Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Victor Pandunata
"[ ABSTRAK
Untuk tiga berturut-turut, Melbourne telah dinobatkan sebagai kota paling layak huni di dunia oleh survei Economist Intelligence Unit. Indeks ini mendefinisikan lima elemen kunci yaitu pendidikan, infrastruktur, budaya dan lingkungan, kesehatan, dan stabilitas sebagai dasar untuk menentukan kota paling layak huni di dunia. Pertanyaan dapat diajukan terhadap keaslian dan keandalan survei EIU ini. Kelayakan huni sebuah kota telah menjadi faktor yang signifikan dalam menentukan tempat untuk melakukan perjalanan liburan dan menetap bagi banyak individu dan keluarga. Oleh karena itu indeks EIU ini membawa bobot yang besar dalam menentukan keputusan dan gerakan rakyat baik untuk berlibur maupun menetap. Mengingat pentingnya tambahan ini, maka diputuskan untuk menganalisis dan mengevaluasi signifikansi dari lima faktor dalam menentukan kota sebagai layak huni. Sangat diharapkan bahwa probabilitas yang dihitung berasal dari model akan memungkinkan analis untuk menyoroti pentingnya faktor tertentu yang mempengaruhi kelayakan huni dari sebuah kota. Dengan hasil ini, kami akan dapat menganalisis keaslian survei Economist Intelligence Unit serta dengan efektif mengevaluasi skala yang dapat diandalkan untuk lokasi yang dapat ditinggali. Kota dan otoritas perencanaan masing-masing juga akan lebih siap dalam mengidentifikasi faktor-faktor kontribusi potensial yang mempengaruhi kesesuaian dan kenyamanan bagi warganya.
ABSTRACT For the third consecutive year, Melbourne has been crowned the world?s most liveable city by the Economist Intelligence Unit?s (EIU) global liveability survey. This index defines the five key elements of education, infrastructure, culture and environment, health care and stability, as the foundation for defining the world?s most liveable city. Questions can be raised however, into the authenticity and reliability the EIU?s survey. City liveability has become a significant factor in deciding a place to travel and locate for many individuals and families. The EIU?s index therefore carries substantial weight in determining people?s decisions and movements. Considering this additional significance, it was decided to analyse and evaluate the significance of the five factors in determining a city as liveable.It is expected that the calculated probability derived from the model will enable analysts to highlight the importance of the specific factors influencing the liveability of a city. With these results, one will be enabled to analyse the authenticity of the Economist Intelligence Unit?s survey as well as effectively evaluate a reliable scale of liveable locations. Cities and their respective planning authorities will also be better equipped in identifying potential contributing factors that influence suitability and comfort for its citizens., For the third consecutive year, Melbourne has been crowned the world’s most liveable city by the Economist Intelligence Unit’s (EIU) global liveability survey. This index defines the five key elements of education, infrastructure, culture and environment, health care and stability, as the foundation for defining the world’s most liveable city. Questions can be raised however, into the authenticity and reliability the EIU’s survey. City liveability has become a significant factor in deciding a place to travel and locate for many individuals and families. The EIU’s index therefore carries substantial weight in determining people’s decisions and movements. Considering this additional significance, it was decided to analyse and evaluate the significance of the five factors in determining a city as liveable.It is expected that the calculated probability derived from the model will enable analysts to highlight the importance of the specific factors influencing the liveability of a city. With these results, one will be enabled to analyse the authenticity of the Economist Intelligence Unit’s survey as well as effectively evaluate a reliable scale of liveable locations. Cities and their respective planning authorities will also be better equipped in identifying potential contributing factors that influence suitability and comfort for its citizens.]"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mahditia Paramita
"Inisiasi kota layak anak diprakarsai oleh UNICEF dalam Agenda 21 yang bertujuan agar hak-hak anak terakomodir dalam pembangunan kota-kota dunia. Dalam level nasional, payung hukum untuk kebijakan terkait hak anak termaktub dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Sebagai turunannya, program-program Layak Anak mulai dikembangkan pada tahun 2006 yang kemudian diperkuat oleh Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/ Kota Layak Anak (KLA). Tujuan kebijakan KLA menggaris bawahi komitmen pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha di kabupaten/kota dalam mewujudkan pembangunan yang peduli terhadap kebutuhan dan kepentingan terbaik bagi anak.
Semangat untuk mencapai Kota Layak Anak dan keragaman program yang diinisiasi oleh berbagai pihak dapat menjadi referensi untuk terwujudnya Kota Layak Anak. Harapannya, Kota-kota di Indonesia dapat terbebas dari diskriminasi, eksploitasi untuk kepentingan ekonomi, penelantaran, penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya."
Yogyakarta: Caritra, 2022
711.4 MAH r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library