Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iha Nursolihah
Abstrak :
ABSTRAK
Keguguran adalah masalah kesehatan reproduksi penyebab mortalitas dan morbiditas wanita di seluruh dunia. Di dunia, terjadi 208 juta kehamilan dengan 52 juta diantaranya mengalami keguguran. Di Indonesia, keguguran menjadi penyebab kelima terbesar kematian ibu, setelah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan partus lama. Beberapa cakupan dalam indikator kesehatan ibu mendapatkan adanya perbedaan antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengatahui faktor maternal yang mempengaruhi keguguran di Indonesia berdasarkan wilayah tempat tinggal. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain crossectional study. Sumber data dalam penelitian ini adalah data mencakup seluruh wilayah di Indonesia yang didapatkan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017. Hasil penelitian mendapatkan bahwa usia dan paritas berpengaruh terhadap kejadian keguguran di wilayah perkotaan dan perdesaan, faktor lain yang berpengaruh di perkotaan adalah adanya infeksi menular seksual dan pekerjaan, sedangkan di perdesaan adalah jarak kehamilan. Risiko abortus tidak berhubungan bermakna dengan merokok, K1 ideal, kualitas ANC, Konsumsi TTD, dan kontrasepsi.
ABSTRACT
Miscarriage is a reproductive health problem that causes mortality and morbidity of women throughout the world. In the world, 208 million pregnancies occur, with 52 million having miscarriages. In Indonesia, miscarriage is the fifth largest cause of maternal death, after bleeding, hypertension, infection, and prolonged labor. Some coverage in maternal health indicators get a difference between urban and rural areas. For this reason, this study aims to know the maternal factors that affect miscarriages in Indonesia based on the area of ​​residence. This type of research is observational analytic with cross sectional study design. The source of the data in this study is that data covers all regions in Indonesia obtained from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey. The results showed that age and parity influence the incidence of miscarriages in urban and rural areas, another factor that influences in urban areas is the presence of infectious infections sex and work, while in rural areas is the distance of pregnancy. The risk of abortion is not significantly related to smoking, ideal K1, ANC quality, TTD consumption, and contraception.
2019
T54420
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendriaty
Abstrak :
Ditahun 1990 United Nation and Development Programe (UNDP) memperkenalkan Human Development Index (HDI), sebagai indikator alternatif keberhasilan pembangunan. Kelebihan HDI dibanding indikator konvensional terutama PDB dan PDB perkapita adalah lebih mampu memberikan gambaran tentang pemberdayaan (empowerment) yang dilihat dari perubahan perbaikan kapasitas dasar manusianya. Kelebihan ini memungkinkan dilakukannya analisis yang lebih holistik, kontekstual dan manusiawi tentang hubungan antara kemajuan ekonomi dengan tingkat kesejahteraan manusia. Implikasi analisis ini pemahaman yang lebih dalam tentang alokasi sumberdaya manusia yang efisien, dalam pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang, khususnya Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, dirasakan perlunya studi tentang keterkaitan antara kemajuan/pembangunan ekonomi dengan partisipasi kerja dan atau kesempatan kerja. Studi ini dimungkinkan karena indikator HDI telah digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen DaIam Negeri yang diberi nama lndeks Pembangunan Manusia (IPM), untuk mengukur tingkatan status pembangunan manusia, 297 kabupaten/kotamadya di Indonesia tahun 1990. Jika IPM merupakan ukuran pemberdayaan, maka salah satu ukuran penting dari efektifitas pemberdayaan tersebut adalah Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK). Karena baik IPM maupun APAK mencerminkan permintaan dan penawaran, maka hubungan antara pembangunan ekonomi dengan partisipasi kerja dapat dianalisis dengan melihat hubungan APAK-IPM. Hasil studi menunjukkan peningkatan kapasitas dasar manusia cenderung meningkatkan keinginan (partisipasi) kerja. Terlihat perbedaan pola hubungan APAK-IPM berdasarkan kategori jenis kelamin, tempat tinggal (perkotaan-perdesaan) dan tingkat pendidikan. Perbedaan pola hubungan disebabkan karena faktor-faktor perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar wilayah dan atau sektoral, kelembagaan dan faktor-faktor sosial ekonomi seperti budaya, tata nilai dan pandangan hidup dalam masyarakat. Hasil studi di atas mengindikasikan bahwa optimalisasi individu sangat holistik dan konstektual. Implikasi kebijakannya adalah reoricnlasi dan atau evaluasi kebijakan pembangunan, agar lebih mengarah kepada pemenuhan kebutuban dasar, perluasan kesempatan kerja, pengurangan kesenjangan ekonomi antar daerah, sektoral, pendidikan dan gender, pembangunan kelembagaan ekonomi dan perhatian yang lebih besar terhadap faktor-faktor non ekonomi.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mavelia Nandari Sinuhaji
Abstrak :
Kebahagiaan menurut ekonomi sering kali dibatasi ketat secara kuantitatif, yaitu terbatas dalam pendapatan. Oleh karena itu, studi ekonomi kebahagiaan berupaya untuk menggunakan indikator pengukuran lain untuk melengkapi ukuran kesejahteraan yang lebih luas. Penelitian ini menjadikan kejahatan sebagai indikator baru pengukuran kebahagiaan dengan menggunakan sampel perdesaan dan perkotaan. Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebahagiaan dan kejahatan di tingkat perdesaan dan perkotaan. Hasil studi membuktikan bahwa kejahatan benar mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Berdasarkan sampel yang digunakan, tindak kejahatan memang lebih sering terjadi di perdesaan, namun tingkat kejahatan di perkotaan tetap lebih tinggi dibandingkan perdesaan. ......Happiness in economics is often strictly limited in quantitative terms, i.e. limited to income. Therefore, economic studies of happiness seek to use other measurement indicators to complement broader measures of well-being. This study uses crime as a new measurements indicator of happiness using rural and urban samples. The study aims to examine the relationship between happiness and crime at the rural and urban levels. The results prove that crime does affect people's happiness. Based on the sample used, crime is more common in rural areas, but urban crime rates remain higher than rural areas.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Sumirat
Abstrak :
ABSTRAK
Kesenjangan wilayah di Indonesia dipandang relatif masih cukup tinggi, khususnya kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia. Di samping itu juga terdapat kesenjangan antara wilayah desa dan kota. Kesenjangan pembangunan antara desa kota maupun antara kota kota perlu ditangani secara serius untuk mencegah terjadinya urbanisasi, yang pada gilirannya akan memberikan beban dan masalah sosial di wilayah perkotaan. Pada dasarnya kesenjangan pembangunan antarwilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu wilayah. Terjadinya ketimpangan antarwilayah ini berimplikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antarwilayah, yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara akibat kecemburuan masyarakat terutama yang berasal dari daerah dengan tingkat kesejahteraan lebih rendah. Pelaksanaan otonomi daerah pada dasarnya bertujuan agar daerah terdorong untuk kreatif dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya dalam melakukan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing masing daerah. Bila hal ini dapat dilakukan, maka proses pembangunan daerah secara keseluruhan akan dapat lebih ditingkatkan dan secara bersamaan ketimpangan pembangunan antar wilayah dapat pula dikurangi.
Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas, 2019
330 BAP 2:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ainan Salsabila
Abstrak :
Teori person-environment fit menjelaskan bahwa terdapat kesesuaian antara karakteristik individu dengan lingkungannya, seperti pada lingkungan tempat tinggal dan tempat wisata. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi trait kepribadian openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism terhadap preferensi yang berkaitan dengan wilayah tempat tinggal dan tempat wisata di perkotaan dan perdesaan di Indonesia. Data diambil dari 725 partisipan yang merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18-64 tahun dengan menggunakan alat ukur BFI-44 oleh John dan Srivastava (1999) dan alat ukur preferensi tempat tinggal dan tempat wisata yang dikembangkan oleh peneliti. Hasil analisis logistic regression dan independent sample t-test menunjukkan bahwa trait kepribadian memiliki kontribusi signifikan terhadap preferensi tempat wisata di Indonesia. Kontribusi ini signifikan pada trait openness (Wald=4.837, df=1, sig=0.028, Exp(B)=1.517, p<0.05) dan trait agreeableness (Wald=10.255, df=1, sig=0.001, Exp(B)=1.977, p<0.05). Namun demikian, tidak ada kontribusi signifikan dari trait kepribadian terhadap preferensi tempat tinggal. Hasil dan implikasi dari penelitian akan didiskusikan lebih lanjut dalam skripsi ini. ......Person-environment fit theory explains that there is a match between individual characteristics and their environment, such as in environment of residence and tourist destination. This study aims to examine the contribution of the personality traits of openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness, and neuroticism to preferences related to areas of residence and tourist destination in urban and rural areas in Indonesia. Data were taken from 725 participants who are Indonesian citizens aged 18-64 years using the BFI-44 from John and Srivastava (1999) and the measuring instrument for residence and tourist destination preferences developed by researcher. The results of logistic regression analysis and independent sample t-test show that personality traits have a significant contribution to the preference of tourist destination in Indonesia. This contribution is significant on trait openness (Wald=4.837, df=1, sig=0.028, Exp(B)=1.517, p<0.05) and trait agreeableness (Wald=10.255, df=1, sig=0.001, Exp(B) =1.977, p<0.05). However, there is no significant contribution of personality traits to residence preferences. The results and implications of the research will be discussed further in this thesis.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library