Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evi Yulianti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Syah Afgani
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan preparasi Cu0/zeolit alam dengan metode pertukaran ion menggunakan larutan Cu(NO3)2 ditambahkan dengan NI-I3 pekat. Proses preparasi ini berlangsung dengan mempertukarkan [Cu(NH3)4]2+ dengan Hf zeolit alam yang dilanjutkan dengan proses penyalingan, proses pemanasan pada temperatur 110 °C selama 12 jam serta kalsinasi pada temperatur 550 “C selama 4 jam. Hasil analisis FTIR menunjukkan puncak Cu0 pada CuO/zeolit alam menumpuk pada puncak sekunder zeolit alam sehingga sulit untuk diketahui keberadaanya. Dari hasil analisis XRD dapat diketahui bahwa Cu() pada Cu0/zeolit alam terletak pada puncak utama sudut difiaksi (20) 35", 38° dan 48° dengan d-value berturut-turut 2,53; 2,33 dan 1,87 A. Hasil karakterisasi AAS, BET dan adsorpsi isotermik menunjukkan bahwa loading aktual Cu sebesar 7,96% berat, luas permukaan adalah 98,31 U12/gl' dan dispersi sebesar 60, 16%. Pengujian adsorpsi dilakukan pada adsorben CuO/zeolit alam pada temperatur 350 °C. Sedangkan untuk proses regenerasi dibedakan atas tiga perlakuan yaitu termal pada temperatur 600 °C, reduksi pada temperatur 250 “C yang dilanjutkan dengan oksidasi pada temperatur 400 "C dan penambahan uap air pada temperatur 600 °C. Pengujian adsorpsi S02 dengan regenerasi termal dilakukan sampai dengan 3 siklus (adsorpsi-regenerasi-adsorpsi-regenerasi-adsorpsi), sedangkan untuk perlakuan regenerasi reduksi oksidasi dan penambahan uap air hanya dilakukan sampai dengan 2 siklus (adSorpsi-regenerasi-adsorpsi). Hasil uji adsorpsi menunjukkan kemampuan CuO/zeolit alam cukup baik dalam mengeliminasi S02 sampai pada siklus ketiga. Kapasitas adsorpsi S02 CuO/zeolit alam adalah 2,27.10" mol/gr CuOf zeolit alam pada adsorpsi pertama, 5,68.l0" mol/gr CuO/zeolit alam pada adsorpsi kedua dan l,73-l0'5 mol/gr CuO/zeolit alam pada adsorpsi ketiga, Sedangkan variasi perlakuan regenerasi Dengan menggunakan reduksi H2 dilanjutkan dengan oksidasi O2 dan penambahan uap air tidak memberikan kenaikan kapasitas adsorpsi yang berarti dibandingkan dengan regenerasi termal.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhiffa Azzura Binuko
Abstrak :
Air memiliki peranan penting terhadap keberlangsungan hidup manusia, terutama air dengan kualitas baik. Daerah penelitian yang terletak di Kabupaten Indramayu belum terpenuhi kebutuhan air minum oleh PDAM secara merata, sehingga warga memanfaatkan sumur air tanah sebagai salah satu sumber air minum. Namun, kualitas air tanah di Indramayu telah terindikasi mengalami kontaminasi, utamanya oleh proses salinisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi proses hidrogeologi yang mempengaruhi terjadinya dominasi unsur kimia pada air tanah sebagai indikasi kontaminasi. Pengambilan data dilakukan oleh Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di 62 titik sumur air, 10 titik uji CPTu, 13 titik uji CPT dan 4 titik bor teknik. Data air tanah diambil pada September 2016 dan Juli 2017 pada musim kemarau dan berlokasi di daerah pemukiman. Kemudian, data tersebut dilakukan analisis untuk mendapatkan parameter fisiko-kimia air tanah yaitu pH, temperatur, DHL, TDS, dan ion utama, sedangkan pada databor DH03 dan DH04 dilakukan analisis uji XRD pada 7 kedalaman berbeda. Pendekatan statistikal, grafikal dan spasial dilakukan untuk menggambarkan karakteristik air tanah dan faktor utama yang mempengaruhi kandungan air tanah. Pemodelan hidrogeokimia inversi dilakukan menggunakan PHREEQC untuk menginterpretasi proses pelarutan/presipitasi mineral pada air tanah. Data geologi bawah permukaan menunjukkan indikasi adanya kemajuan garis pantai oleh proses pengendapan delta Cimanuk. Hasil data kimia air menyatakan bahwa tipe fasies dominan yaitu tipe Ca-Cl, dengan urutan kelimpahan kation yaitu Ca2+> Na+> Mg2+> K+ dan anion Cl−>HCO3−>SO42−. Parameter Cl−, DHL dan TDS menunjukkan korelasi bahwa telah terindikasi adanya kontaminasi air asin. Sumber kontaminasi air asin di daerah penelitian diantaranya oleh pelarutan mineral halit dan silvit, intrusi air laut atau keterdapatan air konat yang terperangkap saat proses pengendapan delta. Tingginya konsentrasi kalsium diindikasi berasal dari proses pertukaran ion terbalik antara sodium di air dengan kalsium di lempung atau sumbernya juga dapat berasal dari pelarutan mineral anhidrit. Oleh karena itu, hasil penelitian menyimpulkan bahwa interaksi air-batuan, percampuran, disolusi mineral dan pertukaran ion terbalik menjadi indikasi proses hidrogeologi yang mengontrol komposisi kation dan anion utama pada air tanah di daerah pesisir. ......Water has an important role in human, especially good quality water. The research area which is located in Indramayu, has not met the needs of drinking water from PDAM, so residents tend to use groundwater wells as a source of drinking water. However, the groundwater quality in Indramayu has been indicated to be polluted, mainly by the salinization process. This research was conducted to identify the hydrogeological processes that affect the dominance of chemical elements in groundwater. Data was carried out by the National Research and Innovation Agency (BRIN) at 62 groundwater wells and 4 drilled wells. Then, the data was analysed to obtain the physicochemical parameters of groundwater, which are pH, temperature, EC, TDS, and major ion, while the DH03 and DH04 of borehole used to do an XRD test analysis at 7 different depths. Statistical, graphical and spatial approaches were applied to delineate the characteristics of groundwater and the significant factors influencing its evolution. Hydrogeochemical modelling was also carried out to see the saturation index of groundwater. Subsurface geological data indicate there was Cimanuk delta deposition process causes coastal accretion. The results of the water chemistry data indicate that the dominant facies is the Ca-Cl type, with the order of ion abundance that is Cl−> Ca2+> HCO3−>SO42− Na+> Mg2+> K+. The high concentration of chloride ions indicates that saltwater contamination has occurred, supported by DHL and TDS data. Sources of saltwater contamination in the study area include the dissolution of halite and sylvite minerals, seawater intrusion or the presence of trapped connate water during the delta deposition process. The high concentration of calcium is indicated to come from the reverse ion exchange process between sodium in water and calcium in clay. The source can also come from the dissolution of anhydrite minerals. Therefore, the results of the study conclude that water-rock interactions, mineral dissolution and reverse ion exchange are indications of hydrogeological processes that control the chemical formation of groundwater in the study area.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Hidayat
Abstrak :
Proses cementing pada pengeboran minyak bumi menggunakan semen tipe “G” atau oil well cement. Untuk mendapatkannya di lakukan penambahan aditif pada semen tipe “A”. Salah satu aditif yang bisa dipakai ialah fly ash dari pembakaran batubara. Meskipun Indonesia memiliki unit pembakaran batubara namun fly ash-nya belum memiliki kriteria sebagai aditif oil well cement karena memiliki porositas yang rendah serta densitas yang tinggi. Densitas yang tinggi dari fly ash ditandai dengan tenggelamnya fly ash dalam air. Hal ini diakibatkan oleh tingginya kadar kalsium. Penelitian ini bertujuan membuat aditif untuk oil well cement dari fly ash dengan cara menggantikan kalsium dengan aluminium melalui metode pertukaran ion. Jari-jari atom aluminium yang lebih kecil dari kalsium dapat membuat rongga antar kristal dan meningkatkan porositas yang ditandai dengan mengapungnya fly ash. Analisa ICP dan AAS dipakai untuk menentukan kadar kalsium dan aluminium dalam fly ash. Sedangkan XRD digunakan untuk menentukan jarak antar bidang kristal fly ash. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertukaran ion ammonium karbonat berhasil menukar kalsium sebesar 1.9 µg/g fly ash. Sedangkan pertukaran aluminium nitrat berhasil menukar aluminium hingga 1885 µg/g fly ash yang juga terindikasi dengan adanya 30% fly ash yang mengapung. ......Cementing process on petroleum drilling use cement type “G” or oil well cement. It can be obtained by adding additives to cement type “A”. One of the additives which can be used is fly ash from coal combustion. Although Indonesia has coal burning units, but the fly ash not a criteria as additives oil well cement due to low porosity and high density to sink in water. It is caused by high calcium levels. This research aims to make the cavity between the crystal and increase porosity marked with floating fly ash. ICP and AAS analysis used to determine the rate of calcium and aluminium in the fly ash. The result showed that calcium ion exchange successfully convert 1.9 µg/g fly ash with 1885 µg/g fly ash aluminium and 30% fly ash that float.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Naema
Abstrak :
Sebagai sumber energi, batu bara dapat direkayasa dalam berbagai bentuk atau penggunaan. Ia dapat diubah menjadi cair melalui pencairan (liquefaction), gas melalui gasifikasi, atau sesuai dengan aslinya (padat). Pemanfaatan batubara ini dapat digunakan untuk menghasilkan gas sintesa yang digunakan sebagai chemical feedstock dalam pembuatan sintesa metanol maupun amonia. Produksi gas sintesis ini dilakukan dengan melibatkan reaksi oksidasi parsial metana dengan menggunakan proses Chemical Looping Reforming menggunakan oksida logam Fe2O3 sebagai oksigen pembawa untuk menggantikan oksigen murni yang sangat mahal. Sumber oksigen yang disediakan oleh Fe2O3 dalam char batubara yang dipreparasi dengan pertukaran antara ion-ion Fe3+ dan gugus fungsi karboksilat pada kondisi pH > 11 yang telah tersedia dalam batubara lignit dan pirolisis batubara. Reaksi oksidasi parsial antara Fe2O3 dengan metana yang dilakukan pada variasi suhu pirolisis suhu 700, 800 dan 900°C dan suhu reaksi oksidasi (700, 800 dan 900°C). ......As an energy source, coal can be fabricated in various shapes. It can be converted into a liquid through melting process (liquefaction), gas through gasification, or inwite (solid). Utilization of this coal can be used to produce synthesis gas which is used as a chemical feedstock to manufacturing methanol or ammonia synthesis. Production of synthesis gas was done by involve the partial oxidation methane using Chemical Looping reforming process with metal oxide Fe2O3 as an oxygen carrier to replace the pure oxygen which is very expensive. Oxygen source provided from Fe2O3 in coal char prepared by ion-exchange between Fe3+ and carboxylate functional groups on the condition of pH> 11 which are already available in lignite coal and the coal pyrolysis of partial oxidation reaction between Fe2O3 with methane was done at a variations temperature pyrolysis 700, 800 and 900°C and the reaction temperature oxidation (700, 800 and 900°C).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Metta Anggriana Swary
Abstrak :
Gas sintesis dapat dibuat menjadi bahan bakar cair seperti minyak bumi, minyak disel dan bahan-bahan bakar lainnya melalui reaksi Fischer-Tropsch. Produksi gas sintesis ini dilakukan dengan melibatkan reaksi oksidasi parsial metana dengan menggunakan proses Chemical Looping Reforming menggunakan oksida logam CaO sebagai oksigen pembawa untuk menggantikan oksigen murni yang sangat mahal. Sumber oksigen yang disediakan oleh CaO dalam char batubara yang dipreparasi dengan pertukaran antara ion-ion Ca2+ dan gugus fungsi karboksilat pada kondisi pH 8,3 yang telah tersedia dalam batubara lignit dan pirolisis batubara reaksi oksidasi parsial antara CaO dengan metana telah dilakukan pada variasi suhu pirolisis suhu 700, 800 dan 900°C dan suhu reaksi oksidasi (700, 800 dan 900°C). Kemungkinan reaksi yang terjadi pada arang CaO adalah reaksi perengkahan metana, water gas shift reaction dan parsial oksidasi metana. Adapun kondisi optimum yang diperoleh dalam produksi gas sintesis adalah pada suhu pirolisa 700°C dan suhu reaksi 700°C dengan rasio H2/CO yang dihasilkan pada kondisi tersebut berada pada rentang 0,642-2,387. ......Synthesis gas can be made into liquid fuels such as oil, diesel oil and fuel materials other via Fischer-Tropsch reaction. Synthesis gas production is done by involving the partial oxidation of methane by using chemical looping reforming process using metal oxide CaO as the oxygen carrier to replace the expensive pure oxygen. Oxygen source provided by CaO in the coal char is prepared by ion exchange between the ions Ca2+ and carboxylate functional groups on the condition of pH 8,3 is already available in the lignite and coal pyrolysis of coal. Partial oxidation reaction of CaO with methane has been done on variations in temperature pyrolysis temperature 700 , 800 and 900°C and the reaction temperature oxidation (700, 800 and 900°C). Possible reactions that occur in the reaction of CaO char is methane cracking, water gas shift reaction and partial oxidation methana. The optimum conditions obtained in the production of synthesis gas is at a temperature pyrolisis of 700°C and reaction temperature to 900_C H2/CO ratio produced in these conditions is in the range 0,642-2,387.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51825
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dena Herlina
Abstrak :
Dalam rangka untuk menghasilkan minyak diesel sintetis dan bahan kimia lain melalui reaksi Fischer-Tropsch, maka perlu untuk dipersiapkan gas sintesis yang H2/CO rasio mol-mendekati 2 sebagai umpan. Produksi gas sintesis ini dilakukan dengan melibatkan reaksi oksidasi parsial metana menggunakan oksigen murni dibuat dari pemurnian udara sehingga membuat reaksi ini cukup mahal. Reaksi alternatif yang diusulkan untuk mengurangi biaya penyediaan oksigen murni adalah dengan mengganti sumber oksigen yang disediakan oleh mineral CaO dalam arang batubara yang dipreparasi dengan pertukaran antara ion-ion Ca2+ dengan gugus fungsi karboksilat yang telah tersedia dalam batubara lignit dilanjutkan pirolisis batubara. Reaksi oksidasi parsial antara CaO dengan metana telah dilakukan dengan variasi suhu pirolisis suhu 700, 800 dan 900°C dan suhu reaksi oksidasi 700, 800 dan 900°C. Produk ini mengandung gas yang didominasi H2 dan CO. Pada sebagian besar produk, komposisi H2 menurun dengan waktu reaksi sedangkan komposisi CO meningkat terhadap waktu reaksi hal ini disebabkan adanya reaksi perengkahan metana yang menyebabkan terjadinya deposisi karbon dan kemungkinan terjadinya reaksi water gas shift yang bergeser kearah pembentukkan CO. Adapun kondisi optimum yang diperoleh dalam produksi gas sintesis dalam penelitian ini adalah pada suhu pirolisis 700°C dan suhu reaksi 800°C dengan rasio H2/CO yang berada pada rentang 3,85 - 2,1. ......In order to produce synthetic diesel oil and most chemicals through Fischer-Tropsch reaction, it is required to prepare synthesis gas whose H2/CO mole-ratio close to 2 as a feed stock for the reaction. Conventionally, the production of this synthesis gas uses partial oxidation reaction involving methane and pure oxygen prepared from purification of air which makes this reaction quite expensive. An alternative reaction is proposed to reduce the cost in which oxygen instead is supplied by CaO mineral in the coal char prepared by ion-exchange between ions Ca2+ and carboxylic functional group already available in the lignite coal and pyrolysis of the coal. Partial oxidation reaction between CaO with methane has been has been done on variations of temperature pyrolysis 700, 800 and 900°C and the reaction temperature oxidation (700, 800 and 900°C). This product contains predominantly gas H2 and CO in most combinations H2/CO ratio decreased with reaction time. The optimum condition obtained in production of synthesis gas is at a temperature pyrolisis of 700 _C and reaction temperature of 800°C with H2/CO ratio produced in these condition is in range 3,85 to 2,1.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51823
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library