Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Hidayati Febriana Sari
"Plutonium dan Americium merupakan produk fisi dari aktivitas fasilitas nuklir. Operasional fasilitas nuklir kemungkinan melepas radioisotop tersebut ke lingkungan. Dalam lingkungan perairan laut Pu dan Am terspesiasi menjadi beberapa bentuk senyawaan kimia. Perna viridis mampu mengakumulasi kedua radioisotop tersebut yang dipengaruhi oleh bentuk spesiasinya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bioindikator kontaminan Pu dan Am menggunakan Perna viridis. Percobaan dilakukan mulai dari pengambilan biota, bioakumulasi dan depurasi. Parameter biokinetika yang diteliti meliputi faktor konsentrasi (CF), konstanta laju pengambilan (ku), konstanta laju pelepasan (ke), faktor biokonsentrasi (BCF), dan waktu paruh biologis (tb1/2). Pada studi ini dilakukan pengamatan organ sasaran bioakumulasi Pu dan Am pada Perna viridis. Spesiasi 242Pu (Pu3+ dan Pu4+) dan 243Am (Am3+ dan Am4+) menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan Perna viridis mengakumulasi Pu dan Am. Pada percobaan diperoleh salah satunya parameter biokinetika dengan nilai CF Pu3+ pada insang, pencernaan dan sisa organ berturut-turut sebesar 7,0 mL.g-1; 8,8 mL.g-1 dan 8,0 mL.g-1. Nilai CF Pu4+ pada insang, pencernaan dan sisa organ berturut-turut sebesar 8,8 mL.g-1; 10,4 mL.g-1 dan 9,8 mL.g-1. Nilai CF Am3+ pada insang, pencernaan dan sisa organ berturut-turut sebesar 18 mL.g-1; 22,5 mL.g-1 dan 19 mL.g-1. Nilai CF Am4+ pada insang, pencernaan dan sisa organ berturut-turut sebesar 16,5 mL.g-1; 20 mL.g-1 dan 17 mL.g-1. Isotop Pu4+ dan Am3+ terakumulasi lebih tinggi dan tertahan lebih lama di kompartemen tubuh P. viridis daripada Pu3+ dan Am4+. Isotop Pu4+ dan Am3+ terdistribusi paling tinggi di kompartemen tubuh bagian pencernaan daripada di bagian insang. Berdasarkan eksperimen diasumsikan bahwa Perna viridis dapat dijadikan sebagai bioindikator.

Plutonium and Americium are fission products from the activities of nuclear facilities. The operation of nuclear facilities is likely to release the radioisotope into the environment. In the marine environment Pu and Am form speciation into several forms of chemical compounds. Perna viridis can accumulate the two radioisotopes which are affected by the shape of the speciation. One of the parameters that influence the accumulation ability is Pu and Am speciation.This study aims to obtain Pu and Am contaminant bioindicators using Perna viridis. Experiments were carried out starting from taking biota, bioaccumulation, and depuration. Biokinetics parameters, such as concentration factors (CF), uptake rate constants (ku), elimination rate constants (ke), bioconcentration factors (BCF), and biological half-life (tb1/2), were investigated. In this study, observation of Pu and Am bioaccumulation target organs in Perna viridis. Speciation of 242Pu (Pu3+ dan Pu4+) dan 243Am (Am3+ dan Am4+) affected the ability of Perna viridis to accumulates plutonium and americium. In this study Pu observed the target organ of Pu and Am bioaccumulation at Perna viridis. In the experiment, one of them was biokinetics parameters with CF value of Pu3+ on the gills, digestive glands and organ remains are 7.0 mL.g-1, 8.8 mL.g-1 and 8.0 mL. g-1 respectively. CF value of Pu4+ on the gills, digestive glands and organ remains are 8.8 mL.g-1, 10.4 mL.g-1 and 9.8 mL.g-1 respectively. CF value of Am3+on the gills, digestive glands and organ remains 18 mL.g-1, 22.5 mL.g-1 and 19 mL.g-1 respectively. CF value of Am4+ on the gills, digestive glands and organ remains are 16.5 mL.g-1, 20 mL.g-1 and 17 mL.g-1 respectively. Isotopes of Pu4+ and Am3+ accumulate higher and hold longer in the body compartment of P. viridis than Pu3+ and Am4+. Isotopes of Pu4+ and Am3+ are highest distributed in the body compartment of the digestive glands rather than in the gills. Based on the experiment it is assumed that Perna viridis can be used as a bioindicator."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madeppungeng, Ersha Rizki
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan lokasi, jenis, dan kisaran ukuran mikroplastik yang terdapat pada insang kerang hijau Perna viridis. Penelitian ini melanjutkan hasil penelitian Fathonia (2017) mengenai kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau dari kolam kerang hijau Kamal Muara, Jakarta Utara. Sampel kerang hijau sebanyak 10 ekor dengan ukuran sekitar 7cm. Insang kerang hijau kemudian diisolasi, baik bagian luar maupun bagian dalam dan dibuat preparat. Preparat insang tersebut kemudian ditandai pada bagian-bagian insang yang dibagi menjadi bagian posterior, anterior, proksimal, dan distal. Preparat kemudian diamati di bawah mikroskop optik cahaya. Partikel mikroplastik yang diamati dicatat posisi dan jenis mikroplastik yang ada di insang kemudian diukur menggunakan aplikasi LAZ EZ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian distal mengandung lebih banyak mikroplastik daripada bagian proksimal. Kelompok mikroplastik yang dominan terdapat pada insang kerang hijau adalah jenis serat sebanyak 44% dari total jumlah partikel yang ditemukan. Kisaran ukuran mikroplastik yang ditemukan adalah 20-4500 m.

This study aims to describe the location, type, and size range of microplastics found in the gills of the green mussel Perna viridis. This study continues the results of Fathonia's research (2017) regarding the abundance of microplastics in green mussels from the green mussel pond of Kamal Muara, North Jakarta. Samples of green mussels as many as 10 tails with a size of about 7cm. The green mussel gills were then isolated, both externally and internally and made preparations. The gill preparations were then marked on the parts of the gills which were divided into posterior, anterior, proximal, and distal parts. The preparations were then observed under a light optical microscope. The observed microplastic particles were recorded and the position and type of microplastic present in the gills were then measured using the LAZ EZ application. The results showed that the distal part contained more microplastics than the proximal part. The dominant group of microplastics found in the gills of green mussels is the type of fiber as much as 44% of the total number of particles found. The size range of microplastics found is 20-4500 m."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inang Fitri Maulina
"Isu pencemaran plastik di lautan semakin tahun semakin bertambah. Ditambah adanya kenaikan suhu dan peningkatan radiasi Ultra Violet (UV) dapat menyebabkan plastik terdegradasi di lautan. Fenomena ini dapat berdampak besar pada seluruh rantai makanan perairan, mulai dari produsen primer hingga predator tingkat tinggi, yang pada akhirnya mengancam kesehatan dan keanekaragaman hayati ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan mikroplastik di Laut Eretan Indramayu serta mempelajari bioakumulasi mikroplastik pada Perna viridis. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Laut Eretan telah tercemar oleh mikroplastik dibuktikan dengan ditemukannya mikroplastik berjenis Polyethylene Terephthalate (PET) berbentuk fiber, granule, dan fragment dengan rata-rata kelimpahan pada sampel air laut sebesar 733 partikel/L air laut, sampel sedimen sebesar 1200 partikel/kg sedimen, dan sampel biota sebesar 623,8 partikel/kg biota. Hasil penelitian bioakumulasi menunjukan nilai Bioconcentration Factor (BCF) P. viridis pada beda salinitas sebesar 14,96 - 30.91 mL.g-1, dengan waktu paruh (t1/2) 7,53 - 14,96 hari. Kemudian pada P. viridis variasi beda bobot didapatkan nilai BCF sebesar 12,82 – 16,85 mL.g-1, dengan t1/2 sebesar 7-15 hari. Mikroplastik terdistribusi pada bagian mantel, insang dan bagian pencernaan P. viridi.

The issue of plastic pollution in the ocean is increasing every year. In addition, rising temperatures and increased Ultra Violet (UV) radiation can cause plastics to degrade in the ocean. This phenomenon can have a major impact on the entire aquatic food chain, from primary producers to higher-level predators, ultimately threatening the health and biodiversity of the ecosystem. This research aims to analyze the abundance of microplastics in the Eretan Sea of Indramayu and study the bioaccumulation of microplastics in Perna viridis. The results showed that the Eretan Sea has been polluted by microplastics as evidenced by the discovery of Polyethylene Terephthalate (PET) type microplastics in the form of fiber, granule, and fragment with an average abundance in seawater samples of 733 particles/L seawater, sediment samples of 1200 particles/kg sediment, and biota samples of 623.8 particles/kg biota. The results of bioaccumulation research show the Bioconcentration Factor (BCF) value of P. viridis at different salinities of 14.96 - 30.91 mL.g-1, with a half-life (t1/2) of 7.53 - 14.96 days. Then in P. viridis the variation of different weights obtained BCF values of 12.82 - 16.85 mL.g-1, with t1/2 of 7-15 days. Microplastics are distributed in the mantle, gills and digestive parts of P. viridis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ikin Fathoniah
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau Perna viridis berbagai ukuran, mengetahui organ tubuh kerang hijau yang paling banyak menyimpan mikroplastik, serta mengetahui korelasi antara kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau, air, dan sedimen. Sampel kerang hijau, air, dan sedimen diambil dari 3 stasiun berbeda dengan jarak masing-masing sekitar 500 m. Analisis kelimpahan mikroplastik dilakukan dengan cara mengisolasi mikroplastik pada setiap sampel. Isolasi pada sampel kerang dilakukan dengan melarutkan kerang di dalam larutan HNO3 65, sementara sampel air dan sedimen dilakukan dengan cara pemisahan berdasarkan ukuran dan massa jenis dengan perendaman dalam larutan NaCl jenuh.
Hasil yang didapatkan, yaitu rata-rata kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau ukuran 3, 6, dan 9 cm, yaitu 5,35; 24,99; dan 39,00 partikel/gram. Mikroplastik kelompok fiber dominan pada sampel kerang. Rata-rata kelimpahan mikroplastik di air dan sedimen, yaitu 13,15 partikel/L air laut dan 0,92 partikel/g sedimen kering. Mikroplastik kelompok film dominan pada sampel air dan sedimen. Sementara, kelompok pelet tidak ditemukan pada ketiga sampel. Terdapat korelasi antara kelimpahan mikroplastik dengan ukuran cangkang kerang, maupun dengan kelimpahan mikroplastik kelompok film dan fiber pada air dan sedimen.

Research on abundance of microplastic in green mussel Perna viridis, water and sediments in Kamal Muara, North Jakarta has been done. The research determined the abundance of microplastic in green mussel of various sizes, the organ of the green mussels most storey microplastic, and the correlation between abundance of microplastic in green mussel, water, and sediment. Samples of green mussel, water and sediments were taken from 3 different stations with a distance of about 500 meters each. Analysis of abundance of microplastic was done by isolating microplastic in each sample. The isolation of the green mussel samples was done by dissolving the mussels in the HNO3 solution, while the water and sediment samples were performed by separation by size and density by immersion in a saturated NaCl solution.
The results obtained were, on average, abundance of microplastic in green mussel size 3, 6, and 9 cm ie, 5.35 24.99 and 39,00 particles gram. Microplastic fiber was dominant in mussel sample. The average abundance of microplastic in water and sediment are 13.15 particles L of sea water and 0.92 particles gram of dry sediment. Microplastic film was dominant in water and sediment samples. Meanwhile, pellet was not found in all three samples. There was a correlation between abundance of microplastic with green mussel size, as well as with abundance of microplastic of film and fiber in water and sediment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teluk Jakarta merupakan kawasan perairan pesisir yang terletak di utara kota
Jakarta. Kawasan pesisir merupakan tempat pemukiman padat penduduk yang
banyak menyumbang bahan pencemar dari kegiatan di daratan maupun di perairan
laut. Teluk Jakarta, khususnya Muara Kamal dan Cilincing banyak dijadikan
sebagai lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis L.). Tingginya tingkat
pencemaran dapat membahayakan manusia yang mengonsumsi kerang hijau dari
perairan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi pencemaran
bakteri Escherichia coli dan koliform di kerang hijau pada musim peralihan I di
Muara Kamal dan Cilincing, Teluk Jakarta. Penghitungan bakteri dilakukan pada
sampel kerang hijau yang diambil pada bulan Mei 2010 di perairan Muara Kamal
dan Cilincing dengan metode membran filter. Hasil penghitungan bakteri E. coli
maupun koliform pada daging kerang menunjukkan bahwa perairan Muara Kamal
dan Cilincing tidak layak dijadikan lokasi budidaya kerang hijau. Kepadatan
bakteri E. coli dan koliform pada daging kerang yang berasal dari bagan budidaya
di kedua lokasi tersebut terbukti melebihi baku mutu berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan Malaysia Food Act and Regulations. Hasil analisis
bakteri di daging kerang menunjukkan bahwa rata-rata kepadatan bakteri E. coli
dari perairan Muara Kamal dan Cilincing masing-masing 28 ribu dan 665 ribu kali
lebih tinggi dari nilai yang diijinkan berdasarkan SNI. Sedangkan kepadatan
koliform pada daging kerang dari Muara Kamal dan Cilincing masing-masing 462
ribu dan 9,1 juta kali lebih tinggi dari nilai baku mutu Malaysia Food Act and
Regulations."
Universitas Indonesia, 2010
S31606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahman Arif
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan metode
depurasi guna menurunkan (mereduksi) kandungan logam berat Hg, Pb, Cd,
& Cu pada kerang hijau (Perna viridis) hasil budidaya di perairan Teluk
Jakarta, dari bulan Juli sampai September 2006. Penelitian ini
menggunakan rancangan percobaan acak kelompok dengan 2 kelompok
(lokasi) 4 perlakuan : A0 (kontrol), A1 (pemanasan 70 100
o C), A2 (air
mengalir selama 24 jam) , dan A3 (EDTA, 10 ppm) dan tiga ulangan.
Analisis kandungan logam berat menggunakan metode AAS, data dianalisis
dengan Anova dilanjutkan uji Duncan dan Dunnett. Hasil penelitian
menunjukkan kandungan logam berat terendah pada perlakuan A2 (air
mengalir). Pengaruh lokasi tidak berbeda nyata (P> 0,05) antara Cilincing
dan Kamal Muara. Pengaruh perlakuan depurasi menunjukkan hasil yang
berbeda nyata (P< 0,05) terhadap penurunan kandungan logam berat. Uji
lanjut Dunnet menunjukkan perlakuan A1 dan A2 berbeda nyata (P< 0,05)
dengan kontrol, sedang perlakuan A3 (EDTA) tidak berbeda nyata (P> 0,05)
dengan kontrol. Hasil rerata kandungan logam berat pada kerang hijau
untuk perlakuan A0 (kontrol) Hg = 0.09 ppm, Pb = 5,98 ppm, Cd = 0,48 ppm
dan Cu = 6,55 ppm. Perlakuan A1(pemanasan) Hg = 0,045 ppm, Pb = 4,05
ppm, Cd =0,35 ppm, Cu = 5,35 ppm. Perlakuan A2 (air mengalir) Hg = 0,035
ppm, Pb = 2,98 ppm, Cd = 0,245 ppm, dan Cu = 5,04 ppm, dan perlakuan
A3 (EDTA) Hg = 0,05 ppm, Pb = 5, 31 ppm, Cd = 0,40 ppm, dan Cu = 5,45
ppm. Tingginya kadar logam berat pada kerang hijau khususnya Pb sudah
melebihi ambang batas baku mutu kekerangan dalam Keputusan Meteri
Kelautan dan Perikanan (Kepmen No.KEP.17/MEN/2004), hal ini diduga
karena akumulasi limbah logam berat yang berasal dari berbagai industri dan
limbah domestik yang mengalir ke perairan Teluk Jakarta sehingga kerang
hijau tidak aman untuk dikonsumsi."
2007
T39512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasqia Putri Soniansi
"Pada penelitian ini dilakukan simulasi pencemaran logam berat Seng (Zn) pada kerang hijau (Perna viridis). Proses bioakumulasi kerang hijau melalui jalur pakan dengan perunut radioaktif 65Zn. Pakan yang digunakan dengan diberikan kontaminasi logam seng yakni Botryococcus braunii. Proses Bioakumulasi dilakukan pada variasi suhu air laut 30, 31, dan 32°C. Setiap hari seluruh hewan percobaan dianalisis menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pengambilan kontaminan dari aktivitas 65Zn. Untuk mengurangi kandungan logam yang terdapat pada biota uji dilakukan metode depurasi.
Metode depurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengaliran air berulang dan perendaman asam. Pada metode perendaman asam digunakan asam asetat dengan variasi waktu selama 30 menit, 60 menit, 120 menit dan 180 menit serta variasi konsentrasi 0.025 %, 0,050%, 0,075%, dan 0,100 %. Setelah selesai, kemudian dilihat pengaruh metode depurasi terhadap kandungan pada protein Perna viridis dengan metode kjehdahl.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai ku yang didapat dari nilai faktor konsentrasi paparan ion logam Zn selama 7 hari yakni 0,17 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 30oC, 0,18 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 31oC dan 0,27 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 32°C. Sementara nilai ke untuk perlakuan depurasi dengan metode pengaliran air berulang didapatkan 0,10 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 30°C, 0,09 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 31°C, dan 0,07 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 32°C. Selanjutnya pada penelitian ini didapatkan nilai BAF sebesar 21,13 Bq/gram.hari untuk variasi suhu 30°C, 26,67 Bq/gram.hari untuk suhu 31°C, dan 61,67 Bq/gram.hari untuk suhu 32°C.

In this study a simulation of heavy metal zinc (Zn) ion contamination in green mussel (Perna viridis) was carried out. Bioaccumulation process of green mussel through food pathway using 65Zn radioactive tracer. Botryococcus braunii was used to be food of heavy metal zinc contamination. The bioaccumulation process is carried out at variations in sea water temperature 30, 31 and 32°C. Every day all green mussels were analyzed using a gamma spectrometer to obtain contaminant retrieval data from 65Zn activities. To reduce the metal content found in the test biota, needs depuration method.
The depuration method used in this study is a method of repetitive water flow recirculating depuration and using acid. The acid method uses acetic acid with a variation of time is 30 minutes, 60 minutes, 120 minutes and 180 minutes and variations in concentration of acetic acid 0.025%, 0.050%, 0.075%, and 0.100%. After that, the effect of the depuration method on green mussels was analyzed by kjehdahl method.
Based on the results, uptake value (ku) obtained from metal ion Zn exposure during 7 days is 0.17 Bq /gram.day for 30oC sea water temperature variation, 0.18 Bq/gram.day for 31oC sea water temperature variation, 27 Bq/gram.days for 32°C sea water temperature variations. While the depuration value (ke) treatment with water flow method is obtained 0.10 Bq/gram.days for variations in sea water temperature of 30oC, 0.09 Bq/gram.days for variations in sea water temperature of 31°C, and 0.07 Bq/gram.days for 32°C sea water temperature variations. Furthermore, in this study the BAF value was 21.13 Bq/gram.days for temperature variations of 30°C, 26.67 Bq/gram.days for 31°C, and 61.67 Bq/gram.days for 32°C.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudis Ananda Putra
"ABSTRAK
Katalis dibentuk dengan cara metode impregnasi KCl terhadap cangkang kerang hijau yang kemudian akan di karakterisasi dengan alat instrumen seperti FTIR, XRD,FESEM, dan EDAX. seperti pada data FTIR yang dimana terdapat adanya serapan pada bilangan gelombang sebesar sekitar 900 cm-1 masing-masing puncak dihasilkan dari vibrasi ulur C-O tunggal. Terdapat perlakuan dekomposisi termal menyebabkan vibrasi C=O menjadi hilang sesuai dengan reaksi transformasi CaCO3 menjadi CaO. Selain itu juga dengan alat XRD terdapat puncak pada sudut 2 sebesar 33.33o dengan ukuran partikel 41.57 nm menandakan sudut CaCO3 dan setelah di lakukan proses kalsinasi terdapat puncak pada 2 sebesar 37.45o dengan ukuran partikel 29.81 nm ini menandakan sudut dari CaO. Dan ditandai juga dengan data EDAX terdapatnya persen rata-rata berat unsur Ca 48.79 ; O 27.34 ;Cl 11.56 dan K 12.31. Selanjutnya katalis ini digunakan untuk proses sintesis kimia organik melalaui reaksi kondensasi Knoevenagel antara benzaldehid dengan etil asetoasetat didapatkan keadaan optimum dengan persen yield sebesar 74.1 dengan suhu reaksi sebesar 60oC dan waktu reaksi selama 90 menit. senyawa hasil sintesis diidentifikasi menggunakan spektroskopi FTIR dan GC-MS.

ABSTRACT
Catalysts in the form of impregnation method KCl against green shells that would then be in characterization with instruments such as FTIR, XRD, FESEM, and EDAX. As in the FTIR data in which there is an absorption at a wave number of about 900 cm 1 each peak is produced from a single C O vibration. There is a thermal decomposition treatment causing the vibration C O to disappear in accordance with the transformation reaction of CaCO3 to CaO. Also with XRD tool there is a peak at 2 angle of 33.33o with a particle size of 41.57 nm indicating the angle of CaCO3 and after doing the calcination process there is a peak at 2 of 37.45o with a particle size of 29.81 nm this indicates the angle of CaO. And also marked with EDAX data in the presence of percentage mean weight of Ca element 48.79 O 27.34 Cl 11.56 and K 12.31 . Furthermore, this catalyst is used for organic chemical synthesis process through Knoevenagel condensation reaction between benzaldehid with ethyl acetoacetate obtained optimum condition with yield percentage of 74.1 with reaction temperature of 60oC and reaction time for 90 minutes. the synthesis compounds were identified using FTIR and GC MS spectroscopy."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Meisya
"Dalam penelitian ini dilakukan suatu simulasi pencemaran logam berat timbal Pb melalui jalur pakan. Sehingga didapatkan pemodelan bioakumulasi ion Pb pada Perna viridis yang diperoleh dari Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Perna viridis dalam mendapatkan makanannya dengan cara menyaring zooplankton, fitoplankton, detritus, diatom dan bahan organik dari perairan. Cara mendapatkan makanan yang demikian memungkinkan logam berat yang terlarut didalamnya ikut masuk kedalam tubuh Perna viridis. Oleh karena itu, untuk mengurangi kadar ion logam Pb yang terkandung di dalam Perna viridis dibutuhkan metode depurasi.
Metode depurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengaliran air berulang. Setelah itu, dilihat pengaruh metode depurasi pengaliran air terhadap kandungan pada protein Perna viridis.
Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai ku yang didapat dari perlakuan paparan ion logam Pb selama 10 hari adalah 3,70 mg/Kg.hari-1. Nilai ke untuk perlakuan depurasi dengan metode pengaliran air berulang adalah 0,14 mg/Kg.hari-1. Nilai BCF pada jalur pakan adalah 26,43 mg/Kg.hari-1. Nilai BAF yang diperoleh adalah 214,29 mg/Kg.hari-1. Dilakukan pula pengukuran kadar logam Pb pada Perna viridis yang berasal dari Muara Kamal, Jakarta Utara dengan metode depurasi pengaliran air berulang dan perendaman asam asetat dan asam sitrat dengan berbagai konsentrasi dan waktu. Hal ini dilakukan sebagai informasi tambahan dalam upaya pemenuhan kondisi food safety, yang dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga maupun restoran.

This research was conducted on heavy metal contamination of lead Pb through food pathway. The bioaccumulation model of Pb ion was analyzed in Perna viridis which obtained from Laki Island, Kepulauan Seribu, North Jakarta. Perna viridis in getting food by filtering zooplankton, phytoplankton, detritus, diatoms and organic matter from water environment. Based on that way, heavy metals may dissolve in Perna viridis. Therefore, to reduce the level of Pb metal ion contained in the Perna viridis needs depuration method.
The method of depuration carried out in this research is the method of water flow recirculating. After that, seen the influence of depuration method of water flow recirculating depuration on protein content.
Based on the analysis results uptake value ku obtained from metal ion Pb exposure during 10 days is 3.70 mg Kg.day 1. The value to for depuration ke treatment with a water flow recirculating method is 0.14 mg Kg.day 1. The value of BCF in food pathway is 26,43 mg Kg.day 1. BAF values obtained were 214.29 mg Kg.day 1. Similarly, the measurement of Pb metal content in Perna viridis derived from Muara Kamal, North Jakarta with the method of depuration of water flow recirculating and depuration using acetic acid and citric acid with various concentrations and time. As additional information of fulfilling food safety conditions, which can be applied at a household and restaurant scale.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>