarat baku tablet amoksisilin berdasarkan USP XXVI. Syarat baku tersebut yaitu identifikasi, uji disolusi dan penetapan kadar. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan KLT dengan fase gerak metanol, kloroform, air dan piridin (90:80:30:10). Kadar hasil uji disolusi diukur dengan menggunakan KCKT dengan fase gerak buffer kalium dihidrogen fosfat dan asetonitril (39:1). Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan KCKT dengan fase gerak buffer kalium dihidrogen fosfat dan asetonitril (96:4). Penelitian dilakukan terhadap 15 merek tablet dimana terdiri dari 3 merek tablet generik dan 12 merek tablet non generik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua merek tablet yang diperiksa memenuhi syarat baku tablet amoksisilin tetapi terdapat variasi harga dimana pada umumnya tablet non generik jauh lebih mahal dibandingkan dengan tablet generik.
Universitas Indonesia, 2006
S32388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia Prasasti Dewi
Abstrak :
Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik β-laktam yang mendominasi pasar antibiotik global, dimana proses produksinya secara enzimatis dilakukan oleh Penisilin-G Asilase (PGA). Pada produksi amoksisilin secara enzimatis dalam skala industri dibutuhkan enzim PGA dengan jumlah yang cukup besar. Proses tersebut membutuhkan enzim PGA dalam bentuk teramobil. Penggunaan PGA teramobil sendiri memiliki kelebihan dapat digunakan berkali-kali sehingga memberikan keuntungan tambahan secara teknologi dan ekonomis dalam proses sintesis amoksisilin. Imobilisasi ini dilakukan pada enzim PGA dari isolat Bacillus thuringiensis BD1 koleksi Lab Biokatalis-PRMT-ORHL-BRIN. PGA diimobilisasi  menggunakan bahan Na-Alginat sebagai matriks imobilisasi dengan menggunakan teknik penjebakan, dengan variasi konsentrasi Na-Alginat pada 1%, 1.25%, dan 1.5%. Pengujian stabilitas pH pada range pH 6-9, uji stabilitas termal pada range 30-60 0C, dilakukan pula uji penggunaan ulang, uji morfologi, dan juga uji sintesis amoksisilin. Aktivitas sebelum proses imobilisasi terukur sebesar 46.59 U/mg. Konsentrasi Na-alginat optimum pada imobilisasi PGA BD1 adalah sebesar 1.5% dengan aktivitas  terukur 41.01 U/mg.  PGA BD1 terimobilisasi dapat mempertahankan sekitar  ±20% dari jumlah aktivitas awal setelah dilakukan 4 kali pemakaian. Imobilisasi PGA optimum pada kondisi pH 7 dan suhu 40 0C. PGA BD1 terimobilisasi menghasilkan kadar amoksisilin lebih tinggi pada proses sintesa amoksisilin secara enzimatis jika dibandingkan dengan bentuk bebasnya ......Amoxicillin is one of the β-lactam antibiotics that dominates the global antibiotic market, where the enzymatic production process is carried out by Penicillin-G Acylase (PGA). Enzymatic production of amoxicillin on industrial scale requires a large amount of the PGA enzyme. This process requires the PGA enzyme in immobilized form. The use of immobilized PGA has the advantage that it can be used many times, thus providing additional technological and economic advantages in the amoxicillin synthesis process. This immobilization was carried out on PGA enzymes from Bacillus thuringiensis BD1 isolates from the collection of the Biocatalyst Lab-PRMT-ORHL-BRIN. PGA was immobilized using Na-Alginate as the immobilization matrix using entrapment techniques, with variations in Na-Alginate concentrations at 1%, 1.25%, and 1.5%. pH stability testing in the pH range 6-9, thermal stability tests in the range 30-60 oC, reusability tests, morphology tests, and amoxicillin synthesis tests were also carried out. Activity before the immobilization process was measured at 46.59 U/mg. The optimum Na-alginate concentration in PGA BD1 immobilization was 1.5% with a measured activity of 41.01 U/mg. Immobilized PGA BD1 can maintain about ±20% of its initial activity after 4 uses. Optimum PGA immobilization at pH 7 and temperature 40 0C. Immobilized PGA BD1 produced higher levels of amoxicillin in the enzymatic amoxicillin synthesis process when compared with the free enzyme.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indria Puti Mustika
Abstrak :
Fermentasi Penicillium chrysogenum membutuhkan sumber nitrogen untuk meningkatkan biosintesis penisilin G. Umumnya sumber nitrogen yang digunakan adalah Corn Steep Liquor (CSL) yang diperoleh dari produk samping pengolahan jagung. Ketergantungan pada CSL perlu dikurangi untuk mengantisipasi penurunan produksi jagung akibat pemanasan global. Ikan rucah, ikan berkualitas rendah dan kurang bernilai ekonomis, memiliki protein relatif tinggi. Ikan yang dihidrolisis menggunakan papain merupakan sumber asam amino yang diduga dapat menjadi sumber nitrogen pengganti CSL. Tujuan penelitian ini adalah menggunakan ikan rucah petek dalam bentuk hidrolisat protein ikan (HPI) sebagai sumber nitrogen alternatif pengganti CSL dalam biosintesis penisilin G oleh P. chrysogenum. Ikan tersebut dihidrolisis pada variasi konsentrasi papain kasar dari getah pepaya, suhu, dan lama hidrolisis. Persentase derajat hidrolisis digunakan sebagai parameter reaksi hidrolisis. Kondisi optimum hidrolisis diperoleh secara statistik menggunakan pendekatan one-factor-at-a-time dan response surface methodology. HPI dengan derajat hidrolisis tertinggi dikarakterisasi komposisi asam amino, visualisasi fragmen peptida, dan digunakan sebagai pengganti CSL dalam media fermentasi P. chrysogenum untuk produksi penisilin G. Derajat hidrolisis optimum sekitar 18% diperoleh dari reaksi hidrolisis ikan menggunakan 0,75% papain kasar pada 55,1o C selama 5,74 jam. Komposisi asam amino HPI lebih tinggi dibandingkan dengan CSL. Reaksi hidrolisis telah membentuk fragmen peptida dengan berat molekul lebih rendah. Sebanyak 189 g/L HPI telah meningkatkan produksi penisilin G sekitar 1,8 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan CSL. Berdasarkan hasil yang diperoleh, HPI rucah petek dapat menjadi sumber nitrogen alternatif pengganti CSL untuk produktivitas P. chrysogenum dalam biosintesis penisilin G dan memiliki potensi sebagai sumber protein terbarukan ......Fermentation of P. chrysogenum requires a nitrogen source to enhance the biosynthesis of penicillin G. The nitrogen source used is corn steep liquor (CSL) solution obtained from corn processing byproducts. Dependency on the CSL needs to reduce in anticipation of a decrease in corn production due to global warming. Trash fish, low-quality and less economically valuable fish, have relatively high protein. Fish hydrolyzed using papain is a source of amino acids that will be a nitrogen source to substitute CSL. This research aims to use trash fish in the form of Fish Protein Hydrolyzate (FPH) as an alternative nitrogen source to substitute CSL for penicillin G biosynthesis by P. chrysogenum. The fish was hydrolyzed at varying concentrations of crude papain from papaya latex, temperature, and hydrolysis duration. The percentage degree of hydrolysis was used as the hydrolysis reaction parameter. The optimum hydrolysis conditions were statistically obtained using the one-factor-at-a-time and response surface methodology approach. FPH with the highest degree of hydrolysis was characterized for amino acid composition, visualization of peptide fragments, and used as a substitute for CSL in P. chrysogenum fermentation medium for penicillin G production. The optimum hydrolysis degree of about 18% was obtained from fish hydrolysis reaction using 0.75% crude papain at 55.1o C for 5.74 hours. The amino acid composition of FPH was higher than that of CSL. The hydrolysis reaction has formed peptide fragments with lower molecular weight. A total of 189 g/L FPH has increased the production of penicillin G by about 1.8-fold higher than the use of CSL. Therefore, FPH can be an alternative nitrogen source to CSL for the productivity of P. chrysogenum in penicillin G biosynthesis and has the potential as a renewable protein source.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Shiddiq Al Hanif
Abstrak :
Antibiotika golongan penisilin adalah antibiotika yang paling luas serta paling banyak digunakan untuk terapi pasien infeksi. Dari berbagai studi diperoleh fakta bahwa telah banyak mikroba resisten terhadap penisilin. Pemberian penisilin yang telah resisten berbahaya bagi pasien dengan penyakit infeksi, selain itu lebih lambatnya penemuan obat baru serta lebih mahalnya harga obat baru merupakan hal penting yang berhubungan dengan kejadian resistensi. Resistensi sendiri dapat berubah menurut waktu dan berbeda di setiap tempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola resistensi bakteri yang diisolasi dari darah di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (LMK FKUI) terhadap beberapa antibiotik penisilin, yaitu amoksilin, sulbenisilin, amoksilin/asam klavulanat , tikarsilin dan oksasilin selama periode 2001-2006. Pada penelitian ini digunakan data isolat darah dengan bakteri positif yang diisolasi di LMK FKUI selama periode 2001-2006. Data diolah dengan menggunakan piranti lunak WHONET 5.4. Dari 791 isolat darah, didapatkan enam bakteri tersering penyebab bakteremia yaitu Staphylococcus epidermidis (25%), Acinetobacter anitratus (16%), Pseudomonas aeruginosa (13%), Klebsiella pneumoniae (8%), Staphylococcus aureus (6%), dan Salmonella Typhi (5%). Hasil uji resitensi menunjukkan kejadian resistensi bakteri terhadap amoksilin sudah tinggi pada Klebsiella pneumoniae , masih cukup rendah pada Salmonella Typhi, sedangkan keampuhannya terhadap Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus mulai menurun. Kejadian resistensi bakteri terhadap sulbenisilin rendah pada Staphylococcus epidermidis,Staphylococcus aureus dan Salmonella Typhi , dan sudah cukup tinggi pada Klebsiella pneumoniae. Kejadian amoksilin/asam klavulanat sudah tinggi pada Acinetobacter anitratus dan Pseudomonas aeruginosa dan masih cukup rendah pada Klebsiella pneumoniae, Salmonella Typhi, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus. Kejadian resistensi bakteri terhadap tikarsilin sudah tinggi pada Acinetobacter anitratus, Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumoniae dan masih cukup rendah pada, Salmonella Typhi,dan Staphylococcus epidermidis. Kejadian resistensi Staphylococcus aureus terhadap oksasilin masih cukup rendah, sedangkan keampuhan oksasilin terhadap Staphylococcus epidermidis mulai menurun. ......The group of penicillins antibiotics is the widest and the most used antibiotics for infection patient therapy. From several studies, there is a fact that many microbes have resistence to penicillins. The giving of penicillin that has resisted to a patient who gets an infection may be perilous. Besides that, the slower invention of new medicines and the more expensive their prices are important factors related to the resistance. The resistance itself may change in every second of time and would be different in some places. The research which was conducted in Clinical Microbiology Laboratory FMUI aims to know the pattern of the resistance of bacteria which is isolated from blood toward several kinds of penicillin; they are amoxicillin, sulbenicillin, amoxicillin/ clauvalanic acid, ticarcillin, and oxacillin between 2001-2006. The data was processed using WHONET 5.4 software. From 174 isolat bloods, there are six kinds of bacteria that often cause bacterimia; they are Staphylococcus epidermidis (25%), Acinetobacter anitratus (16%), Pseudomonas aeroginosa (13%), Klebsiella pneumoniae (8%), Staphylococcus aureus (6%), and Salmonella typhi (5%). The result of resistance test shows that the frequency of bacteria’s resistance toward amoxillin has been high in Klebsiella pneumoniae and still low in Salmonella Typhi, on the other hand, the effectiveness of amoxicillin toward Staphylococcus epidermidis and Staphylococcus aerus is getting decreased. The frequency of bacteria’s resistance toward sulbenicillin still low in Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aerus and Salmonella Typhi and has been high in Klebsiella pneumoniae. The frequency of bacteria’s resistance toward amoxicillin/ clavulaic acid has been high in Acinetobacter anitratus and Pseudomonas aeruginosa and still low in Klebsiella pneumoniae, Salmonella Typhi, Staphylococcus epidermidis, and Staphylococcus aureus. The frequency of bacteria’s resistance toward ticarcillin has been high in Acinetobacter anitratus, Pseudomonas aeuginosa and Klebsiella pneumoniae and still low in Salmonella Typhi and Staphylococcus epidermidis. The frequency of Staphylococcus aerus is still low. On the other hand, the effectiveness of oxacillin toward Staphylococcus epidermidis is getting decreased.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library