Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tampubolon, James Ricky
"Situasi penya1ahgunaan narkoba yang semakin mengkhawatirkan menuntut upaya penanganan serius yang meHbatkan semua orang di lingkungannya masing-masing, seperti lingkungan pemerintah ingkungan swasta, lingkungan penddikan mapun Hngkuugan maeyarakat. Akan tetapi pola pikir dan ruang gerak masyarakat yang dapat memuncu1kan peranserta tersebut cenderung diabaikan, sehingga masyarakat tidak memUiki keberdayaan dan kemampuan untuk menangani masalah tersebut Oleh karena itu diperlukan suatu usaha yang dapat merubah pola pikir dan meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat menangani masalah P4GN secara mandiri melalui suatu proses pemberdayaan masyarakat.
Sehubungan dengan proses pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan masyarakat tersebut, maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mencari gambaran mengenai proses pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Direktorat Peran Serta Masyarakat BNN, mengetabui bagatmana proses pemberdayaan rnasyarakat yang telah dilakukan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merumggulangi penyalahgunaan narkoba di lingkungan mereka.
Penelitian dilakukan selama 2 (dua) buJan pada bulan april- juni 2011 di berbagai institusi yang menjadi peserta d.ari kegiatan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh BNN, serta di dalam lingkungan Direktorat Peran Serta Masyan1kat bnn, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dinmna data yang didapat adaiah basil dari wawancara dengan beberapa informan terpilih dan atom dianalisis dan dijabarkan secara deskriptif.
Kesimpulan yan didapat dari hasH penelitian ini adalah bahwa proses pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Direktorat Peran Serta Masyarakat BNN masih belum efektif. Hal ini dikarenakan kegiatan yang dilaksanakan masih berada dalam kegiatan pemberian informasi dan pengetahuan tentang narkoba. kegiatan yang dilaksanakan masih menghadapi beberapa kendala, seperti belum adanya Standard Operational Procedure (SOP) dalam perekrutan narasumber dan pelaksanaan kegiatan.

The situation of drug abuse which eetting worse requires serious effort which involving everyone in the neighborhond, as in government environment, private environment, educational environment and also community environment. Meanwhile the mindset and the space for people who may come up with such participation tends to be ignored. so that people do not have the empowerment and ability to handle such problems. Therefore we need something that can change the mindset and improve society's ability to handle P40N problems independently through a process of community empowerment.
Due to these process of community empowerment in improving the ability of the community, then this research was conducted with aims to find a picture of the community empowerment process which undertaken by the Directorate of Community Participation BNN, knowing how the prflcess of community empowerment that has been done to improve the ability of communities to tackle drug abuse in their environment.
The research was conducted for 2 (two) months In April - June 2011 in various institutions who participated in the activities of community empowerment programs implemented by BNN, and in the environment of Directorate of Community Participation BNN. using <: qualitative approach, where the data obtained is the results of interviews with several selected informants and will be analyzed and described descriptively.
The conclusion from the results of this research is that process of community empowennent undertaken by the Directorate of Public Participation BNN is still not effective. This is because the activities carried out are still in the stage of providing information and knowledge about drugs. Activities undertaken also still face several obstacles, such as the lack of Standard Operating Procedure.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T31646
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Anggraini
"Dalam rangka mendukung pembangunan wilayah perkotaan yang berkelanjutan, dibutuhkan upaya perencanaan tata ruang kota yang terpadu, manusiawi dan berwawasan lingkungan. Pada kegiatan pembanguuan perkotaan hendaknya dapat menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan serta kegiatan pendukung lainnya terhadap aspek tata ruang kota berupa ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, kebutuhan kawasan ruang terbuka hijau di kawasan-kawasan perkotaan semakin diperlukan dalam rangka mewujudkan tata ruang kawasan perkotaao yang memperbatikan fungsi lingkungan, keasrian serta daya dukung kawasan perkotaan bagi aktivitas, keeehatan dan kualitas kehidupan masyarakat perkotaan.
Pada saat menyusun rencana dan program pembangunan kota, kesadaran masyarakat perlu digugah dan prakarea serta peransertanya perlu didorong dan dikembangkaa Penataan ruang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dengan melibatkan masyarakat Peraturan Pemerintah RI No.69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat Dalam Penalaan Ruang manjadi acuan Femerintah Daerah untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam penataan ruang.
Pada penyelenggaraan penataan ruang, pelaksanaan hak dan kewajiban serta peranserta masyarakat sangat diperlukan untuk memperbalki mutu perencanaan, membantu terwujudnya pemanfaatan ruang sesual dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan sertamenaati keputusan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.
Sebagai batasan, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka hijau pertamanan di empat kecamatan Kawasan Jakarta Pusat Adapun bentuk ruang terbuka hijau tersebut adalah berupa Taman, Jalur Hijau Jalan dan Jalur Hijau Kota. Penilaian kualitas fisik ditinjau dari fimgsi-fimgsinya yaitu Fungsi Sosial, Fungsi Ekologis, dan Fungsi Estetis.
Adapun tujuan penulisan tesis ini adalah: (1) mengetahui kuaJHas fisik mang terbuka hijau, (2) mengetahui persepsi dan respon masyarakat terhadap keberadaan ruang terbuka hijau di lingkungannya, (3) mengetahui tingkat peranserta masyarakat dalam penataan ruang terbuka hijau, (4) mengetahui besar pengaruh antara tingkat kesejahteraan, lama bermukim dan tingkat pendidikan terhadap tingkat peranserta masyarakat, (5) mengetahui hubungan antara kualitas fisik ruang terbuka hijau dengan tingkat peranserta masyarakatnya.
Sedangkan hipotesis yang hendak dibuktikan ialah: (1) kualitas fisik ruang terbuka hijau ditentukan oleh peranserta masyarakat, (2) semakin tinggi tingkat peranserta masyarakat dalam penataan ruang terbuka hijau, semakin balk kualitas fisik ruang terbuka hijau. Lokasi penelitian ini adalah empat kecamatan di Kawasan Jakarta Pusat yaitu Kecamatan Tanah Abang, Kecamatan Menteng, Kecamatan Gainbtr dan Kecamatan Johar Baru. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive storing dan pembobotan untuk masing-masing bentuk dan fungai dari niang terbuka hijau tersebut. Sedangkan sampel responden untuk mengetahui tingkat peranserta masyarakat dilakukan dengan metode stratified random sampling pada tingkat RW, RT, dan KK. Responden yang merupakan kepala keluarga dipilih pada setiap RT sampel. Dari total 1550 KK diambil 10% nya yang ditetapkan berdasarkan quota sampling, karena perbedaan jumlah KK tiap RT adalah kecil. Sehingga total jumlah responden adalah 160 responden.
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan desain ex post facto. Jenis dan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalatn penelitian ini adalah pengumpulan data primer berupa hasil pengamatan, wawancara, dan kuesioner, serta data sekunder. Pengukuran variabei dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan dan studi hubungan kondisi variabel lingkungan fisik dan kondisi variabel lingkungan sosial berupa peranserta masyarakat, serta studi komparasi hasii penilaian kualitas fisik tersebut pada masing-masing kecamatan. Sedangkan data kuesioner yang diberikan kepada responden, datanya diuji secara statistik inferensial dengan chi-square.
Dari hasil ana!isis,ternyatakualitas fisik ruang terbuka hijau di Kecamatan Tanah Abang termasuk kategori buruk (101,7), di Kecamatan Meateng tennasuk kategori sedang (165), Kecamatan Gambir termasuk kategori sedang (155) dan di Kecamatan Johar Baru termasuk kategori buruk sekali (47,5). Sedangkan persepsi dan respon masyarakat pada umumnya adalah baik. Masyarakat mengetahui dengan baik fungsi dan manfaat ruang terbuka hijau dan sangat mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau. Dalam mendukung upaya pembangunan ruang terbuka hijau tersebut hampir 90% masyarakat bersedia berperanserta secara aktif dalam berbagai bentuk kegiatan. Adapun persepsi dan respon masyarakat yang mengetahui bahwa ruang terbuka hijau berguna dan oerlu dibaneun adalah 96.6%: setuiu melakukan ken a batdi adalah hijau dibongkar adalah 98,1% dan bentuk bantuan yang ingin diberikan dalam pengembangan ruang terbuka hijau umumnya adalah bentuk sumbangan tenaga (79,4%).
Tingkat peranserta masyarakat dalam pengembangan niang terbuka hijau di empat kecamatan cenderung tinggi. Pada Kecamatan Tanah Abang tingkat peranserta masyarakat pada tahap perencanaan dan pengendatian pemanfaatan cenderung tinggi (65,8% dan 67,5%) sedangkan pada tahap pemanfaatan cenderung sedang (50,0%). Di Kecamatan Menteng tingkat peranserta masyarakat pada tahap perencanaan dan pengendalian pemanfaatan cenderung tinggi (43,6% dan 41,7%), sedangkan pada tahap pemanfaatan cenderung sedang (46,9%). Pada Kecamatan Gambir tingkat peranserta masyarakat pada tahap perencanan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan cenderung tinggi (54,3%, 45,0%, dan 75,0%). Dan di Tingkat peranserta masyarakat pada tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan di Kecamatan Johar Barn cenderung tinggi (61,1%, 50,0%, dan 43,2%).
Dilihat dari hasil ana]isis kualitas fisik dan tingkat peranserta masyarakat, ternyata kualitas fiaik niang terbuka hijau di empat kecamatan tersebut tidak ditentukan oleh tingginya tingkat peranserta masyarakat tetapi juga faktor lain seperti ketersediaan lahan untuk pengembangan niang terbuka hijau seita program pemerintah untuk pengembangan niang terbuka hijau.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kualitas fisik ruang terbuka hijau di Kecamatan Tanah Abang termasuk kategori buruk, Kecamatan Menteng dan Gambir termasuk kategori sedang dan Kecamatan Johar Baru termasuk kategori buruk sekali.
2. Persepsi dan respon masyarakat tentang pengembangan ruang terbuka hijau di lingkungannyabaik. Masyarakat mengetahui fiingsi dan manfaat ruang terbuka hijau dan mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau di lingkungannva hijau dibongkar adalah 98,1% dan bentuk bantuan yang ingin diberikan dalam peogembangan ruang terbuka hijaii umumnya adalah bentuk sumbangan tenaga (79,4%).
Tingkat peranserta masyarakat dalam pengembangan ruang terbuka hijau di empat kecamatan cenderung tinggi. Pada Kecamatan Tanah Abang tingkat peranserta masyarakat pada tahap perencanaan dan pengendallan pemanfaatan cenderung tinggi (65,8% dan 67,5%) sedangkan pada tahap pemanfaatan cenderung sedang (50,0%). Di Kecamatan Menteng tingkat peranserta masyarakat pada tahap perencanaan dan pengendalian pemanfaatan cenderung tinggi (43,6% dan 41,7%), sedangkan pada tahap pemanfaatan cenderung sedang (46,9%). Pada Kecamatan Gambir tingkat peranserta masyarakat pada tahap perencanan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan cenderung tinggi (54,3%, 45,0%, dan 75,0%). Dan di Tingkat peranserta masyarakat pada tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendatian pemanfaalan di Kecamatan Johar Baru cenderung tinggi (61,1%, 50,0%, dan 43,2%).
Dilihat dari hasil analisis kualitas fisik dan tingkat peranserta masyarakat, ternyata kualitas fisik ruang terbuka hijau di empat kecamatan tersebut ttdak ditentukan oleh tingginya tingkat peranserta masyarakat tetapi juga fektor lain seperti ketersediaan lahan untuk pengembangan ruang terbuka hijau serta program pemerintah untuk pengembangan ruang terbuka hijau.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kualitas fisik ruang terbuka hijau di Kecamatan Tanah Abang termasuk kategori buruk, Kecamatan Menteng dan Gambir termasuk kategori sedang dan Kecamatan Johar Baru termasuk kategori buruk sekali.
2. Persepsi dan respon masyarakat tentang pengembangan ruang terbuka hijau di lingkungannyabaik. Masyarakat mengetahui iungsi dan manfaat ruang terbuka hijau dan mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas ruang
3. Tingkat kesejahteraan, lama berraukim dan tingkat pendidikan masyarakal; tidak berpengaruh nyala pada tahap perencanaan dan tahap pengendalian pemanfaatan. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan, semakin lama bermukim seseorang dan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang tidak menyebabkan semakin tingginya tingkat peranserta. Tetapi lama bermukim berpengaruh nyata terhadap tingkat peranserta masyarakat dalam tahap pemanfaatan.
4. Kualitas fisik ruang terbuka faijau tidak hanya ditentukan oleh tingkat peranserta masyarakat. Semakin tinggi tingkat peranserta masyarakat dalam penataan ruang terbuka hijau tidak secara langsung menyebabkan semakin baiknya kualitas fisik ruang terbuka hijau.
5. Kualitas ruang terbuka hijau ternyata juga ditentukan oleh: a) ketersediaan ruang terbuka hijau, b) distribusi/penyebarsn ruang terbuka hijau di Itngkungan permukiman penduduk, c) ada/tidaknya program pemerintah dalam pengembangan ruang terbuka hijau.
Dengan demikian berdasarkan penelitian ini disarankan hal-hal sebagai bertkut:
1. Pemda setempat perlu meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau di Kecamatan Tanah Abang dan Kecamatan Johar Baru dengan meningkatkan program pemerintah dan penyediaan lahan bagi pengembaogan ruang terbuka hijau. Salah satu cara penambahan luas ruang terbuka adalah dengan merencanakan efislensi penggunaan lahan permukiman dengan model permukiman vertikal (rumah susun).
2. Felaksanaan program pemerintah dalam penataan ruang terbuka hijau harus diiaksanakan secara konsekuen dan tidak berubah-ubah akibat tuntutan tahan perkotaan yang lebih bernilai ekonomis.
3. Ruang terbuka (hijau) harus merupakan unsur pembentuk kota yang sejajar dengan unsur-unsur lainnya seperti marga, wisma, suka dan Jain-lain.
4. Kuantitas dan kualitas fisik ruang terbuka hijau hendaknya menjadi faktor penilaian keberhasitan pembangunan suatu wilayah di DKI Jakarta"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library