Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Puspita Sari
"Pengetahuan masyarakat yang minim tentang HIV/AIDS dan interpretasi yang salah tentang masalah tersebut merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya penurunan jumlah kasus orang dengan HIV/AIDS. Perlakuan tidak adil, kasar, dan stigma yang negatif membuat ODHA tidak mau memberanikan dirinya untuk terbuka bahkan untuk mengakses pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan pada wanita pernah kawin usia 15-49 tahun yang berhubungan dengan stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah wanita pernah kawin usia 15-49 tahun yang pernah mendengar HIV/AIDS dalam data SDKI 2012. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur yang lebih muda dalam memberi stigma terhadap ODHA daripada umur yang lebih tua. Semakin rendah pendidikan seseorang semakin besar kemungkinan untuk memberi stigma terhadap ODHA. Selain itu, pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS yang kurang juga dapat menyebabkan seseorang menstigma ODHA. Hasil uji chi-square didapatkan proporsi wilayah pedesaan lebih memberi stigma terhadap ODHA daripada wilayah perkotaan. Pemanfaatan sumber informasi juga sangat berpengaruh dalam memberi stigma terhadap ODHA, responden dengan sumber informasi ≤ 3 jenis cenderung memberi stigma terhadap ODHA. Status ekonomi rendah juga cenderung memberi stigma terhadap ODHA. Upaya keterlibatan seluruh stakeholder untuk peningkatan keterpaparan informasi sebagai upaya promotif dan preventif dengan penyebaran informasi tentang HIV/AIDS melalui media massa, khususnya melalui koran, radio, dan televisi lokal.

A low level of knowledge about HIV / AIDS and incorrect interpretation is one of the factors causing low reduction in the cases of people living with HIV / AIDS (PLWHA). The unfair treatment, rude, and the negative stigma made people living with HIV did not want to encourage their self for an open and even to access the treatment. This research aims to determine of ever married women aged 15-49 years were associated with the stigma against people living with HIV / AIDS. This research is descriptive analytic with cross-sectional design. Samples were ever married women aged 15-49 years who have heard of HIV / AIDS in the data IDHS 2012. The analysis used in this research is univariate and bivariate by chi-square test.
The results showed there is a relationship between a younger age in giving stigma against people living with HIV than older age. The lower of educational more likely for giving stigma against people living with HIV. Additionally, a lower comprehensive knowledge about HIV / AIDS also one of causes a person stigmatize people living with HIV. Chi-square test results obtained proportion of rural areas is giving the stigma against people living with HIV than in urban areas. The utilization of resources was also very influential in giving stigma against people living with HIV, respondents with less resources than 3 types tend to give stigmatize. Lower economic status also tend to stigmatize people living with HIV. Attemps to increase the involvement of all stakeholders of exposure information as promotive and preventive efforts to dissemination of information about HIV / AIDS through the mass media, particularly through newspapers, radio and local television.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Widyastuti Wartono
"Menurut Erikson (1950 dalam Papalia, 1998), tahap yang perlu dilalui oleh seorang individu usia dewasa muda (20-40 tahun) adalah intimacy versus isolation. Individu tersebut memiliki tugas-tugas perkembangannya, salah satunya adalah membentuk hubungan intim. Pada kenyataannya terdapat individu-individu yang tidak pernah berpacaran hingga usia dewasa muda.
Menurut Bird dan Melville (1994), pada umumnya hubungan intim diawali dengan saling ketertarikan fisik antar individu, lalu dilanjutkan dengan proses eksplorasi terhadap hal-hal lain. Dalam menilai kesesuaian karakteristik-karakteristik dirinya dengan orang lain, individu membandingkan penilaian terhadap dirinya sendiri serta penilaian terhadap orang lain. Hasil penilaian individu tentang dirinya sendiri yang mencakup kesadaran tentang siapa dan apa dia dalam berbagai karakteristik merupakan self-concept atau konsep diri (Wayment & Zetlin, 1989 dalam Rice 1999). Selanjutnya keberhasilan individu membina hubungan intim ditentukan pula oleh sejauh mana individu menghargai dirinya sendiri (self-esleem). Kemudian menurut Duffy dan Atwater (2002), dua hal yang menjadi faktor yang berperan dalam pembentukan hubungan intim adalah attachment style dengan orang tua dan self-esteem.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami mengapa wanita dewasa muda belum pernah berpacaran, dengan penelaahan lebih dalam mengenai attachment style dengan orang tua dan self-esteem. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data wawancara mendalam. Karena hubungan intim menjadi lebih penting bagi para wanita dibandingkan bagi para pria (Brehm, 1992), maka partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang wanita dewasa muda yang belum pernah berpacaran dan berada dalam rentang usia 20-25 tahun.
Hasil penelitian ini adalah bahwa individu dengan model anxious-ambivalent attachment dan avoidant attachment, disertai dengan self-esteem yang rendah dan konsep diri yang negatif akan menghasilkan kegagalan dalam membentuk hubungan intim. Kekurangan social skills menyulitkan individu dalam berinisiatif untuk membentuk suatu hubungan intim serta mempertahankan hubungan dengan sesama. Namun ternyata individu dengan model secure attachment disertai dengan self-esteem yang tinggi dan konsep diri positif tidak juga berhasil dalam membentuk hubungan intim. Adapun faktor-faktor lain yang turut berkontribusi terhadap keadaan belum pernah berpacaran yang dialami oleh individu ini, seperti terlalu seleksi, terlalu jauh dalam berpikir, dan perfeksionisme."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Vincensia
Yogyakarta: LeutikaPrio, 2010
899.221 Nai c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Philippe Grange, author
"In this paper, I describe four Indonesian aspect markers, sudah, telah, pernah, and sempat, showing that the main opposition between them relies not only on their aspectual meanings, but also on the various modalities they express. The opposition between the very frequent markers sudah and telah is analysed in detail. The syntactic and semantic survey shows that these two markers are not synonyms in most contexts."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Philippe Grange, author
"In this paper, I describe four Indonesian aspect markers, sudah, telah, pernah, and sempat, showing that the main opposition between them relies not only on their aspectual meanings, but also on the various modalities they express. The opposition between the very frequent markers sudah and telah is analysed in detail. The syntactic and semantic survey shows that these two markers are not synonyms in most contexts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
909 UI-WACANA 12:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library