Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Samsul Maarif
Abstrak :
Penukar kalor merupakan salah sam alat yang panting sekali dalam industri terutama pada industri petrokimia. Ada banyak sekali penukar kalor, salah satunya adalah penukar kalor pendingin udara (Air Cooler Heat Exchanger). Perhitungan desain penukar kalor pendingin udara rnelibatkan banyak persamaan. Masing-masing variabel pada persamaan-persaman itu saling keterkaitan satu sama lain, disatu persamaan mungkin salah satu variabel yang diinginkan berbanding lurus tapi di persamaan lain berbanding terbalik. Variabel yang menentukan sekali dalam mendesain penukar kalor pendingin udara adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh (U), karena koefisien perpindahan panas menyeluruh merupakan salah satu variabel yang meneniukan besar atau tidaknya laju perpindahan panas pada suatu penukar kalor. Pemrograman ini memberikan perkiraan variabel-variabel apa saja yang sangal berpengaruh terhadap variabel koefisien perpindahan panas menyeluruh. Dengan mengetahui variabel-variabel tersebut maka dapat mempersingkat waktu dalam perhitungan desain penukar kalor pendingin udara.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Wahyu Senoaji
Abstrak :
ABSTRAK
Insinerator adalah alat pengolah Iimbah Cara pengolahannya dengan membakar Iimbah tersebut. Dalam membakar Iimbah, insinerator harus mengikuti standar kesehatan, agar hasil dari pembakaran tidak membahayakan Iingkungan.

Untuk mencapai standar kesehatan tersebut, dalam pengolahannya, insinerator mempunyai cara tersendiri. Gas hasil pembakaran tidak langsung dibuang ke Iingkungan, melainkan diolah dulu di dalam insinerator tersebut. Cara pengolahannya, gas hasil pembakaran tersebut dipanaskan kembali hingga 1000 ° C. Pada suhu ini, senyawa berbahaya yang masih dikandung oleh gas hasil pembakaran diharapkan terurai, sehingga tidak berbahaya Iagi.

Setelah dipanaskan hingga 1000 ° C , gas tadi kemudian didinginkan, kemudian dibuang melalui cerobong asap. Di sini kita melihat, bahwa energi yang dikandung gas hasi\ pembakaran tidak dimanfaatkan kembali.

Kemudian juga melihat bahwa Iimbah yang rnasuk ke dalam ruang bakar untuk dibakar, tidak mengalami proses apapun_ Seperti pengeringan misalnya. Oleh karena itu dibuat suatu rancangan berupa alat penukar kalor di mana hasil energi tersebut dimanfaatkan untuk pengeringan Iimbah sebelurn masuk ke dalam ruang bakar.

Alat penukar kalor dirancang dengan menggunakan tabung_ Di mana di dalam tabung tersebut dialirkan udara Iingkungan, dan di harapkan setelah keluar tabung, udara tersebut menjadi panas dan bisa dimanfaatkan untuk pengeringan
1996
S36266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandy Setiadi Djaya Putra
Depok: Departemen Teknik Mesin UI, 2012
621.402 NAN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Walfajri Anwar
Abstrak :

ABSTRAK
Penelitian yang akan dibahas pada skripsi ini merupakan hasil pengamatan di lapangan yang berfungsi untuk meneruskan faktor pengotoran pada alat penukar kalor shell and tube.

Pengotoran adalah merupakan endapan yang memberikan tambahan tahanan termal terhadap aliran kalor dari udara panas ke udara dingin di dalam alat penukar kalor. Akibat adanya pengotoran, maka panas (energi yang dipindahkan akan berkurang sehingga terjadi pemborosan energi.

Penentuan besarnya faktor pengotoran dari teori-teori yang ada didalam buku masih sulit. Banyak sekali parameter-parameter yang dibutuhkan sehingga proses penentuannya akan memakan waktu yang lama.

Dengan bantuan teori analisa non-dimensional, akan dicari metode lain yang lebih mudah dan lebih cepat untuk menentukan faktor pengotoran tersebut. Yaitu dengan mendefinisikan sebuah bilangan non-dimensional yang mernpakan hubungan antara parameter-parameter awal yang didapat dari data lapangan (aliran massa dan temperatur). Bilangan tersebut adalah bilangan Fa Kemudian dicari hubungan antara bilangan Fa dan faktor pengotoran yang dihitung dengan teori yang diambil dari buku Process Heat Transfer karangan D. Q. Kern (tahun 1950).

Dengan bantuan label dan grafik didapatkan hubungan antara faktor pengotoran dan bilangan Fa, yang berupa hubungan linear sehingga membentuk suatu persamaan linear.

Melalui persamaan linear ini, kita dapat menirukan besarnya faktor pengotoran alat permlra kalor dengan mengetahui bilangan non-dimensional.
1997
S36619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stepanus Wisnu Driyaskoro
Abstrak :
Gas heater adalah alat penukar kalor yang digunakan untuk memanaskan gas alam menggunakan air yang telah dipanaskan pada waste heat water heater. Gas alam ini akan digunakan sebagai bahan bakar Gas Turbin Generator. Dalam merancang gas heater digunakan metode beda suhu rata-rata logaritmik (LMTD) untuk mencari luas area perpindahan panas. Hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa luas perpindahan panas adalah sebesar 1.062,94 m2. Spesifikasi konstruksi dari alat penukar kalor yaitu pipa carbon steel sch 80 dengan ukuran pipa nominal 1 inch dengan panjang 4 m dan jumlah pipa sebanyak 2.532 buah. ......Gas heater is a heat exchanger that used to heat natural gas using water that has been heated in the waste heat water heater. Natural gas will be used as fuel Gas Turbine Generator. In designing a gas heater use methods of log mean temperature different (LMTD) to determine the range of area of the heat transfer. The result according to the calculation show that the heat transfer area is about 1.062,94m2. The construction specification of a heat exchanger is carbon steel sch 80 tube with nominal pipe size 1 inch and length 4 m with total 2.532 tube.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inkasandra Faranisa Kolang
Abstrak :
ndonesia merupakan negara dengan sumber batubara terbesar di dunia salah satunya di Tarahan, Sumatera. Banyak pembangkit listrik di Indonesia yang menggunakan batubara sebagai sumber utamanya, salah satunya di Suralaya. Batubara digunakan sebagai sumber utama pembangkit listrik dikarenakan ia memiliki nilai kalor dan daya yang cukup besar dibandingkan dengan sumber pembangkit lainnya. Selain itu, harganya yang relatif murah menjadi salah satu pertimbangan pemakaiannya. Proses pendistribusian batubara dari Tarahan menuju Suralaya menggunakan tongkang. Penggunaan tongkang masih banyak digunakan karena dapat membawa kapasitas yang cukup besar dan harga shipping yang murah dibanding dengan transportasi lainnya. Selama proses pendsitribusian, batubara dalam tongkang ditumpuk dengan ketinggian tertentu dan terpapar langsung oleh lingkungan, baik dari suhu, cuaca, udara dan kelembaban sehingga menyebabkan terjadinya pembakaran spontan batubara. Pembakaran tersebut selain berbahaya bagi keselamatan namun juga memengaruh kualitas batubara. Salah satu cara alternatif untuk mencegah terjadinya pembakaran spontan batubara dalam tongkang adalah dengan menggunakan alat penukar kalor dengan bentuk U-tube yang dipasang pada sideboard tongkang. Tujuan penelitian ini adalah membuat desain awal sistem alat penukar kalor dan kapasitas pompa yang digunakan pada tongkang. Penentuan dimensi heat exchanger menggunakan rasio luas permukaan pipa heat exchanger terhadap luas permukaan batubara yang terpapar langsung oleh lingkungan. Fluida yang digunakan untuk heat exchanger yang dirancang mengunakan air laut. Untuk mengalirinya diperlukan pompa untuk memompa air laut. Untuk mendapatkan kapasitas pompa diperlukan jumlah debit air yang akan digunakan. Hasil rasio dimensi dan rasio debit aliran kemudian di rancang dalam tongkang dengan ukuran muatan batubara 7000 ton. Pembuatan desain alat penukar kalor pada tongkang mengguanakan aplikasi AutoCad. Hasil pengujian menunjukan desain pipa alat penukar kalor yang diperlukan dan peletakannya pada kapal tongkang serta kapasitas pompa yang diperluka untuk mencegah terjadinya pembakaran spontan.
Indonesia is the country with the world's largest coal source in Tarahan, Sumatera. Many power plants in Indonesia use coal as its main source, one of them in Suralaya. Coal is used as the main source of power generation because it has a heat value and considerable power compared to other generating sources. In addition, the price is relatively cheap to be one consideration of usage. The process of distributing coal from Tarahan to Suralaya using barges. The use of barges is still widely used because it can bring considerable capacity and cheap shipping prices compared with other transportation. During the distribution process, coal in barges is stacked with a certain height and is directly exposed to the environment, whether from temperature, weather, air and humidity causing spontaneous combustion of coal. The combustion is other than hazardous to safety but also memengaruh coal quality. One alternative way to avoid the spontaneous combustion of coal in barges is to use the U-tube heat exchanger that is installed on the barge sideboards. The purpose of this research is to make the initial design of the heat exchanger system and pump capacity used on barges. Determination of the heat exchanger dimensions using the surface area ratio of heat exchanger to the coal surface area directly exposed by the environment. Fluids used for heat exchanger are designed using seawater. To calculate it needed a pump to pump the sea water. To obtain the necessary pump capacity amount of discharge water to be used. The result of dimensional ratio and flow rate ratio are then designed in barges with a coal load size of 7000 tonnes. The design of the heat exchanger tool on a barge using AutoCad application. The test results indicated the design of the necessary heat exchanger pipe and its printing on the barge and the capacity of the pump was injured to prevent spontaneous combustion.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Putro Satrio Wicaksono
Abstrak :
Tingginya penggunaan batubara di dunia untuk kebutuhan pasokan listrik menyebabkan meningkatnya permintaan untuk penggunaan batubara kualitas rendah seperti lignit dan sub-bituminous. Hal ini berakibat pada meningkatnya penggunaan batubara dengan kualitas rendah seperti sub-bituminous dan lignite. Dalam proses rantai suplai, ada kemungkinan batubara disimpan di suatu tempat dalam waktu yang cukup lama. Dikarenakan batubara  dengan kualitas rendah memiliki sifat lebih mudah mengalami pembakaran spontan maka hal tersebut berpotensi untuk menimbulkan kasus terjadinya kecelakaan yang diakibatkan oleh pembakaran spontan ketika disimpan dalam suatu tempat dalam waktu tertentu.  Beberapa metode yang telah dilakukan untuk mengurangi pembakaran spontan pada batubara yaitu antara lain pemadatan tumpukan batubara, menyemprotkan secara langsung cairan tertentu pada batubara, pengecekan temperatur berkala, volcano trap, serta pembuatan parit. Masing-masing metode tersebut memiliki kekurangan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menemukan cara lain yang lebih efektif dalam mencegah pembakaran spontan. Salah satu metode lain yang dikembangkan untuk mengontrol temperatur batubara sehingga dapat mencegah terjadinya pembakaran spontan adalah pendinginan tidak langsung dengan menggunakan alat penukar kalor yang diletakkan di dalam tumpukan batubara dan dialiri dengan air. Metode ini dapat digunakan untuk mengontrol temperatur baik dalam proses penyimpanan maupun dalam proses transportasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji metode tersebut dan mengetahui pengaruh rasio luas permukaan perpindahan kalor dan volume bahan mampu bakar  terhadap efektivitas pengendalian temperatur dalam pencegahan pembakaran spontan. Pengujian dilakukan dengan skala laboratorium untuk mengontrol temperatur batubara menggunakan alat penukar kalor yang terbuat dari pipa tembaga. Sampel batubara diletakkan di dalam wadah silinder dengan diameter 8,5cm dan tinggi 11cm. Kemudian, alat penukar kalor berbentuk spiral diletakkan di tengah wadah silinder dan dialiri dengan air dengan temperatur 27 Pengujian dilakukan dengan menggunakan oven yang diatur pada beberapa temperatur yaitu 400K, 410K, 420K, dan 430K untuk mengetahui kemampuan pendinginan metode ini pada berbagai kondisi temperatur. Sampel didinginkan dengan menggunakan air yang dialirkan melalui alat penukar kalor dengan beberapa konfigurasi dimensi untuk mengetahui pengaruh rasio luas permukaan perpindahan kalor dan volume bahan mampu bakar. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin besar luas permukaan bidang perpindahan kalor maka semakin besar cooling load yang dihasilkan. ......The high use of coal for power generating purpose has increased the demand for lower rank coal such as lignite and sub-bituminous. This has resulted in increased use of low rank coal such as sub-bituminous and lignite. In the supply chain process, there are several cases for coal to be stored in a place for quite a long time. Because low quality coal is more susceptible to spontaneous combustion, it has the potential to cause work-related accidents caused by spontaneous combustion when stored in a certain time. One method that is being developed to control the temperature of coal so that it can prevent the occurrence of spontaneous combustion is to apply a heat exchanger which is placed in a coal pile and then flowed with water. This method can be used to control the temperature both in the storage process and in the transportation process. The purpose of this study was to test the method and in particular to study the effect of the ratio of heat transfer surface area and volume of combustible material to the effectiveness of temperature control in spontaneous combustion prevention. A laboratory scale experiment was set up to control the temperature of coal pile using a heat exchanger made from copper tubes. Coal samples are placed in cylindrical containers with a diameter of 8.5 cm and 11 cm high. Then a spiral shaped heat exchanger is placed in the center of the cylindrical container and flowed with sea water at an approximate temperature of 27oC Tests were carried out using several configurations of heat exchanger dimensions to determine the effect of the ratio of heat transfer surface area on the cooling capacity of the coal pile. The test results show that the greater surface area of the heat transfer would produce greater temperature difference indicating the ability to control coal pile temperature.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Purnomo
Abstrak :
Alat penukar kalor dikenal mempunyai banyak tipe yang dalam aplikasinya disesuaikan dengan kondisi operasi yang dlkehendaki. Dalam tulisan ini akan dlbahas kinerja dan karateristik alat penukar kalor dengan dua Fluida dingin jenis shell and tubes, aliran silang Iawan arah satu fluida (panas) bercampur (shell) sedang fluida lainnya (dingin) tidak (tubes), dengan banyak laluan (multipass cross flow one fluid is mixed and the other unmixed). Kita akan mempelajari pengaruh empat konfigurasi aliran terhadap karateristik dan kinerja alat penukar kalor ini. Dipelajari pula pengaruh parameter aliran fluida panas dan fluida dingln, Serta Iuas permukaan perpindahan panas (simulasi) terhadap kinerja dan karateristik alat penukar kalor pada keempat kofiigurasl aliran tersebut serta mendapatkan nilai mass flow gas (Mg) transisi. Metoda yang dltempuh dalam penelitian ini adalah dengan simulasi melalui bahasa program Turbo Pascal dan uji eksperimental Dari penelitian ini dikeetahui bahwa ada dua kondisi yang sangat berpengaruh terhadap kinerja dan karateristlk alat penukar jenis ini. Jika temperatur kedua fluida dingin sama, konfigurasi aliran mempunyai kinerja terbaik, perubahan parameter aliran tidak berpengaruh terhadap karakteristik ini. Jika temperatur dingin 1 dan dingin 2 berbeda, pada peningkatan mass flow gas, kontigurasi IV memiliki kinerja terbaik, namun jika mass flow terus dinaikkan akan menyebabkan terjadinya penurunan kinerja konfigurasi IV, mass flow gas pada kondisi ini disebut Mg transisi. Peningkatan temperatur gas menyebabkan Mg transisi bergeser turun. Sedangkan peningkatan temperatur dan mass flow fluida dingin sebaliknya. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah membandingkan hasil eksperimental dengan hasil simulasi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan signifikasi antara uji simulasi dengan eksperimental.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarmizi
Abstrak :
ABSTRAK Alat Penukar Kalor merupakan suatu peralatan industri yang mempunyai fungsi strategis dalam berbagai proses terutama dalam industri kimia, untuk industri perminyakan, pupuk, dan lain-lain. Guna mengantisipasi perkembangan dan peluang permintaan penawaran Alat Penukar Kalor dalam negeri yang akhir-akhir ini cenderung meningkat, maka industri manufaktur yang bergerak dalam proses pabrikasi alat penukar kalor perlu melakukan standarisasi dalam proses pabrikasi dan penawaran harga, sehingga perusahaan akan dapat mengantisipasi setiap perubahan unsur-unsur biaya yang akan terjadi, dan akan memberikan keleluasaan pada perusahaan untuk mendapatkan order melalui tender-tender yang ada. Sistem estimasi terhadap perhitungan biaya pabrikasi dan penentuan harga alat penukar kalor yang dilakukan diiaksanakan dalam usaha untuk mempercepat proses penentuan harga sebuah unit Alat Penukar Kalor dengan ketepatan dan kecepatan terhadap estimasi perhitungan biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Dari hasil analisa terhadap sistem yang telah dilakukan temyata memberikan kontribusi penghematan dalam perhitungan penawaran harga terhadap; biaya sebesar 30 %, waktu sebesar 85 % dan jam tenaga kerja 72 %, serta tenaga kerja sebesar 20 %.
ABSTRACT Heat Exchanger is an industrial equipment which possesses strategic functions in various processes in chemical industry, for oil industry, fertilizer and so forth. In order to anticipate the development and demand opportunity of domestic Heat Exchanger which is recently increasing, therefore the industrial manufacture which is active in Heat Exchanger fabrication process needs to carry out standardization in fabrication process and price offering in order that the companies will be able to anticipate each cost changing element which will occur and will give convenience to the companies in obtaining orders through the existing tenders. Estimation system fabrication cost calculation and Heat Exchanger price determination which is carried out, will be carried out for the purpose of quickening price fixing process of a Heat Exchanger unit with accuracy and speed towards cast calculation estimation to be spent. The analysis result which is carried out to the system done has really given saving contribution in price offering calculation towards cost amounting to 30 %, the time is 85 %, working hours 72 %, and workers 20 %.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boris Oman Kaher
Abstrak :
Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger) adalah sebuah alat yang mana didalamnya terjadi proses perpindahan kalor antara dua fluida dimana kedua fluida tersebut memiliki temperatur yang berbeda. Pada umumnya kedua fluida tersebut dipisahkan oleh sebuah dinding solid. Tugas akhir ini menjelaskan hubungan antara kalor yang hilang dengan parameter-parameter lainnya, seperti: aliran Huida dan sifat-sifat thermal pada alat double pgoe hear exchanger. Dan penelitian ini juga membahas mengenai pengelompokkan parameter tersebut kedalam bilaugan tak berdimensi dan mencari hubungan iirngsi kalor yang hilang terhadap parameter-parameter tersebut. Fungsi persamaan yang telah didapat tersebut diharapkan dapat membantu kita untuk mengetahui karakteristik dan efektifitas sebuah alat penukar kalor. Untuk pamlet flow double pipe heat exchanger; sebuah persamaan yang terdiri dari bilangan tak berdimensi yang didapat berdasarkan teorema pi adalah: q*= I - dt*. Q* . Kemudian melalui eksperimen didapat, sebuah grafik didapat sebagai representasi ketiga variabel bilangan tak berdimensi tersebut (q*, dl* dan Q*). Variabel q* mengacu kepada koefisien rugi kalor ϱ3 berupa: ϱ = I - Qc/Qh dt/dT Dimana koefisien rugi kalor menunjukkan beberapa bagian atau persen kalor yang hilang, juga menunjukkan kefektifan sebuah alat penukar kalor.
Heat exchanger is a device in which heat transfers between two fluids. Both fluids has a different temperature. Generally, a wall separates the two fluids. This final assignment shows correlation between heat loss and other parameters, such as : fluids flow and thermal characteristic in double pipe heat exchanger. This paper also explains about grouping the parameters into dimensionless form and End a filnction. The function may be used to help us to find out characteristics and eftectiveness of double pipe heat exchanger. An Expression for parallel flow double pipe heat exchanger based on pi theorem is: q*= I - dt*. Q* . After getting through with the experiment, we've got some graphics that describes the three dimensionless variabels (q*, dt* dan Q*). Dimensionless q* refers to heat loss coefficient if The expression would be: ϱ = I - Qc/Qh dt/dT The heat loss coefficient 5? determines part of the heat which losses into the environment in term of decimal or percent number. It shows also the effectiveness of a heat exchanger.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>