Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farhan Hilmi Taufikulhakim
"Latar belakang: Kadar karbondioksida (CO2) di atmosfer semakin meningkat dan sudah mendekati batas yang bisa ditoleransi oleh manusia dalam jangka paparan seumur hidup. Berdasarkan fakta tersebut, tentu manusia sudah mulai merasakan dampak dari peningkatan CO2. Pada penelitian ini akan dianalisis mengenai dampak paparan CO2 kadar tinggi terhadap proliferasi peripheral blood mononuclear cells (PBMC) manusia.
Metode: Sampel triplo PBMC dibagi kedalam kelompok uji (paparan CO2 15%) dan kelompok control (paparan CO2 5%) dengan jumlah sel awal tiap well sebanyak 250.000. Kedua kelompok diberikan paparan selama 24 jam dan 48 jam kemudian hasilnya dihitung menggunakan hemositometer.
Hasil: Kelompok sel yang diberikan paparan CO2 15% memiliki tingkat proliferasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol pada 24 dan 48 jam (P<0.001).
Kesimpulan: Paparan CO2 15% diduga menghambat proliferasi PBMC pada 24 dan 48 jam yang ditandai dengan jumlah akhir sel yang lebih rendah disbanding kontrol. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme yang mendasarinya yaitu apakah paparan CO2 15% menghambat siklsus sel atau memicu apoptosis yang berperan dalam penurunan proliferasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianus Jonathan Sugiharta
"Perubahan iklim telah menjadi isu global dan diyakini disebabkan oleh aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi gas rumah kaca (greenhouse gases), salah satunya adalah karbon dioksida. Peningkatan konsentrasi karbon dioksida memberikan efek tidak hanya pada lingkungan sekitar, tetapi juga sistem tubuh. Kejadian ini dihubungkan dengan kemunculan berbagai penyakit akibat kondisi hiperkapnia yang menimbulkan efek merusak pada sel dan jaringan tubuh, termasuk sistem imun. PBMC merupakan salah satu komponen penting sistem imun yang berperan sebagai lini pertama tubuh dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan, termasuk peningkatan karbon dioksida. Tingkat karbon dioksida tinggi dapat menimbulkan perubahan pada ekspresi berbagai gen yang berperan dalam meregulasi respon seluler terhadap perubahan yang ada. Salah satu gen yang dimaksud adalah HIF-1α. HIF-1α merupakan salah satu protein faktor transkripsi utama dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur berbagai macam mekanisme seluler terhadap keadaan hipoksia. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai efek peningkatan karbon dioksida terhadap ekspresi HIF-1α pada PBMC. PBMC dipisahkan teknik sentrifugasi, kemudian dikultur dan disimpan dalam empat keadaan yang berbeda (5% CO2 24 jam, 15% CO2 24 jam, 5% CO2 48 jam, dan 15% CO2 48 jam). Kemudian, RNA diisolasi dan dicek dengan teknik reverse transcriptase real-time PCR. Hasil dari kelompok sampel 24 jam menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hal tingkat ekspresinya. Sedangkan pada kelompok sampel 48 jam, hasil menunjukkan perbedaan ekspresi yang tidak signifikan. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan ekspresi HIF-1α ketika peningkatan karbon dioksida terjadi. Akan tetapi, ekspresi HIF-1α menunjukkan sedikit peningkatan setelah perlakuan selama 48 jam.

Climate change has become a major global issue since the past few years, and it is caused by human activities related to the emissions of greenhouse gases, one of which is carbon dioxide. Elevated level of carbon dioxide has been found to affect not only our environment, but also our body system. It is linked to many adverse clinical outcomes due to the hypercapnic condition towards many cells and tissues, including our immune system. PBMCs, a major components of immune system, are the first-line defence against various environmental changes, including increased carbon dioxide level. High carbon dioxide are thought to cause alterations of numerous genes expression, including HIF-1α, resulting in defective cellular response. HIF-1α is one of the most important transcription factor proteins for numerous cellular mechanisms related to hypoxia. Therefore, this research is aimed to study about the effects of increased carbon dioxide towards HIF-1α expression in PBMCs. PBMCs are separated from the blood by centrifugation, cultured, and treated under four different conditions (5% CO2 24 hours, 15% CO2 24 hours, 5% CO2 48 hours, and 15% CO2 48 hours. The RNA are then isolated and tested by reverse transcriptase real-time PCR. The result of 24-hour group showed a significant difference in the mRNA expression, unlike the difference in expression showed by the result of 48-hour group. In conclusion, the result showed that the expression of HIF-1α was decreased upon treated with increased carbon dioxide level. The expression, however, slightly increase after 48-hour period."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Aulia
"Kanker kolorektal menempati peringkat ketiga berdasarkan angka kematian di Indonesia. Cluster of differentiation 44 (CD44) merupakan biomarker yang dapat digunakan dalam mendeteksi kanker kolorektal. Ekspresi gen CD44 dapat dideteksi pada circulating tumor cell (CTC) yang diisolasi dari darah perifer, akan tetapi CTC merupakan rare cell. Ekspresi gen CD44 pada peripheral blood mononuclear cells (PBMC) berpotensi untuk dijadikan biomarker dalam deteksi kanker kolorektal karena kelimpahannya yang banyak jika dibandingkan dengan CTC, akan tetapi penelitian tentang deteksi ekspresi gen CD44 pada PBMC masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi ekspresi gen CD44 pada sampel CTC dan PBMC sebagai potensi biomarker kanker kolorektal menggunakan metode semi-kuantitatif RT-PCR dan direct immunofluorescence. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdeteksinya gen CD44 baik pada sampel CTC maupun PBMC dengan menggunakan metode semi-kuantitatif RT-PCR. Gen CD44 terdeteksi pada beberapa sampel PBMC dengan menggunakan direct immunofluorescence. Gen CD44 berpotensi sebagai biomarker kanker kolorektal, namun penelitian ini perlu diteliti lebih lanjut.

Colorectal cancer ranks third based on mortality in Indonesia. Cluster of differentiation 44 (CD44) is a biomarker that can be used to detect colorectal cancer. CD44 gene expression can be detected in circulating tumor cells (CTC) isolated from peripheral blood, but CTC is a rare cell. The expression of the CD44 gene in Peripheral Blood Mononuclear Cells (PBMC) has the potential to be used as a biomarker in the detection of colorectal cancer because of its high abundance when compared to CTC, but research on the detection of CD44 gene expression in PBMCs is still limited. The purpose of this study was to detect the expression of the CD44 gene in CTC and PBMC samples as a potential colorectal cancer biomarker using semi-quantitative RT-PCR and direct immunofluorescence methods. The results showed that the CD44 gene was not detected in both CTC and PBMC samples using the semi-quantitative RT-PCR method. The CD44 gene was detected in several PBMC samples using direct immunofluorescence. The CD44 gene has potential as a biomarker of colorectal cancer, but this research needs to be investigated further. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library