Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rao, N. S. Subba
Jakarta: UI-Press, 1994
576.15 RAO st
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"The objective of the research is to know the effect of using NPK (nitrigen-phosphor potassium) fertilizer and EMAS (Enhancing Micxrobial activities in the soil) biofertzers combined with GRS (Growth regulating substances ) to the vegetative growth of young pepper plants
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Talitha Zagita
"ABSTRAK
Kesuburan tanah menjadi suatu hal yang harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Salah satu unsur hara yang paling penting adalah Nitrogen (N). Ketersediaan unsur nitrogen di bumi sangatlah melimpah dimana kandungannya mencapai 78% dalam wujud gas, namun belum bisa langsung dimanfaatkan karena sulit untuk memecah ikatan N2 menjadi nitrogen sederhana. Elektrolisis plasma udara (EPU) merupakan teknologi yang sangat efektif dalam menghasilkan senyawa radikal yang dapat membentuk senyawa nitrat dan memiliki kinerja yang lebih baik, ramah lingkungan, dan mudah diaplikasi dalam skala kecil. Penelitian ini menggunakan dua elektrolit yaitu K2SO4 dan elektrolit campuran antara K2HPO4 dan K2SO4. Selanjutnya diujikan pada tanaman cabai, tomat, dan sawi untuk melihat kinjera pupuk. Konsentrasi pupuk Nitrat yang dihasilkan divariasikan pada 100, 200, dan 300 ppm. Proses ini dilakukan pada kondisi operasi daya 700 watt dengan laju alir udara 0,8 L/min. Konsentrasi nitrat yang terbentuk diuji secara kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi tegangan proses yang digunakan untuk mencapai daya tertentu, maka sintesis nitrat akan semakin tinggi. Nitrat tertinggi yang terbentuk adalah 2213 ppm pada larutan elektrolit campuran 0,01 M K2SO4 dengan 0,01 M K2HPO4 pada daya 700 watt, laju alir udara 0,8 lpm, kedalaman anoda 1,5 cm, selama 30 menit proses. Pemberian pupuk cair nitrat dengan metode EPU ini menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan tanpa pupuk maupun dengan pupuk komersial (KNO3). Dari ketiga tanaman yang diteliti, tanaman cabai menunjukkan persentasi peningkatan tertinggi untuk penambahan pupuk cair nitrat dengan metode EPU. Dosis optimum setiap tanamannya adalah tanaman cabai 100 ppm, tomat 200 ppm, dan tanaman sawi hijau 200 ppm.
"
Depok: Teknik Kimia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elah Nurlaelah
"Nanopartikel perak (NPAg) merupakan salah satu nanomaterial yang intensif dikaji dalam bidang nanoteknologi. Nanopartikel perak telah banyak digunakan dalam bidang pertanian karena memiliki efek stimulasi dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Selain itu, NPAg juga memiliki sifat toksik karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Sintesis NPAg secara biologis disebut biosintesis. Metode biosintesis NPAg menjadi alternatif yang memiliki keunggulan, seperti metode lebih sederhana, hemat biaya, ramah lingkungan dan mudah ditingkatkan untuk hasil atau produksi yang tinggi. Metode biosintesis menggunakan agen biologi seperti ekstrak tanaman sebagai pereduksi. Contoh biosintesis NPAg yang telah dikembangkan yaitu menggunakan ekstrak daun bisbul (Diospyros discolor Willd.). NPAg tersebut perlu dikaji secara luas efeknya pada tanaman, baik efek positif maupun negatif. Kedelai (Glycine max L. Merr) menjadi salah satu tanaman yang menarik untuk diteliti terkait interaksinya dengan NPAg. Kedelai merupakan salah satu tanaman dengan permintaan pasar yang cukup tinggi, tetapi produksinya rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kedelai yaitu dengan mendorong kemampuan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Penelitian pertama bertujuan untuk menganalisis potensi toksisitas NPAg hasil biosintesis ekstrak bisbul serta dampak paparannya terhadap karakteristik biometrik dan fisiologis pada perkecambahan kedelai varietas Anjasmoro. Penelitian ini dirancang dalam lima kelompok perlakuan: kontrol (air), NPAg 20, 40, dan 60 mg/L, serta AgNO₃ 0,01 M. Hasil menunjukkan bahwa paparan NPAg tidak memengaruhi perkecambahan, dengan tingkat perkecambahan lebih dari 95% pada semua perlakuan. Sementara itu, tidak ada benih yang berkecambah pada perlakuan AgNO₃. Secara signifikan, NPAg 20 mg/L meningkatkan indeks vigor benih I dan panjang tunas, sedangkan NPAg 60 mg/L menurunkan panjang akar. Kandungan klorofil a, klorofil b, dan total klorofil secara signifikan meningkat dibandingkan kontrol, dengan peningkatan tertinggi pada konsentrasi 40 mg/L untuk klorofil a dan pada 60 mg/L untuk klorofil b. Penelitian kedua bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh paparan NPAg melalui berbagai metode aplikasi terhadap karakteristik biometrik dan fisiologis pada pertumbuhan tanaman kedelai varietas Anjasmoro. Tujuan lainnya yaitu untuk menganalisis pengaruhnya terhadap fenofase perkembangan dan produktivitas tanaman. Penelitian ini dirancang menjadi empat kelompok: kontrol, paparan NPAg 20 mg/L melalui nanopriming, foliar spray, dan kombinasi (nanopriming dan foliar spray). Hasil menunjukkan bahwa metode kombinasi menyebabkan penurunan signifikan pada beberapa parameter pertumbuhan seperti panjang akar, jumlah bintil akar, bobot segar dan kering, serta jumlah daun, yang sejalan dengan peningkatan akumulasi H₂O₂ dan fenolik akibat stres oksidatif. Di sisi lain, metode foliar spray dan kombinasi memberikan hasil lebih optimal pada fenofase (pembungaan dan pembuahan) dan produktivitas kedelai. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan penting tentang potensi aplikasi NPAg dalam pertanian. Meskipun NPAg dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman, penggunaannya memerlukan strategi pengelolaan yang cermat untuk memaksimalkan manfaat sekaligus meminimalkan risiko. Pengamatan jangka panjang diperlukan untuk memahami dampak penggunaan NPAg terhadap seluruh siklus hidup tanaman kedelai, termasuk potensi akumulasi residu dalam jaringan tanaman dan pengaruhnya terhadap kualitas hasil panen. Selain itu, disarankan melakukan analisis molekuler dan metabolomik pada tanaman kedelai yang diberi perlakuan NPAg untuk memperoleh data yang lebih komprehensif.

Silver nanoparticles (AgNPs) are one of the most extensively studied nanomaterials in nanotechnology. They are widely used in agriculture due to their stimulatory effects on plant growth and productivity. However, AgNPs also possess toxic properties that can inhibit plant growth. The biological synthesis (biosynthesis), offers advantages such as simplicity, cost-effectiveness, environmental friendly, and scalability for high production. Biosynthesis uses biological agents, such as plant extracts, as reducing agents. For example, biosynthesis using bisbul (Diospyros discolor Willd.) leaf extract, which has shown potential but requires extensive evaluation of its effects on plants, both positive and negative. Soybean (Glycine max L. Merr.), a crop with high market demand but low productivity, is of particular interest for studying AgNPs interactions. Enhancing seed germination and plant growth is one strategy to improve soybean productivity, and this can be achieved by using biosynthesized AgNPs. The first study aimed to analyze the toxicity potential of AgNPs synthesized using bisbul extract and their effects on the biometric and physiological characteristics of soybean germination. The experiment consisted of five treatment groups: control (water), AgNPs at 20, 40, and 60 mg/L, and 0.01 M AgNO₃. The results indicated that AgNPs exposure did not affect germination, as all treatments achieved germination rates above 95%, except for the AgNO₃ group where no seeds germinated. AgNPs at 20 mg/L significantly increased seed vigor index I and shoot length, while AgNPs at 60 mg/L reduced root length. Chlorophyll a, chlorophyll b and total chlorophyll contents increased significantly compared to the control, with the highest increases observed at 40 mg/L for chlorophyll a and 60 mg/L for chlorophyll b. The second study aimed to evaluate the effects of AgNPs exposure through different application methods on the biometric and physiological characteristics of soybean growth, reproductive phenophase, and productivity. Four treatment groups were designed: control, 20 mg/L AgNPs exposure via nanopriming, foliar spray, and a combination of nanopriming and foliar spray. The results showed that the combination method significantly reduced several growth parameters, including root length, nodule number, fresh and dry weights, and leaf number, corresponding to increased H₂O₂ and phenolic accumulation due to oxidative stress. Meanwhile, the foliar spray and a combination method gave more optimal results on phenophases (flowering and fruiting) and soybean productivity. This study provides important insights into the potential application of AgNPs in agriculture. Although AgNPs can enhance plant germination and growth, their use requires careful management strategies to maximize benefits and minimize risks. Long-term studies are needed to understand the effects of AgNPs application throughout the soybean life cycle, including potential residue accumulation in plant tissues and effects on crop quality. In addition, molecular and metabolomic analyses of AgNPs-treated soybeans are recommended to provide more comprehensive data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benati Karimah
"Mulsa plastik telah banyak digunakan oleh petani di Indonesia dalam budidaya tanaman tomat. Penggunaan mulsa plastik dinilai efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dan menghambat gulma. Namun, penggunaan mulsa plastik dalam jangka panjang dapat mencemari lingkungan karena mulsa plastik sulit terurai. Penggunaan mulsa organik dapat menjadi alternatif dalam menghambat gulma, salah satunya mulsa daun bambu. Mulsa daun bambu diketahui dapat menghasilkan senyawa alelokimia untuk menghambat gulma. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis efektivitas penggunaan mulsa daun bambu dalam menghambat gulma dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat. Penelitian ini dilakukan menggunakan 3 perlakuan yaitu tanpa mulsa, mulsa plastik dan mulsa daun bambu. Setiap perlakuan terdiri atas 4 plot penanaman dan masing-masing plot terdiri dari 2 tanaman tomat. Berdasarkan analisis statistik pertumbuhan tanaman tomat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan pada setiap perlakuan. Sebaliknya, berdasarkan rata-rata pertumbuhan tanaman menunjukkan bahwa mulsa plastik memiliki pengaruh yang lebih baik daripada tanpa mulsa dan mulsa daun bambu. Berdasarkan analisis statistik berat basah buah dan diameter buah menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan pada setiap perlakuan. Sedangkan, untuk parameter gulma menunjukkan bahwa pemberian mulsa memiliki rata-rata jumlah dan kerapatan gulma yang lebih rendah daripada tanpa mulsa.

Plastic mulch has been widely used by farmers in Indonesia in cultivating tomato plants. The use of plastic mulch is considered effective in increasing plant growth and inhibiting weeds. However, the long-term use of plastic mulch can pollute the environment because plastic mulch is difficult to decompose. The use of organic mulch can be an alternative in inhibiting weeds, one of which is bamboo leaf mulch. Bamboo leaf mulch is known to produce allelochemical compounds to inhibit weeds. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of using bamboo leaf mulch in inhibiting weeds and increasing the growth of tomato plants. This research was conducted using 3 treatments, namely without mulch, plastic mulch and bamboo leaf mulch. Each treatment consisted of 4 planting plots and each plot consisted of 2 tomato plants. Based on the statistical analysis of tomato plant growth, the results showed no significant difference in each treatment. On the other hand, based on the growth rate of plants, it shows that plastic mulch has a better effect than without mulch and bamboo leaf mulch. Based on the statistical analysis of fruit wet weight and fruit diameter, there were significant differences in each treatment. Meanwhile, weed parameters showed that mulching had an average number and density of weeds lower than without mulch."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shilla Shadilla
"Logam berat kadmium bersifat non-esensial bagi tumbuhan, namun dapat terakumulasi di dalam organ tumbuhan. Keberadaan kadmium dalam media tanam dapat menyebabkan efek toksik, salah satunya bagi tanaman obat Zingiber officinale var. Rubrum (jahe merah). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan kadmium terhadap pertumbuhan dan profil metabolit sekunder pada rimpang jahe merah. Penelitian ini bersifat eksperimental, dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan empat perlakuan dalam bentuk larutan CdCl2 dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol), 50 ppm, 100 ppm, dan 150 ppm, dengan 6 ulangan pada setiap perlakuan. Parameter yang diteliti berupa laju pertambahan tinggi tanaman dan berat rimpang yang diolah menggunakan uji ANOVA serta dilanjutkan uji Duncan, gejala toksisitas di daun, dan profil metabolit sekunder yang terdeteksi diolah menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dan Hierarchical Cluster Analysis (HCA). Hasil penelitian menunjukkan semakin besar konsentrasi kadmium yang diberikan maka laju pertambahan tinggi tanaman dan berat rimpang semakin menurun. Gejala toksisitas mulai muncul pada pekan ke-2 seperti klorosis dan nekrosis di ujung dan tepi daun. Profil metabolit sekunder rimpang yang terdeteksi membentuk tiga pengelompokan, kelompok I memiliki kemiripan antara sampel perlakuan kadmium 100 ppm dan 150 ppm, sedangkan yang menunjukkan perbedaan terdapat di antara sampel kelompok perlakuan kontrol dan kadmium 50 ppm.

Heavy metal cadmium is non-essential for plants, but it can accumulate in plants. The presence of cadmium in the growing media can cause toxic effects for the medicinal plants, one of which is the red ginger (Zingiber officinale var. Rubrum). The purpose of this study was to determine the effect of cadmium treatment on the growth and profile of secondary metabolites in the red ginger rhizome. This study was experimental, with a completely randomized design, using four treatments in the form of a CdCl2 solution with a concentration of 0 ppm (control), 50 ppm, 100 ppm, and 150 ppm, the samples used are 6 replications for each treatment. The studied parameters were the rate of increase in plant height and rhizome weight which were processed using ANOVA test and continued with Duncan's test, symptoms of toxicity in the leaves, and the profile of the detected secondary metabolites were processed using Principal Component Analysis (PCA) and Hierarchical Cluster Analysis (HCA). The results showed that the increase the concentration of cadmium given, the growth rate of plant height and rhizome weight decreases. Toxicity symptoms begin to appear in the second week, such as chlorosis and necrosis at the tips and edges of the leaves. The secondary metabolite profiles detected formed three groupings, Group 1 had similarities between the 100 ppm and 150 ppm cadmium treatment samples, while those showing differences were between the control and 50 ppm cadmium treatment samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Juni Shafiranty Pringgo Hardjoso
"Nitrogen sering disebut sebagai unsur hara makro primer karena merupakan penyusun sel hidup pada seluruh bagian tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan pupuk nitrat cair melalui metode elektrolisis plasma dengan pengaruh suhu, komposisi larutan elektrolit, dan diameter elektroda. Metode ini dilakukan pada reaktor batch menggunakan kombinasi elektrolit K2SO4 dan KH2PO4 dengan variasi suhu 30oC - 50 oC; 50oC; 60 oC, variasi konsentrasi 0,011 M; 0,013 M; 0,015 M; 0,04 M; 0,041 M; 0,043 M, dan diameter elektroda 1,0 mm; 1,6 mm; 2,4 mm; 2,4 mm tungsten murni. Selanjutnya diujikan pada tanaman sawi hijau, pakcoy, dan cabai untuk melihat efektivitas pupuk yang dihasilkan dengan menggunakan kondisi tanpa pupuk, pupuk nitrat dengan pengenceran 10 kali, dan pupuk KNO3 komersial. ­Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa radikal OH dapat bekerja efektif pada suhu rendah. Kemudian semakin kecil konduktivitas larutan dan semakin besar tegangan yang dihasilkan serta semakin besar diameter yang digunakan maka akan meningkatkan produksi nitrat yang dihasilkan. Penelitian ini terbukti dapat menghasilkan nitrat tertinggi sebesar 1932,90 ppm pada daya 600 Watt, laju alir udara 0,6 lpm, selama 90 menit, dan menggunakan kombinasi larutan 0,011 M K2SO4 dan 0,04 M KH2PO4. Dari ketiga kondisi yang digunakan pada uji efektivitas pupuk, kondisi dengan menggunakan pupuk nitrat dengan pengenceran 10 kali mendapatkan hasil terbaik pada tanaman sawi hijau, pakcoy, dan cabai.

Nitrogen is often referred to as a primary macronutrient because it is a constituent of living cells in all plant parts. This study aims to determine the process of making liquid nitrate fertilizer through the plasma electrolysis method with the influence of temperature, electrolyte solution composition, and electrode diameter. This method is carried out in a batch reactor using a combination of electrolytes K2SO4 and KH2PO4 with temperature variations of 30oC - 50oC; 50oC; 60oC, concentration variation 0.011 M; 0.013 M; 0.015 M; 0.04 M; 0.041 M; 0.043 M, and the electrode diameter is 1.0 mm; 1.6 mm; 2.4 mm; 2.4 mm pure tungsten. Furthermore, it was tested on green mustard, pak choy, and chilies to see the effectiveness of the fertilizer produced using conditions without fertilizer, nitrate fertilizer with a dilution of 10 times, and commercial KNO3 fertilizer. The results of the study show that the OH radical can work effectively at low temperatures. Then the smaller the conductivity of the solution and the greater the resulting voltage and the larger the diameter used, the higher the nitrate production produced. This research proved to be able to produce the highest nitrate of 1932.90 ppm at 600 Watt power, air flow rate of 0.6 lpm, for 90 minutes and using a combination of 0.011 M K2SO4 and 0.04 M KH2PO4 solutions. Of the three conditions used in the fertilizer effectiveness test, the condition using nitrate fertilizer with a dilution of 10 times got the best results on green mustard, pak choy, and chilies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library