Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laila Ruslita
"Adanya korelasi yang erat antara kista folikuler (kista dentigerous) dengan ameloblastoma telah diamati oleh para ahli, walaupun terdapat perbedaan yang cukup besar baik sifat maupun perawatan dari kedua kasus tersebut. Dalam hal ini ameloblastoma dimungkinkan terlihat dalam dinding kista dentigerous yang terlebih dulu ada, sebagai bagian dari kemungkinan proses terbentuknya ameloblastoma. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran seberapa besar kemungkinan kista dentigerous berdegenerasi menjadi ameloblastoma yang ditinjau berdasarkan pemeriksaan klinis dan histopatologis, serta dipelajari kecenderungan-kecenderungannya.
Sasaran penelitian adalah semua penderita kista dentigerous dan ameloblastoma pada poli bedah mulut RSCM & RSU Tangerang, yang diambil dari catatan medik penderita dari Januari '90 - Desember '91. Dengan demikian diharapkan hasil yang bermanfaat berguna sebagai informasi bila mungkin untuk deteksi dini pada kasus-kasus yang diduga ameloblastoma berasal dari kista dentigerous, sehingga perawatan seoptimal mungkin disertai tindak lanjut pasca bedah dapat dilakukan.
Hasil penelitian meliputi dari 46 kasus yang diteliti- diperoleh (17%) kasus ameloblastoma yang berdegenerasi dari kista dentigerous yang seluruhnya terdapat pada pria (100%) dengan rata-rata pada umur dewasa muda (27 tahun). Lokasi terbanyak pada rahang bawah (75%) dengan lesi ukuran 9.1-10 cm (50%). Kekambuhan sebesar 25% dengan waktu kekambuhan kurang dari 1 tahun."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T6051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada anak usia sekolah, kesehatan gigi memerlukan perhatian khusus. Karena pada usia ini gigi susu digantikan oleh gigi permanen. Menurut Depkes (2006), derajat kesehatan gigi dan mulut anak Indonesia tergolong rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan gigi pada anak sekolah.
Penelitian ini dilakukan di SDN Cikande Permai dengan jumlah responden 61 orang yang terdiri dari 30 anak kelas 5 dan 33 anak kelas 4. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan menggunakan instrumen kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini rnenyimpulkan bahwa anak yang memiliki perawatan gigi baik sebesar 54,l%. Ada hubungan bermakna antara motivasi anak dengan perawatan gigi anak (P value= 0,018; a=0,005). Tidak ada hubungan bermakna antara peran orangtua dengan perawatan gigi anak (P value= 0,225; a=0,005). Tidak ada hubungan bermakna antara cara menggosok gigi dengan perawatan gigi anak (P value= 0,693; a=0,005). Tidak ada hubungan bermakna antara frekuensi menggosok gigi dengan perawatan gigi anak (P value= 0,095; a=0,005). Tidak ada hubungan bermakna antara keterjangkauan pelayanan kesehatan dengan perawatan gigi anak (P value= 0,16; a=0,005). Dari pembahasan diketahui ada faktor lain yang mempengaruhi perawatan gigi anak, oleh karena itu sebaiknya penelitian yang mendatang meneliti faktor-faktor tersebut."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5584
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Astiningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jamu kunyit asam terhadap kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional. Pada penelitian ini digunakan 20 spesimen yang direndam dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan (masing-masing n=10) selama 1, 3, 5, dan 7 hari. Hasil uji statistik Two-way ANOVA menunjukkan antara jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna (p>0,05), namun terdapat perbedaan bermakna pada lama waktu perendaman dalam kedua kelompok (p<0,05). Semakin lama waktu perendaman dalam jamu kunyit asam berpengaruh terhadap peningkatan nilai kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional.

The aim of this study was to know the effect of turmeric tamarind solution on surface roughness of conventional glass ionomer cement. This study used 20 specimens were immersed in a turmeric tamarind solution of packaging and not the packaging (each n=10) for 1, 3, 5, and 7 days. Results analyzed by Two-way ANOVA showed between turmeric tamarind solution of packaging and not the packaging had no significant difference (p>0,05), but a significant difference on immersion duration in two groups (p<0,05). The longer of immersion duration in a trumeric tamarind solution affect to increase surface roughness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Hazriani
"Human Platelet Lysates (HPL) merupakan suplemen kultur yang umum digunakan pada kultur HUVEC. Efek HPL sebagai suplemen medium kultur HUVEC tanpa penambahan faktor pertumbuhan (GF) belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui pengaruh penggunaan HPL tanpa penambahan GF terhadap profil protein HUVEC.
Metode: HUVEC dikultur dengan FBS, HPL 2% dengan GF, HPL 2% tanpa GF, dan 5% tanpa GF diuji dengan SDS-PAGE.
Hasil: Intensitas, ketebalan, dan kisaran berat molekul protein pada kelompok perlakuan dengan HPL tanpa GF tidak berbeda berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol.
Simpulan: Tidak terdapat perbedaanprofil protein kultur HUVEC yang menggunakan serum FBS dan HPL yang ditambahkan GF dengan HPL tanpa GF.

HPL is widely used as a serum replacement in cell culture. Effect of HPL without growth factor (GF) in HUVEC culture medium has not been studied previously.
Objective: To evaluate the effect of HPL without GF on HUVEC protein profile.
Method: HUVEC cultured with FBS, 2% HPL with GF, 2% HPL without GF, and 5% HPL without GF and analysed with SDS PAGE.
Result: Band intensity, band thickness, and protein molecular weight of HUVEC cultured without GF were not different significantly compared to control FBS group of HPL with GF.
Conclusion: No difference was found in HUVEC profile protein after cultured with FBS and HPL with and without GF.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Odang, Roselani W.
"Penilaian keberhasilan suatu perawatan dengan gigi tiruan lepasan dapat dilakukan dengan menggunakan indikator rasa nyaman dalam mulut, kembalinya fungsi pengunyahan, estetika dan bicara. Keberhasilan perawatan akan dinilai optimal bila didapat keserasian antara pemeriksaan obyektif yang dilakukan oleh operator dengan persepsi pasien. Atas dasar ini dilakukan suatu penelitian kualitatif untuk mengevaluasi seberapa jauh perbedaan persepsi antara operator dengan pasien terhadap hasil perawatan dengan gigi tiruan lepasan. Pengamatan terhadap 12 pasien berusia antara 49 - 65 tahun dengan variabel yang diperhatikan adalah rasa nyaman, estetika,fungsi bicara baik secara obyektif maupun sbbyektif;variabel sosio demografis,seperti umur, jenis kelamin, maupun harapan pasien tentang gigi tiruannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pasien berusia diatas 50 tahun, ditemukan kecenderungan tidak puas dari segi persepsi tentang rasa nyaman terutama bila ada rasa sakit yang secara obyektif dinilai tidak ada kelainan yang berarti. Dari segi persepsi tentang estetika dan fungsi bicara,terlihat bahwa kepuasan pasien yang relatif tinggi meskipun secara obyektif dinilai belum memuaskan. Dapat disimpulkan bahwa dari pasien yang diteliti ternyata rasa nyaman dan kaitannya dengan fungsi pengunyahan lebih diutamakan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Andreas
"Suatu sistem teori penyakit meliputi kepercayaan - kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter. Sistem-sistem teori penyakit berkenaan dengan kausalitas, penjelasan yang diberikan oleh penduduk mengenai hilangnya kesehatan, dan penjelasan mengenai pelanggaran tabu, mengenai gangguan keseimbangan antara unsur- unsur panas dingin dalam tubuh, atau kegagalan pertahanan immunologi organ manusia terhadap agen-agen patogen seperti kuman-kuman dan virus. Semua sistem penyebab penyakit sebagian terbesar bersifat rasional dan logis, dalam arti bahwa teknik-teknik penyembuhan merupakan fungsi dari, atau berasal dari, suatu susunan ide konsepsional yang khusus tentang sebab-sebab penyakit. Sistem-sistem kausalitas penyakit hanya dapat dipandang sebagai suatu yang tidak rasional oleh masyarakat lain, yang percaya bahwa premis yang mendasari penjelasan itu seluruhnya atau sebagiannya bertentangan dengan fakta (Foster, 1986: 46).
Suatu sistem perawatan kesehatan adalah suatu perawatan sosial yang melibatkan interaksi antara jumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh. Sistem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk memanfaatkan "pengetahuan" tentang penyakit untuk menolong si pasien. Fungsi yang terwujudkan dari suatu sistem perawatan kesehatan adalah untuk memobilisasi sumber-sumber daya si pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya, untuk menyertakan mereka dalam mengatasi masalah tersebut.
Pada sistem teori penyakit masyarakat Serpong, tidak lepas dari religi dan sistem kepercayaan, serta teknologi dalam ilmu pengetahuan modern. Karena sekalipun mereka mengetahui bahwa banyak penyakit disebabkan oleh kuman-kuman yang masuk ke dalam tubuh manusia, tetapi mereka juga percaya bahwa banyak penyakit yang disebabkan gangguan setan, roh halus atau kuaiat (ketulah) terhadap pusaka, barang tua, tempat-tempat angker, atau bebatuan yang dihuni makhluk-makhluk halus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Djamilah Tohirah
"Salah satu cara untuk mengevaluasi keberhasilan suatu perawatan gigi tiruan cekat adalah kesesuaian preparasi gigi dengan restorasinya. Untuk mendapatkan kesesuaian atau fitness tersebut perlu diperhatikan beberapa faktor, di antaranya prosedur-prosedur klinik dan laboratorium. Prosedur pencetakan di klinik seperti teknik, manipulasi dan jenis bahan cetak perlu diperhatikan. Prosedur laboratorium, seperti penggunaan dan teknik pengecoran bahan, pemasangan die dan model kerja di artikulator, harus teliti. Bila hal-hal tersebut diabaikan, dapat mengakibatkan kegagalan restorasi.
Bahan cetak alginat sering digunakan untuk membuat model pada perawatan prostodontik, model untuk gigi antagonis, model diagnostik dan model pada perawatan ortodonti. Keuntungan dari bahan cetak ini ialah manipulasinya mudah dan harganya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan bahan cetak yang lain. Tetapi bahan cetak tersabut mempunyai kelemahan, yaitu tidak dapat mereproduksi detail secara akurat. Pada beberapa keadaan yang memerlukan ketepatan dan kemampuan untuk mereproduksi semua detail yang kecil-kecil, misalnya pada die untuk pembuatan suatu casting, diperlukan suatu bahan cetak yang baik. Bahan cetak jenis elastomerik seperti silikon merupakan bahan yang mempunyai kestabilan dan keakuratan yang tinggi.
Berhubung harga bahan cetak elastomerik cukup mahal, maka dicari terobosan untuk mendapatkan cara mencetak dengan harga efisien tetapi dapat menghasilkan model kerja dan die yang cukup akurat, yaitu dengan menggunakan kombinasi bahan silikon dan alginat yang dilakukan secara pencetakan ganda.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kecermatan hasil cetakan yang diperoleh dari teknik pencetakan ganda dengan silikon dan alginat berdasarkan akurasi model kerja melalui fitness marginal dan titik kontak mahkota tiruan penuh."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loes D. Sjahruddin
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2014
617.672 LOE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nadine Khalissya
"Tujuan: Untuk mendeskripsikan kebutuhan yang dirasakan akan dan pemanfaatan layanan kesehatan gigi di Indonesia Indonesia pada 2013. Metode: Studi cross-sectional dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Indonesia tahun 2013 (n = 260.925). Deskriptif analisis dan regresi logistik digunakan untuk menggambarkan proporsi dan hubungan antara kebutuhan yang dirasakan dan pemanfaatan perawatan kesehatan gigi dari beberapa karakteristik sosiodemografi. Hubungan antara kebutuhan yang dirasakan dan kebiasaan menyikat gigi juga dianalisis menggunakan regresi logistik. Hasil: 1,64% dari Orang Indonesia memiliki kebutuhan yang dirasakan akan perawatan kesehatan gigi pada tahun 2013 dan persentase untuk pemanfaatannya adalah 2,30% orang Indonesia pada tahun yang sama. Analisis regresi logistik menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik yang menunjukkan rasio odds yang lebih tinggi untuk kebutuhan yang dirasakan untuk dan pemanfaatan perawatan kesehatan gigi pada responden yang berusia <15 tahun, perempuan, belum menikah, memiliki pendidikan tinggi, dan diasuransikan. Hasil juga menunjukkan bahwa responden dengan kebutuhan yang dirasakan memiliki rasio odds yang lebih tinggi untuk kebiasaan menyikat gigi. Kesimpulan: The proporsi kebutuhan yang dirasakan dan pemanfaatan layanan kesehatan gigi di Indonesia pada tahun 2013 ditemukan rendah dan dikaitkan dengan beberapa faktor sosiodemografi.
Objective: To describe the perceived need for and utilization of dental health services in Indonesia in Indonesia in 2013. Method: A cross-sectional study was conducted using secondary data from the 2013 Indonesian National Socio-Economic Survey (n = 260,925). Descriptive analysis and logistic regression are used to illustrate the proportion and relationship between perceived needs and utilization of dental health care from several sociodemographic characteristics. The relationship between perceived needs and toothbrushing habits was also analyzed using logistic regression. Results: 1.64% of Indonesians had a perceived need for dental health care in 2013 and the percentage for utilization was 2.30% of Indonesians in the same year. Logistic regression analysis showed statistically significant results which showed a higher odds ratio for perceived need for and utilization of dental health care for respondents aged <15 years, women, unmarried, highly educated, and insured. The results also showed that respondents with perceived needs had a higher odds ratio for toothbrushing habits. Conclusion: The proportion of perceived need and utilization of dental health services in Indonesia in 2013 was found to be low and associated with several sociodemographic factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renie Kumala Dewi
Jakarta: Sagung Seto, 2023
617.607 REN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>