Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alifia Maharani Putri
Abstrak :
Latar belakang: Preeklamsia dengan gejala berat adalah gangguan kehamilan yang dapat berdampak buruk pada kondisi ibu dan janin. Sindrom kehamilan tersebut dapat menganggu proses pertumbuhan janin sehingga dapat meningkatan mortalitas dan morbiditas bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan preeklamsia dengan gejala berat (PEB) dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) disertai luaran neonatus pada kehamilan preeklamsia dengan gejala berat dan tanpa preeklamsia dengan gejala berat. Metode: Studi cross-sectional ini dilaksanakan di RSCM dengan menggunakan data dari laporan jaga tindakan persalinan dan rekam medis elektronik Departemen Obstetri-Ginekologi FKUI-RSCM tahun 2019. Data diagnosis PEB pada ibu hamil dan IUGR pada bayi dianalisis dengan Uji Chi Square. Sedangkan, data luaran neonatus dari kehamilan PEB dan tanpa PEB dianalisis dengan Uji Chi Square dan uji Fischer. Hasil: Dari keseluruhan 76 sampel, didapatkan 38 sampel ibu hamil dengan PEB dan 38 sampel ibu hamil tanpa PEB. Sebanyak 44,7% ibu hamil dengan PEB melahirkan bayi dengan IUGR dan 7,9% ibu hamil tanpa PEB melahirkan bayi IUGR. Berdasarkan analisis uji statistik, diperoleh hubungan yang signifikan antara preeklamsia dengan gejala berat dan kejadian IUGR (p=<0,001; IK 95%: 2,470-36.116; OR=9,444). Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan luaran neonatus yang meliputi jenis kelamin (p=0,645), kelahiran bayi sesuai usia gestasi (p=<0,001), berat badan lahir (p=<0,001), dan panjang badan (p=0,001), dan skor APGAR menit ke-1 (p=0,025) pada ibu hamil dengan PEB dan ibu hamil tanpa PEB. Tipe IUGR dari kehamilan PEB adalah IUGR simetris, sementara dari kehamilan tanpa PEB adalah IUGR asimetris. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara PEB dan kejadian IUGR di RSCM. Ditemukan juga perbedaan yang signifikan antara luaran neonatus yang lahir dari ibu dengan PEB dan ibu tanpa PEB. Luaran neonatus IUGR yang lahir dari ibu dengan PEB adalah tipe simetris, sedangkan luaran neonatus IUGR dari ibu tanpa PEB adalah tipe asimetris. ......Introduction: Preeclampsia with severe features is a pregnancy disorder that negatively impact maternal and fetal condition. This type of pregnancy syndrome can disrupt the process of fetal growth that will increase infant mortality and morbidity as consequences. Therefore, this research aims to determine the association between preeclampsia with severe features (PESF) and incidence of Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Beside that, this study analyse neonatal outcomes from PESF and non-PESF pregnancy. Method: This cross-sectional study was conducted at RSCM using medical records from delivery report and electronic health record of the Obsterics-Gynecology Departement FKUI-RSCM in 2019. Data on the diagnosis of PESF in pregnant women and IUGR in infants were analyzed by Chi Square Test. For neonatal outcome data from pregnant women with or without preeclampsia with severe features, data were analyzed by Chi Square and Fischer’s Test. Result: From total of 76 samples, 38 samples of pregnant women with PSF and 38 samples of pregnant women without PESF were obtained. A total of 44,7% pregnant women with PESF gave birth to babies with IUGR and 7,9% of pregnant women without PESF gave birth to babies with IUGR. Based on statistical analysis, there was a significant relationship between preeclampsia and severe features with incidence of IUGR (p=<0.001; 95% CI: 2,470-36,116; OR=9,444). The results also showed that there we’re significance difference in neonatal outcomes which include gender (p=0.645), baby birth according to gestational age (p=<0.001), birth weight (p=<0.001), and body length (p=0.001), and 1 minute-APGAR score (p=0.025) in pregnant women with PESF and pregnant women without PESF. Type of neonates with IUGR on PESF is symmetrical, meanwhile type of neonates with IUGR on pregnant woman without PESF is asymmetrical. Conclusion: There is a relationship between preeclampsia with severe features and incidence of intrauterine growth restriction. A significant difference was also found between the outcomes of neonates born to mothers with PESF and mothers without PESF. IUGR neonates that born to mothers with PESF had symmetrical type, while IUGR neonates that born to mothers without PESF had assymetrical type
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Listiarini
Abstrak :
Latar Belakang: Pertumbuhan janin terhambat (PJT) merupakan suatu kondisi dimana pertumbuhan janin tidak mencapai potensi genetiknya. Diagnosis PJT dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) serial, namun pemeriksaan USG memiliki beberapa keterbatasan. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) plasenta terutama MRI difusi, yaitu Diffusion Weighted Image (DWI) dan Apparent Diffusion Coefficient (ADC), merupakan modalitas pemeriksaan yang dapat mengatasi keterbatasan dari pemeriksaan USG dengan melihat perubahan di level mikrostruktural secara tidak langsung. Tujuan: Melihat peran nilai ADC plasenta dalam mendiagnosis PJT. Metode: Pencarian sistematis menggunakan data dasar Scopus dan PubMed dilakukan pada September 2021. Studi yang membandingkan pemeriksaan MRI DWI-ADC plasenta antara pasien yang memiliki kehamilan normal dan PJT atau insufisiensi plasenta di suia kehamilan trimester kedua dan ketiga dengan pemeriksaan USG dan atau kondisi bayi saat dilahirkan sebagai referensi baku, diidentifikasi. Analisis statistik dari nilai ADC plasenta antara pasien normal dan PJT diuji. Hasil: Empat studi diidentifikasi. Didapatkan nilai rerata ADC plasenta pada janin PJT dan/atau insufisiensi plasenta lebih rendah dibandingkan dengan janin normal. Namun, batas nilai rerata ADC plasenta pada janin dengan PJT dan janin normal sulit untuk ditentukan, karena hasil yang tumpang tindih antara janin dengan PJT dan janin normal. Kualitas bukti sedang. Kesimpulan: Penurunan nilai rerata ADC plasenta dapat membantu dalam mendiagnosis adanya PJT pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. ......Background: Intrauterine growth retardation (IUGR) is a condition in which the growth of the fetus does not reach its genetic potential. The diagnosis of IUGR is made by serial ultrasonography (USG), but ultrasound examination has some limitations. Magnetic resonance imaging (MRI) of the placenta, especially diffusion MRI, which are Diffusion Weighted Image (DWI) and Apparent Diffusion Coefficient (ADC), is an examination modality that can overcome the limitations of ultrasound examination by looking at changes in the microstructural level indirectly.  Objectives: To evaluate the role of placental ADC values ​​in diagnosing IUGR. Methods: A systematic search of Scopus and PubMed database were performed through September 2021. Studies comparing DWI-ADC MRI of the placenta between patients who had a normal pregnancy and IUGR or placental insufficiency in the second and third trimesters of pregnancy with ultrasound examination and/or the condition of the baby at birth as a standard reference, were identified. Statistical analysis of placental ADC values ​​between normal and IUGR patients was tested. Results: Four studies were identified. The mean value of placental ADC in IUGR and/or placental insufficiency was lower than in normal fetuses. However, the cut-off values of mean placental ADC ​​in IUGR and normal fetuses are difficult to determine, because of the overlapping results between IUGR and normal fetuses. The quality of evidence was moderate.  Conclusion: Decreased mean placental ADC values can help in diagnosing the presence of IUGR in the second and third trimesters of pregnancy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library