Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alisha Dewina Cahyarani
Abstrak :
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki berbagai tantangan yang dihadapi dalam proses bisnis nya seperti adanya dinamika pasar dan perubahan tren konsumen yang cepat sehingga untuk mengatasi hal tersebut para pelaku usaha berinisiatif untuk mencari jalan keluar dengan digitalisasi. Namun, di Indonesia jumlah UMKM yang telah go digital sangat sedikit jika dibandingkan dengan total keseluruhan UMKM yang mencapai 65 juta unit yaitu hanya 34,8% saja. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa kebanyakan UMKM masih terkendala dalam mengadopsi teknologi digital karena masih rendahnya digital readiness yang dimiliki. Digital readiness dapat dipengaruhi oleh berbagai hal baik dari internal maupun eksternal bisnis seperti kemampuan dan pengetahuan teknologi digital, akses untuk memenuhi infrastruktur digital, lingkungan ekosistem dari stakeholder yang mendukung, dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi digital readiness yaitu leadership factors, strategic focus factors, resource factors, customer factors, market factors sebagai variabel independen terhadap digital readiness sebagai variabel dependen terdiri atas 3 dimensi yaitu technological sensemaking, agility, dan implementation. Objek penelitian merupakan pemilik UMKM Anggota Komunitas Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) di Kota Depok bidang usaha kuliner. Pendekatan penelitian merupakan kuantitatif melalui penyebaran kuesioner kepada total 180 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif yang terdiri atas analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial menggunakan alat bantu SPSS. Hasil analisis menunjukan bahwa leadership factors, strategic focus factors, resource factors, customer factors, market factors memiliki pengaruh yang positif terhadap digital readiness pada UMKM PEKKA di Kota Depok bidang usaha kuliner. ......Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) have various challenges faced in their business processes, such as market dynamics and rapid changes in consumer trends, so to overcome this, business actors have taken the initiative to find a way out through digitalization. However, in Indonesia the number of MSMEs that have digital is very small compared to the total of MSMEs which reached 65 million units, which is only 34.8%. This phenomenon indicates that most MSMEs are still hampered in adopting digital technology because they are still low on digital readiness. Digital readiness can be influenced by various things from both internal and external business such as the ability and knowledge of digital technology, access to fulfil digital infrastructure, supportive ecosystem from stakeholder, and so on. This research aims to analyse the influencing factors of digital readiness, that is leadership factors, strategic focus factors, resource factors, customer factors, market factors as an independent variable against digital readiness as the dependent variable that contains three dimensions, named technological sensemaking, agility, implementation. The research objects are MSME owners who are members of the Women-Headed Family Community (PEKKA) in Depok City specifically in the culinary business. The research approach is quantitative research by distributing questionnaires to a total of 180 respondents. The data analysis technique used is quantitative consisting of descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis using SPSS tools. The analysis results show that leadership factors, strategic focus factors, resource factors, customer factors, market factors have a positive influence on digital readiness in PEKKA MSME’s in Depok City in the culinary business sector.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidia Anugrah
Abstrak :
Skripsi ini berisi tentang perbandingan citra perempuan kepala keluarga yang digambarkan oleh Zinaida dalam novel ПЕРВАЯ ЛЮБОВЬ karya pengarang laki-laki Rusia Ivan Sergeevic Turgenev dengan tokoh Scarlett dalam novel Gone with the Wind karya pengarang perempuan Amerika Serikat Margaret Mitchell. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis dan mengaitkannya dengan teori feminisme. Kedua tokoh ini berhasil menunjukkan kemampuan mereka untuk berada dalam posisi laki-laki sebagai kepala keluarga, namun ada yang berbeda dari tidakan yang mereka lakukan. Tindakan Zinaida tidak seaktif Scarlett. Hal ini disebabkan oleh Zinaida yang karya laki-laki dan Scarlett karya perempuan. ......This mini thesis compares about two women's image as the head of the family inside two novels, between the character of Zinaida in ПЕРВАЯ ЛЮБОВЬ by Russian male author, Ivan Sergeevic Turgenev and Scarlett in Gone with the Wind by American female author, Margaret Mitchell. This research is using the method of descriptive analysis combined with the feminism theory. Both of this characters have demonstrated their ability to be the head of their family, but they show differences in their acts. Zinaida is less active than Scarlett. This is caused by the difference of the author. Zinaida was written by a male author and Scarlett was written by a woman.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S15158
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Yuliantini
Abstrak :
ABSTRAK
Otonomi perempuan penting untuk dikaji, karena bersifat relasional, multidimensi serta berpengaruh terhadap kehidupan perempuan terutama terkait tindakan dan pengambilan keputusan dalam segala aspek kehidupan mereka. Penelitian ini menggali otonomi perempuan kepala keluarga dalam kegiatan simpan pinjam di sebuah lembaga keuangan mikro baik secara individu maupun kolektif. Otonomi individu Pekka dilihat dalam konteks kekuasaan melalui power within, power to, dan power over, sedangkan otonomi kolektif sejalan dengan konsep power with yang ditawarkan oleh Linda Mayoux. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berperspektif perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap lima subjek yang dipilih secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan partisipasi dalam kegiatan simpan pinjam meningkatkan otonomi individu perempuan kepala keluarga secara lebih signifikan dibandingkan dengan otonomi kolektif dalam kelompok.
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2018
305 JP 23:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari
Abstrak :
Penelitian ini mempelajari posisi perempuan kepala keluarga sebagai petani penggarap tak bertanah yang mengalami eksklusi berlapis dan posisinya dalam perjuangan atas tanah di lahan eks HGU Perkebunan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan kerangka teori ekologi politik feminis, teori kuasa atas eksklusi, dan teori feminis tentang keadilan sosial. Subyek utama penelitian ini adalah perempuan kepala keluarga tak bertanah di Desa Nanggung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar petani di desa ini adalah petani penggarap. Situasi di Desa Nanggung merupakan representasi terjadinya ketimpangan struktur kepemilikan dan penguasaan sumber-sumber agraria dimana tanah yang dimiliki masyarakat, termasuk di dalamnya area pemukiman, sesungguhnya hanya 23 persen dari total wilayah desa. Sebagian besar tanah di desa ini merupakan tanah negara yang penguasaan pengelolaannya berada di tangan perusahaan swasta pemegang HGU perkebunan PT. Hevindo dan pengusahaan negara bidang kehutanan Perhutani. Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan kepala keluarga tak bertanah mengalami eksklusi berlapis yakni pada ranah keluarga inti, keluarga besar, komunitas, warga desa, organisasi pendamping, dan negara. Eksklusi berlapis di tingkat keluarga inti, keluarga besar, dan komunitas menyebabkan perempuan kepala keluarga tak bertanah ditinggalkan dalam perjuangan memperoleh akses atas tanah yang diupayakan organisasi tani setempat dengan memanfaatkan program Tanah Obyek Reforma Agraria TORA . Di sisi lain, program yang merupakan bagian dari kebijakan nasional tentang reforma agraria tidak menempatkan petani perempuan, apalagi petani perempuan kepala keluarga tak bertanah sebagai subyek kebijakan.
This research studied the position of women heads of household as landless peasants who faces multi layer exclusions and their position within struggle over land in the ex plantation concession land. This research used qualitative approach and adopts feminist political ecology theory, the power of exclusion theory, and feminist theory of social justice. Primary subjects of this research are landless women heads of household in Nanggung Village, Nanggung Sub District, Bogor Regency, West Java Province. Most of villagers are tillers. Situation in Nanggung Village is representation how agrarian injustice where only 23 percent of total village lands owned by its inhabitants in form of housing area. The rest of lands in this village is considered by state lands, controlled by private plantation company namely PT. Hevindo and state forestry company namely Perhutani. This research showed that landless women heads of household face multi layer exclusions on main family, large family, community, villagers, NGOs, and state. Multi layer exclusions on main family, large family, and community ignored on struggle over land by local peasants organization which used Land Object of Agrarian Reform TORA program. On the other hand, program that is part of national government policy of agrarian reform have neglected women peasants, especially landless women heads of household as subject of these policy.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qathrun Nada
Abstrak :
Perempuan ibu kandung kepala keluarga tidak pernah diperhitungkan sebagai wali nikah dalam fikih mainstream dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Perwalian yang termaktub dalam bingkai hukum Islam di Indonesia hanya memberikan otoritas penuh pada ayah atau kerabat dari garis ayah. Permasalahannya adalah pada kasus ibu tunggal yang menghidupi anaknya seorang diri, ia harus tereliminasi daripada perwalian anaknya. Berdasarkan hal ini tentu perlu adanya peninjauan ulang, dengan melihat kembali pengalaman ibu kepala keluarga yang selama ini sosoknya tereliminasi dari peran perwalian. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode studi kasus dengan perspektif feminis. Penelitian ini menggunakan kajian kepustakaan, wawancara mendalam serta observasi partisipatif untuk menelusuri tiga subjek utama wawancara yang memiliki pengalaman ibu kepala keluarga pada kasus perwalian pernikahan anak perempuan. Penelitian ini menghasilkan tiga hal, pertama, pelaksanaan atas illat (alasan hukum) perwalian memposisikan ketidaksetaraan terhadap perempuan khususnya ibu kepala keluarga, kedua, melalui penelusuran penghayatan pengalaman ibu kepala keluarga proses pengalaman perwalian pernikahan berdampak terjadinya berbagai tindak kekerasan dan kerentanan pada ibu serta anak perempuan, ketiga, pengalaman penghidupan perempuan ibu kepala keluarga sangat ideal untuk direfleksikan menjadi illat hukum fikih alternatif. ......The biological mother of the head of the family is never considered as a marriage guardian in mainstream jurisprudence and the Compilation of Islamic Law in Indonesia. Guardianship as stipulated in the framework of Islamic law in Indonesia only gives full authority to the father or relatives from the father's line. The problem is that in the case of a single mother who supports her daughter alone, she must be eliminated from the guardianship of her daughter. Based on this, of course, there needs to be a review, by looking back at the experience of the head of the family whose figure has so far been eliminated from the role of guardianship. This qualitative research uses a case study method with a feminist perspective. This research uses a literature review, in-depth interviews, and participant observation to explore the three main interview subjects who have experiences of mothers as heads of families in cases of guardianship over daughters' marriages. This research produces three things, first, the implementation of illat (legal reasons) for guardianship positions inequality towards women, especially mothers who are heads of families, second, through tracing the appreciation of the experiences of mothers who are heads of families, the process of marital guardianship experiences results in various acts of violence and vulnerability for mothers and daughters. , thirdly, the livelihood experiences of women heads of families are ideal to be reflected into alternative legal jurisprudence.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library