Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ita Marlita Sari
Abstrak :
Prevalensi persalinan preterm di dunia terjadi sekitar 11,1 kelahiran hidup. Namun, persalinan preterm menyumbang angka kesakitan dan kematian neonatus sebesar 75-80 . Morbiditas bayi preterm dapat berlanjut sampai tahap perkembangan berikutnya sehingga menjadi beban secara fisik, psikologis dan ekonomi. Faktor yang diduga berperan dalam terjadinya persalinan preterm adalah ketuban pecah dini KPD. Penelitian sebelumnya memperlihatkan adanya hubungan ketuban pecah dini terhadap persalinan preterm, namun perlu dilakukan penelitian pada populasi berbeda seperti di RSUD kota Cilegon. Tujuan: Penelitian. Mengetahui besar pengaruh ketuban pecah dini terhadap kejadian persalinan preterm di RSUD Cilegon periode Juli 2014-Desember 2015. Metode Penelitian. Desain adalah kasus kontrol menggunakan data sekunder rekam medik. Populasi kasus yaitu semua ibu hamil yang melahirkan dengan usia kehamilan < 37 minggu lengkap di RSUD Cilegon dan populasi kontrol adalah semua ibu hamil yang melahirkan dengan usia kehamilan > 37 minggu di RSUD Cilegon. Sampel diambil dalam periode Januari 2014-Desember 2015. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil: Penelitian. Pada analisis bivariat hubungan ketuban pecah dini dengan persalinan preterm diperoleh OR 2,97 95 CI: 1,92-4,59 sebelum dikontrol dengan variabel kovariat. Setelah dilakukan analisis multivariat diperoleh model akhir hubungan ketuban pecah dini dengan persalinan preterm dengan mengendalikan faktor pendidikan, riwayat persalinan preterm dan anemia didapatkan OR 2,58 95 CI: 1,68-3,98. Kesimpulan: Ibu hamil dengan ketuban pecah dini berisiko 2,58 kali untuk mengalami persalinan preterm dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, riwayat persalinan preterm, dan anemia.
The prevalence of preterm labor in the world occurs approximately 11.1 of live births. However, preterm labor contributes a quite large of neonatal morbidity and mortality rates of 75 80. Morbidity preterm infants may continue to influence the next level of infant rsquo s development, so that it becomes the burden of physical, psychological and economic factors. One of the causal factors that may affect of preterm birth is premature rupture of membranes PROM. Previous studies have shown an association between premature rupture of membrane with preterm labor, but it still needs doing the study in different populations such as RSUD Cilegon. Objective: To obtain the magnitude of the risk preterm labor caused by preterm rupture of membrane during pregnancy at RSUD Cilegon period July 2014 December 2015. Method. This case control research used data from medical record. Case population is whole mothers whom delivered 37 weeks completed of gestation, while control population is whole mothers whom delivered 37 weeks at RSUD Cilegon. Sample was taken from July 2014 to December 2015 and the data was analized with logistic regression. Result: On bivariat analysis found OR 2.97 95 CI 1,92 4,59 before controlled by co variate variables. The fitted model on multivariate analysis after controlling education, history of preterm labor, and anemia maternal variable found OR 2.58 95 CI 1,68 3,98. Conclusion: The mother who has preterm rupture of membrane during pregnancy having risk 2.58 times to have preterm labor after controlled by education, history of preterm labor and anemia maternal variable.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T46846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Khusuma
Abstrak :
ABSTRAK
Sel punca mesenkimal SPM sangat menjanjikan untuk pengobatan penyakit degeneratif. Keterbatasan penggunaan sel punca dari jaringan embrionik dan dewasa menyebabkan peneliti mencari alternatif lain sumber sel punca, salah satunya wharton rsquo;s jelly tali pusat. Wharton rsquo;s jelly WJ dari persalinan aterm cukup bulan telah berhasil diisolasi dan didiferensiasikan, sedangkan WJ dari persalinan preterm kurang bulan belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan WJ sebagai sumber sel punca dan membandingkan proliferasi dan diferensiasi WJ dari persalinan preterm dan aterm menggunakan medium kultur xenofree.Sel punca WJ dikultur dalam medium DMEM 10 FBS, DMEM 10 PRP dan Mesencult . Sel yang telah konfluens dipanen, dan ditumbuhkan kembali pada wadah yang baru pasase dengan medium yang sama. Pasase dilakukan hingga pasase ke 5 dan dilakukan uji diferensiasi pada pasase 3 dan 5. Jumlah sel antara WJ dari persalinan preterm dan aterm dianalisis menggunakan analisis statistik t-independent test. WJ preterm tumbuh dan bersifat plastic-adherent dan memiliki perbedaan yang tidak bermakna dalam proliferasi sel dengan jumlah populasi sel lebih besar dibandingkan WJ aterm. Sel punca WJ preterm dapat berdiferensiasi dan medium xenofree dapat digunakan untuk menggantikan FBS. WJ dari persalinan pretem dapat digunakan sebagai sumber sel punca mesenkimal.
ABSTRACT
Mesenchymal stem cells are claimed as a promising degenerative medicine. Due to limited use of stem cells derived from embryonic and adult tissues, researchers have to find alternative sources of stem cells, and one of them are Wharton 39 s Jelly umbilical cord. Wharton 39 s Jelly WJ derived from full term birth have been isolated and differentiated, but very few researches focus on the WJ derived from preterm birth. This study aimed to analyse the ability of WJ a source for the stem cells, and to compare the proliferation and differentiation of WJ derived stem cells from preterm and full term birth using xeno free culture media. WJ was cultured with the followings media DMEM 10 FBS, DMEM 10 PRP and Mesencult . Cells reaching confluence were har vested and pasage in different containers, but with the same media. Cell passaging was carried out until the fifth passage, and the differentiation tests were performed. Cell cumulative between WJ derived stem cells from pre term and full term birth were then analysed using t independent test. The preterm WJ grown in culture media were plastic adherent, had a non significant difference with WJ derived from full term birth, but had a higher number of cell populations than the latter. WJ were able to differentiate, and xeno free media can be used to replace FBS. WJ derived stem cells from preterm birth can be used as a source for mesenchymal stem cells.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernita Kusumanti
Abstrak :
ABSTRAK
Persalinan preterm merupakan kejadian yang disebabkan oleh multifaktorial salah satunya adalah infeksi pada ibu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi persalinan preterm di RSCM pada tahun 2011, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kejadian persalinan preterm dengan ibu positif ISK dan ibu negatif ISK, serta mengetahui korelasi persalinan preterm dengan ISK pada ibu. Metode penelitian cross-sectional pada 2005 sampel. Data yang diambil berupa data sekunder. Kemudian data diolah menggunakan spss 11.5 for windows dan dianalisis dengan uji chi square untuk uji perbedaan. Hasil penelitian didapat Prevalensi persalinan preterm di RSCM tahun 2011 adalah sebesar 27%. Tidak ada perbedaan bermakna kejadian persalinan preterm antara ibu positif ISK dengan ibu negatif ISK di RSCM pada tahun 2011 (P>0,05).
ABSTRACT
Preterm labor is an incident caused by a multifactorial one of which is an infection in the mother. This study was conducted to determine the prevalence of preterm delivery in RSCM in 2011, to determine whether there are differences of preterm labor in positive UTI’s mother and negative UTI’s mother, to determine the correlation of preterm labor with maternal UTI . Methods Cross-sectional study in 2005 samples. Data taken the form of secondary data. Then the data is processed using the SPSS 11.5 for Windows and analyzed by chi-square test for testing the differences. Research results obtained prevalence of preterm birth in the RSCM in 2011 amounted to 27%. There is no significant difference of preterm delivery between positive UTI’s mother and negative UTI’s mother in RSCM in 2011 (P> 0.05). And the results showed no significant correlation between preterm labor and maternal UTI in the RSCM in 2011
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Biancha Andardi
Abstrak :
Latar belakang: Angka kematian neonatal di Indonesia masih berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2015, disebutkan terdapat 14 kematian neonatal per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian tertinggi kematian neonatal adalah kelahiran preterm. Defisiensi vitamin D dipercaya sebagai salah satu penyebab kelahiran preterm. Sayangnya, belum terdapat penelitian mengenai pengaruh vitamin D pada wanita terhadap kehamilan preterm di Indonesia Tujuan: Mengetahui perbedaan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3), enzim 1- Hidroksilase (CYP27B1) dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) serum dan plasenta pada wanita hamil aterm dan preterm Metode: Penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang dilakukan dengan subjek ibu hamil yang datang ke RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk persalinan aterm dan preterm pada Januari 2017 hingga Agustus 2017. Pasien dengan kehamilan multipel, pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital, pecah ketuban dini, preeklampsia atau memiliki penyulit lainnya dieksklusi dari penelitian. Kadar 25- Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3), enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1), dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) pada plasenta dan serum maternal diambil pada seluruh subjek. Hasil: Didapatkan sebanyak 60 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan rincian 30 subjek preterm dan 30 subjek aterm. Tidak terdapat perbedaan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) pada serum persalinan preterm dan serum persalinan aterm (p>0,05). Didapatkan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) pada plasenta yang lebih rendah pada persalinan preterm dibandingkan plasenta persalinan aterm (p=0,001). Tidak terdapat perbedaan status 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) pada serum dan plasenta persalinan preterm dengan plasenta persalinan aterm, namun didapatkan kadar yang lebih rendah pada persalinan preterm. (pada serum dengan median 62,9 pg/mL pada hamil preterm, sedangkan median hamil aterm 75,5 pg/mL; dan pada plasenta dengan median 4,57 pg/g pada preterm dan 5,15 pg/g pada aterm, p>0,05) Tidak terdapat perbedaan status enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1) pada plasenta persalinan preterm dengan plasenta persalinan aterm (p>0,05). Kesimpulan: Didapatkan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) plasenta yang lebih rendah pada subjek dengan kelahiran preterm dibandingkan aterm. Tidak terdapat perbedaan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) serum, enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1) plasenta, dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) plasenta dan serum antara wanita dengan kehamilan preterm dengan aterm ......
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Dewi Kusumawati
Abstrak :
Persalinan preterm merupakan persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat bayi yang dilahirkan kurang dari 2500 gram. Persalinan preterm masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatal di dunia. Risiko terjadinya bersifat multifaktorial salah satunya ketuban pecah dini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketuban pecah dini dengan persalinan preterm di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Januari-Juni 2017. Penelitian ini menggunakan desain pendekatan crossectional dengan jumlah sampel sebanyak 652 sampel yang diambil dari seluruh rekam medik ibu bersalin di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari-Juni 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara ketuban pecah dini dengan persalinan preterm setelah mengontrol variabel ketiga, yang terbukti secara statistic dengan pvalue 0,000 dan OR 3,255. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu yang mengalami ketuban pecah dini berisiko 3 kali lebih besar untuk persalinan preterm dibandingkan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan ibu hamil selalu waspada dan menjaga kesehatan agar tidak terjadinya ketuban pecah dini sehingga mampu mempertahanka kehamilannya sampai usia cukup bulan.
Preterm labor is delivered before 37 completed weeks with the weight of a baby born less than 2500 grams. Preterm labor is still the main cause of neonatal morbidity and mortality in the world. The risk of occurrence is multifactorial, one of which is premature rupture of the membranes. This study aims to see the relationship between premature rupture of membranes and preterm labor at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo Jakarta period January-June 2017. This study used a crossectional design with a total sample of 652 samples taken from all medical records of maternity at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo for the period January-June 2017 that fulfills the inclusion and exclusion criteria. The results of multivariate analysis showed that there was a significant relationship between premature rupture of membranes and preterm labor after controlling for the third variable, which was proven statistically with a value of 0,000 and OR 3,255. So it can be concluded that mothers who experience premature rupture of membranes have a risk three times greater for preterm labor than mothers who do not experience premature rupture of membranes. Based on these results, it is expected that pregnant women will always be vigilant and maintain health so as not to cause premature rupture of the membranes so that they are able to maintain their pregnancy until they are quite a month old.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswantriani
Abstrak :
Pendahuluan: Prediksi persalinan preterm penting untuk menunda terjadinya kelahiran preterm dan merujuk ke fasilitas dengan perawatan neonatal intensif. Hal ini penting guna menurunkan mortalitas dan morbiditas neonatal. Beberapa metode untuk memprediksi persalinan preterm adalah menggunakan prediksi klinis yaitu indeks persalinan preterm atau prediksi biofisik dengan mengukur panjang servik. Tujuan: Membandingkan nilai risiko indeks persalinan preterm dan panjang servik terhadap kejadian kelahiran preterm pada kasus persalinan preterm tanpa ketuban pecah. Metode: Desain penelitian ini adalah case- control menggunakan data dari rekam medis, dilakukan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo sejak Agustus 2013 ? Februari 2014. Semua pasien persalinan preterm tanpa ketuban pecah pada periode tersebut ditelusuri. Dilakukan pengamatan data demografik dan klinis, setelah itu dilakukan penilaian indeks persalinan preterm dan panjang servik. Kemudian selanjutnya pasien ditentukan apakah mengalami kelahiran preterm atau tidak. Hasil: Dari bulan Agustus 2013 - Februari 2014 terdapat 127 kasus persalinan preterm tanpa ketuban pecah, tetapi hanya 57 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Karakteristik demografik dan klinis pada kelompok indeks persalinan preterm dan panjang servik tidak berbeda bermakna saat dibandingkan. Duapuluh dari 57 subjek mengalami kelahiran preterm (35.1%). Dari hasil analisis bivariat, variabel yang bermakna mempengaruhi kejadian kelahiran pretem adalah indeks persalinan preterm dan panjang servik. Pasien dengan indeks persalinan preterm ≥ 4 memiliki kemungkinan 4 kali lipat (OR = 4,024) untuk mengalami kelahiran preterm. Sementara itu, pasien dengan panjang serviks ≤ 25 mm memiliki kemungkinan hingga 38 kali lipat (OR = 38,00) untuk mengalami kelahiran preterm. Kesimpulan: Indeks persalinan preterm dan panjang servik merupakan variabel yang baik untuk menilai risiko terjadinya kelahiran preterm pada persalinan preterm tanpa ketuban pecah. ...... Introduction: Prediction of preterm labor is important to delay the incident of preterm birth and refers to the facility with a neonatal intensive care. It is important to reduce neonatal mortality and morbidity. Several methods for predicting preterm labor are using clinical prediction : preterm labor index or biophysical prediction with measurement cervical length. Objectives: comparing risk value of preterm labor index to cervical length on preterm birth incident in preterm labor without rupture of membrane cases. Methods: the research was a case control study using data from medical records in Dr. Cipto Mangunkusumo hospital since August 2013 ? February 2014. All preterm labor without rupture of membrane cases were traced. Demographic and clinical data were observed. After that preterm labor index and cervical length were assessed. Then patients were determined whether they had experienced preterm birth or not. Results: From August 2013 - February 2014 there were 127 cases of preterm labor without rupture of membrane, but only 57 research subjects who meet the inclusion and exclusion criteria. The demographic and clinical characteristics of the index group of preterm labor and cervical length did not differ significantly when compared. Twenty from 57 subjects were experience preterm birth (35.1%). From the results of the bivariate analysis, the variables that significantly affect the incidence of preterm birth are preterm labor index and cervical length Patients with preterm labor index ≥ 4 has a possibility of 4-fold (OR = 4.024) to experience preterm birth. Meanwhile, patients with a cervical length ≤ 25 mm have the possibility of up to 38-fold (OR = 38.00) to experience preterm birth. Conclusions: Preterm labor index and cervical length is a good variable for assessing the risk of preterm birth in preterm labor without rupture of membrane cases.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Amelia
Abstrak :
Latar Belakang: Persalinan preterm adalah penyebab kematian perinatal terbesar di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Persalinan preterm adalah penyebab utama sepsis neonatus awitan dini dan juga morbiditas jangka pendek dan jangka panjang lainnya. Sayangnya, tidak ada kepustakaan yang mendukung salah satu manajemen lebih unggul daripada lainnya dalam menurunkan kematian perinatal sekaligus morbiditas lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mencari manajemen persalinan preterm yang dapat memberikan luaran maternal dan neonatal terbaik, terutama di RSCM. Methode: Dari kohort total sampling menggunakan data rekam medik pasien persalinan preterm yang masuk RSCM antara tanggal 1 januari hingga 31 Desember 2014, didapatkan 300 subjek yang terdiri dari 132 subjek persalinan preterm dengan ketuban intak dan 168 subjek ketuban pecah dini preterm. Masing-masing kategori lalu dibagi lagi berdasarkan perlakuan yang diberikan, yakni tanpa manajemen, manajemen konservatif, dan manajemen aktif. Luaran utama yang diteliti adalah kejadian sepsis neonatus. Hasil: Prevalensi persalinan preterm di RSCM antara 1 Januari hingga 31 Desember 2014 adalah 32,9 . Pada subjek persalinan preterm tanpa ketuban pecah di usia kehamilan preterm dini, manajemen konservatif menunjukkan penurunan bermakna kejadian sepsis neonatus dibandingkan tanpa manajemen [14 vs 43 , p=0,004, RR 0,65 IK 95 0,48-0,88 ]. Tidak ada perbedaan kejadian sepsis neonatus yang bermakna pada kelompok lainnya. Namun, manajemen aktif pada kelompok ketuban pecah dini preterm tampak menurunkan kematian perinatal secara bermakna dibandingkan tanpa manajemen [0 vs 23 , p=0,038, RR 0,77 IK 95 0,67-0,88 ]. Diskusi: Pada pasien persalinan preterm dengan ketuban intak, manajemen konservatif disepakati merupakan tatalaksana terpilih. Sementara, tatalaksana bagi pasien ketuban pecah dini preterm masih diperdebatkan. Penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen aktif dapat menurunkan kematian perinatal dan dapat dijadikan tatalaksana terpilih.
Background Preterm labor is the largest direct or indirect cause of perinatal death in Indonesia and in the world. Preterm labor is the main cause of early onset neonatal sepsis and also other short term and long term morbidities. Unfortunately, there are no evidence that support single management to be superior than others in reducing perinatal death and preventing short term and long term morbidities altogether. This study was aimed to find which preterm labor management that give the best maternal and neonatal outcome, especially in RSCM. Methods A total sampling historical cohort was conducted using medical record of preterm labor patient admitted in RSCM from Januari 1st until December 31st, 2014. From 300 subjects included, 132 of it was preterm labor with intact membrane, and 168 was preterm premature rupture of membrane. From each arm we categorize further based on one of three management given no management, conservative management, or active management. The primary outcome studied is neonatal sepsis. Results The preterm labor rate from any cause in RSCM from January 1st until December 31st 2014 was 32,9 . On subjects with preterm labor with intact membrane in early preterm gestational age, conservative management showed significant reduction of neonatal sepsis compared to no management. 14 vs 43 , p 0,004, RR 0,65 CI 95 0,48 0,88 . No significant reduction was observed among other managements, gestational age category, or amniotic membrane status. However, active management showed mildly significant reduction of perinatal death compared to no management 0 vs 23 , p 0,038, RR 0,77 CI 95 0,67 0,88. Discussion In preterm labor patients with intact membrane, conservative management was unquestionably the treatment of choice. In the other hand, management for patients with preterm premature rupture of membrane is still largely debatable. This study showed that active management seems to be beneficial in reducing perinatal mortality, thus can be the treatment of choice in preterm premature rupture of membrane patients.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Darmawan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang Persalinan preterm bukan hanya merupakan masalah kesehatan dengan kejadian yang tinggi (11,1%) tetapi juga penyebab tertinggi (30%) kematian bayi di Indonesia. Faktor risikonya antara lain periodontitis dan kemungkinan karies dentis. Hal ini menunjukkan pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada saat kehamilan. Namun, perilaku ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Tujuan Mengetahui perbandingan prevalensi periodontitis dan karies dentis serta pengetahuan, sikap, perilaku kesehatan gigi mulut antara ibu dengan persalinan preterm dengan persalinan spontan. Metode Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan pendekatan pengambilan sampel seperti kasus kontrol. Kelompok kasus adalah ibu hamil yang mengalami persalinan preterm dan kelompok kontrol adalah ibu hamil yang yang bersalin spontan. Diagnosis periodontitis berdasarkan kriteria Community Periodontal Index (CPI). Diagnosis karies berdasarkan adanya karies pulpa. Penilaian pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan kuisioner. Karakteristik demografik dan variabel perancu dikontrol dengan analisis multivariat. Hasil Didapatkan 182 subjek penelitian yang terdiri dari 83 subjek kasus dan 79 pasien kontrol. Prevalensi periodontitis lebih tinggi pada kelompok persalinan preterm namun tidak bermakna sebagai faktor risiko persalinan preterm (55,4 % vs 54,4 %, p 0,089). Prevalensi karies dentis lebih tinggi pada persalinan preterm namun juga tidak bermakna sebagai faktor risiko persalinan preterm (62.7 % vs 59,5 %, p 0,680.). Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai kesehatan gigi mulut pada ibu hamil kedua kelompok. Kesimpulan Prevalensi periodontitis dan karies dentis pada populasi ini cenderung tinggi. Prevalensi tersebut lebih tinggi pada persalinan preterm namun bukan merupakan faktor risiko persalinan preterm pada populasi ini. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi mulut antara pada ibu hamil yang mengalami persalinan preterm dibandingkan kontrol.
ABSTRACT
Backgrounds Preterm labor is not only one of health problems with high incidence (11.1%), but also the most cause of perinatal death (30%) in Indonesia. The risk factors are periodontitis and dental caries which assumed. This condition emerges the importance of oral health during pregnancy. However, the behavior of pregnant women for routine oral health evaluation is poor. Objectives To compare the prevalence of periodontitis and dental caries, knowledge, attitudes, and behaviors about oral health between women with preterm labor and spontaneous labor. Methods This study was a cross sectional study with case-control sampling approach. Case group were pregnant women who experience preterm labor and the control group were women with spontaneous labor. Diagnosis of periodontitis was according to Community Periodontal Index (CPI) criteria. Diagnosis of caries was based on the presence of caries pulp. Assessment of knowledge, attitudes, and behaviors of oral health were using questionnaires. Demographic characteristics and confounding variables were controlled using multivariate analysis. Results One hundred and eighty two subjects were obtained, consisted of 83 cases subjects and 79 control subjects. The prevalence of periodontitis was higher but not significant as risk factor for preterm labor (55.4% vs. 54.4%, p 0.089). The prevalence of caries was not significantly different (62.7% vs. 59.5%, p 0.680.). There were no significant differences between knowledge, attitudes and behaviors of oral health in two groups of pregnant women. Conclusions Prevalence of periodontitis and dental caries were relatively high. Both prevalences were higher among preterm group, but were not significant risk factors in this population. There were no significant differences between knowledge, attitudes, and behaviors of oral health among preterm group and control.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imma Nurliana
Abstrak :
Pendahuluan: Sampai saat ini, kelahiran preterm masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatal di dunia. Tingkat mortalitas dan morbiditas akibat kelahiran preterm dapat dikurangi dengan pencegahan persalinan preterm salah satunya dengan suatu prediktor yang akurat. Sebanyak 85% pasien dengan gejala persalinan preterm menjalani perawatan di rumah sakit yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Panjang serviks sebagai metode yang selama ini digunakan tergantung dengan operator dan jarang terdapat di pusat pelayanan kesehatan primer. Salah satu alat yang dapat digunakan oleh semua orang adalah uji biomarker dengan mendeteksi Placental Alpha Microglobulin-1 (PAMG-1). PAMG-1 sebagai salah satu prediktor persalinan preterm menunjukkan angka sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, dan nilai duga negatif berturut-turut 84%, 95%, 77%, dan 97%. Sayangnya, di Indonesia belum ada studi yang mengobservasi tingkat akurasi PAMG-1 sebagai prediktor kelahiran preterm. Tujuan: Mengetahui peran PAMG-1 dalam meningkatkan tingkat akurasi panjang serviks dalam menilai risiko kejadian kelahiran preterm pada kasus persalinan preterm. Metode: Studi ini merupakan studi kohort prospektif yang dilaksanakan di RSCM selama Maret 2019 –  Agustus 2021. Data klinis diperoleh melalui rekam medis dan wawancara pasien. Data PAMG-1 diperoleh melalui sampel cairan vagina yang diambil bersamaan setelah pemeriksaan panjang serviks. Sampel kemudian dikelompokkan menjadi kelompok kelahiran preterm dalam 7 hari dan 14 hari dengan kelompok panjang serviks ≤ 25 mm. Setelah itu data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji diagnostik untuk menilai sensitivitas spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif. Data dianalisis dengan SPSS 24. Hasil: PAMG-1 meningkatkan tingkat akurasi panjang serviks dalam memprediksi kelahiran preterm dalam 7 dan 14 hari. Nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif kombinasi panjang serviks ≤ 25 mm dan PAMG didapatkan berturut turut 69%, 98%, 92%, 90% dalam memprediksi kelahiran pretrem dalam 7 hari.  Nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif kombinasi panjang serviks ≤ 25 mm dan PAMG didapatkan berturut turut 56%, 99%, 96%, 83% dalam memprediksi kelahiran pretrem dalam 14 hari. 

Kesimpulan: Tingkat akurasi panjang serviks meningkat dengan pemeriksaan PAMG-1 dalam memprediksi kelahiran preterm dalam 7 hari dan 14 hari. ......Background: Preterm birth is the leading cause of neonatal morbidity and mortality globally. Mortality and morbidity rates due to preterm birth can be reduced by preventing preterm birth, one of the ways is to utilize an accurate predictor for preterm delivery. As many as 85% of patients with symptoms of preterm labor undergo unnecessary hospitalization Cervical length, one of the widely used predictors of preterm delivery, is operator-dependent and rarely found in primary health care facilities. Another predictor that can be universally used is a biomarker test by detecting Placental Alpha Microglobulin-1 (PAMG-1). PAMG-1 as a predictor of preterm delivery has shown sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value rates of 84%, 95%, 77%, and 97%, respectively. Unfortunately, no studies in Indonesia have observed the accuracy of PAMG-1 as a predictor of preterm delivery. Aim: This study aims to investigate the role of PAMG-1 in increasing the accuracy of cervical length as a predictor of preterm delivery in cases of preterm labor. Method: This study is a prospective cohort held in RSCM from March 2019 up to August 2021. Clinical data were acquired from medical records and patient interviews. PAMG-1 data were obtained from vaginal fluid samples taken right after measuring the patients’ cervical length. Samples are then categorized into groups of preterm delivery within 7 days and 14 days, also into groups of cervical length of ≤ 25 mm. Data were then presented in tables and analysed with diagnostic tests to calculate sensitivity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value. SPSS 24 is used to analyse the data. Result: PAMG-1 increased the accuracy rate of cervical length in predicting preterm birth for 7 and 14 days. The sensitifity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value of combination of PAMG-1 and cervical length ≤ 25 mm were 69%, 98%, 92%, 90%, respectively to predict preterm delivery within 7 days. The sensitifity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value of combination of PAMG-1 and cervical length ≤ 25 mm were 56%, 99%, 96%, 83%, respectively to predict preterm delivery within 14 days. Conclusion: The accuracy rate of cervical length increases when combined with PAMG-1 examination to predict preterm deliveries within 7 days and 14 days.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library