Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Black, Jaquelyn G.
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2008
616.9 BLA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Bakar
"Humidifier merupakan alat humidifikasi. Humidifier pada terapi oksigen menggunakan air steril dalam tabungnya namun, ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terapi oksigen kurang dari 5 liter per menit, humidifier tidak perlu diberi air steril, disebut non humidifier. Tujuan: Mendapatkan gambaran perbedaan pertumbuhan bakteri di humidifier dan non humidifier pada pasien yang mendapat terapi oksigen. Metodologi; Penelitian survei analilik yang pengumpulan datanya secara purposive sampling. Hipotesis: Tidak ada perbedaan pertumbuhan bakteri pada humidifier dan non humidifier pada pasien yang mendapat terapi oksigen. Sampel: Sampel penelitian adalah 24 humidifier terdiri dari 12 sampel menggunakan humidifier dan 12 sampel menggunakan non humidifier. Instrumen: instrumen yang digunakan peralatan kultur dan pedoman observasi. Hasil: Uji Mann Whitney pada jam ke-0 menunjukkan tidak ada perbedaan pertumbuhan bakteri (p=0,131), pada jam ke-12 ada perbedaan pertumbuhan bakteri yang bermakana (p=0,046), dan pada jam ke-24 ada perbedaan pertumbuhan bakteri yang bermakna (p= 0,046). Analisis uji Kolmogorov Smimov membuktikan adanya perbedaan pertumbuhan bakteri pada humidifier dan non humidifier pada klien yang mendapat terapi oksigen (p= 0,010). Kesimpulan: Penggunaan non humidifier dapat mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri sehingga dapat mengurangi terjadinya infeksi nosokomial. Rekomendasi: Rumah sakit perlu menerapkan penggunaan non humidifier dan bila menggunakan humidifier maksimal 12 jam sekali harus di desinfeksi dan diganti airnya.

Humidifier is a device for delivering oxygen to the patients. Before using it, the humidifier tube should fiil with sterile water. There was a recent study that administering oxygen less than five liter per minutes, the tube was not load with the sterile water. Aim: The research aim was to describe the difference between bacterial growth in the humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy. Design; The design was the analytic survey with purposive sampling method. The samples were 24 patients. They were divided into two groups. Group one, consisted of 12 patients with humidifier and the others with non humidifier. The instrument was culture equipments diagnostic test and observation guidance. Hypothesis: The hypothesis was there was no difference bacterial growth existence in humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy. Resuits: The results showed that there was no significance difference of bacterial growth at time of zero hour (p= 0.131). Meanwhile, there was significance different of bacterial growth at time of 12 hour (p= 0,046), and time of 24 hour(p= 0,046). There was also significance different between bacterial growth in humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy (p= 0.010). Conclusion; The conclusion is a non humidifier device couid prevent bacterial and reduce nosocomial infection. Recommends: It was recommended that hospital should use non humidifier and the humidifier had to disinfect and change the water every 12 hours."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T26563
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Bakar
"ABSTRAK
Keberhasilan pelayanan keperawatan yang bermutu dipengaruhi oleh tingkat kepuasan kerja perawat. Kepuasan kerja perawat dapat diupayakan melalui MPKP Jiwa modifikasi pendekatan manajemen fungsi pengarahan, namun kegiatan MPKP dan fungsi pengarahan belum dijalankan secara konsisten. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh fungsi pengarahan kepala ruang dan ketua tim terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di unit rawat inap RSUD Blambangan Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan desain pre-post test with control group, dan pelatihan serta bimbingan fungsi pengarahan (operan, pre conference, post conference, iklim motivasi, supervisi dan delegasi) pada kepala ruang dan ketua tim di kelompok intervensi. Sampel penelitian diperoleh secara purposive sampling, terdiri dari 35 perawat pelaksana RSUD Blambangan Banyuwangi sebagai kelompok intervensi dan 40 perawat pelaksana di RSUD dr. Haryoto Lumajang sebagai kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja diambil dari Minnesota Satisfaction Questionnaire. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim yang sudah memperoleh pelatihan, bimbingan dan pendampingan fungsi pengarahan meningkat lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim yang tidak dilatih fungsi pengarahan. Fungsi pengarahan bila dilaksanakan secara konsisten oleh kepala ruang dan ketua tim, berpeluang meningkatkan kepuasan kerja sebesar 67,40%. RSUD Blambangan Banyuwangi dan RSUD dr. Haryoto Lumajang dapat mengupayakan dan meningkatkan kepuasan kerja perawat pelaksana secara berkelanjutan dengan mengimplementasikan fungsi pengarahan dari MPKP Jiwa Modifikasi umum.

ABSTRACT
Humidifier is a device for delivering oxygen to the patients. Before using it, the humidifier tube should fill with sterile water. There was a recent study that administering oxygen less than five liter per minutes, the tube was not load with the sterile water. Aim: The research aim was to describe the difference between bacterial growth in the humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy. Design: The design was the analytic survey with purposive sampling method. The samples were 24 patients. They were divided into two groups. Group one, consisted of 12 patients with humidifier and the others with non humidifier. The instrument was culture equipments diagnostic test and observation guidance. Hypothesis: The hypothesis was there was no difference bacterial growth existence in humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy. Results: The results showed that there was no significance difference of bacterial growth at time of zero hour (p=
0.131). Meanwhile, there was significance different of bacterial growth at time of 12 hour (p= 0,046), and time of 24 hour(p= 0,046). There was also significance different between bacterial growth in humidifier and non humidifier at the patient who got oxygen therapy (p= 0.010). Conclusion: The conclusion is a non humidifier device could prevent bacterial and reduce nosocomial infection. Recommends: It was recommended that hospital should use non humidifier and the humidifier had to disinfect and change the water every 12 hours."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Lubnah
"Aktivitas pengelolaan minyak bumi terus meningkat sehingga diperlukan tindakan pengelolaan pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan bakteri dan penurunan kadar TPH pada proses bioremediasi yang distimulasi dengan penambahan kompos dan lumpur IPAL pada 5% dan 10% secara eksperimental skala laboratorium dengan simulasi tanah tercemar dengan kadar TPH sebesar 5,5% selama 5 minggu hingga mencapai baku mutu yaitu di bawah 1%. Tanah yang digunakan berasal dari pantai Marunda, kompos dari UPS Merdeka, lumpur IPAL dari Jababeka, dan bakteri diisolat dari tanah tercemar minyak diwilayah sekitrar kilang.
Hasilnya berupa laju pertumbuhan bakteri pada kompos dan lumpur IPAL dengan kadar 5% masing-masing adalah 0,7567/minggu dan 1,154/minggu serta 0,8783/minggu dan 1,1109/minggu pada kadar 10%. Sedangkan efisiensi penyisihan TPH yang didapatkan adalah 95,32% dan 96,85% untuk penambahan kompos 5% dan 10% serta 91,15% dan 91,02% untuk penambahan lumpur IPAL sebanyak 5% dan 10%. Hasil uji t menyatakan perbedaan baik pertumbuhan bakteri maupun penurunan kadar TPH tidak signifikan. Kemudian hasil uji korelasi menunjukkan korelasi rendah berbanding terbalik untuk hubungan TPH dengan jumlah bakteri.

Crude oil's processing into energy continuous to increase, hence the treatment for its environmental impact is needed. This study aims to determine the differences of bacterial growth rate and removal efficiency of Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) between compost and WWTP sludge addtion at 5% and 10%. Those effect was acknowledge through experimental in laboratory scale using soil contaminated by 5,5% TPH within 5 weeks until it reach less than 1% as the requirement. The soil comes from Marunda Beach, compost from UPS Merdeka, WWTP sludge from Jababeka, bacterial isolated from soil contaminated at the surrounding of refining.
Result of this study showed that the bacterial growth rate in compost and WWTP sludge at 5% and 10% concentration each are 0,7567/weeks and 1,154/week for compost also 0,8783/week and 1,1109/week for WWTP sludge. While the TPH removal efficiency obtained was 95,32% and 96,85% for the addition of compsot as well as 91,15% and 91,02% for the addition of WWTP sludge.at 5% and 10% concentration. Due to t-Test, the differences between all the variation of concentration are not significant. The correlation test between TPH degradation to bacterial growth showed that there is a weak downhill (negative) linear relationship.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathanael Sandhy Padmanaba
"Daun sambung nyawa (Gynura procumbens L.) merupakan tanaman obat yang memiliki sifat antioksidan. Daun sambung nyawa segar mudah dibudidayakan di Indonesia namun tidak praktis untuk dikonsumsi secara langsung. Produk fresh juice dari daun sambung nyawa segar menjadi alternatif sediaan yang bisa ditawarkan kepada masyarakat supaya lebih praktis untuk dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan antioksidan fresh juice daun sambung nyawa dengan metode scavenging radikal hidroksil menggunakan reagen 2-deoksiribosa sebagai model inti sel. Aktivitas antioksidan fresh juice daun sambung nyawa diukur melalui pembentukan kromogen merah muda MDA-TBA hasil degradasi 2-deoksiribosa menggunakan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 520 nm. Kemampuan scavenging fresh juice tertinggi yang didapat pada penelitian ini adalah 50,37% pada konsentrasi 90 mg/ml. Konsentrasi efektif fresh juice daun sambung nyawa untuk mengangkut radikal hidroksil sebesar 50% ditunjukkan oleh nilai EC50 yang tercapai pada konsentrasi 87,03 mg/ml. Hingga waktu penyimpanan 8 jam, penurunan rata-rata kemampuan scavenging fresh juice daun sambung nyawa yang disimpan pada suhu refrigerator sebesar 10,63%, tidak sebanyak jika fresh juice disimpan pada suhu kamar mencapai penurunan kemampuan scavenging rata-rata 20,82%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa fresh juice daun sambung nyawa baik yang disimpan pada suhu refrigerator maupun suhu kamar kurang memiliki daya tahan terhadap pertumbuhan bakteri, namun memiliki potensi sebagai antibakteri alami. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library