Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 279 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Asri
"Dalam perjalanannya sejak didirikan pada tahun 1876, Pos Indonesia terus berubah, berusaha beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan yang bergerak cepat, baik melalui perubahan bentuk dan struktur organisasi maupun lini bisnis yang dijalankan. Sejak dideregulasi pada tahun 1984, persaingan di industri perposan meningkat tajam, sehingga menjadi pasar yang makin fragmented dan menuju pada situasi persaingan sempurna. Hal ini diperparah dengan makin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi digital dan internet sebagai driver perubahan terkuat sekaligus sebagai produk substitusi bagi bisnis utama pos, yaitu komunikasi tertulis fisikal.
Sejak berubah status menjadi perseroan pada tahun 1995, kinerja Pos Indonesia terus mengalami stagnasi, dan mulai mengalami penurunan tajam sejak tahun 2000. Penurunan kinerja terus berlanjut yang akhirnya membawa perusahaan pada situasi krisis dan menimbulkan pertanyaan dalam studi ini: mampukah Pos Indonesia sebagai sebuah BUMN melakukan turnaround dan kembali mencapai tingkat pertumbuhan seperti sebelumnya? Apa saja aspekaspek khusus yang harus dilakukan dalam periode turnaround, dan alternatif strategi pertumbuhan apa yang dapat dipilih untuk mencapai sustainable competitive advantage.
Analisis terhadap proses turnaround Pos Indonesia dilakukan dengan menggunakan framework lima tahapan yang telah digunakan oleh Balgobin & Pandit (2001) untuk menganalisis proses turnaround IBM UK. Dari analisis terhadap tahapan yang sudah dijalani sampai saat ini, yaitu sampai pada tahap retrenchment and stabilisation, diketahui bahwa pada dasarnya sebagian besar elemen framework telah terpenuhi. Meskipun demikian, masih adanya elemen retrenchment yang belum dilaksanakan atau yang kadarnya belum maksimal, perlu mendapat perhatian manajemen. Hal ini penting karena adanya dua sasaran pokok dari tahapan retrenchment, yaitu stop the bleeding; untuk menstabilkan kondisi keuangan dan sekaligus menyiapkan fondasi yang kokoh untuk mencapai pertumbuhan pada tahap berikutnya. Walaupun sejauh ini sasaran pertama telah tercapai, dimana pada tahun 2006 dan 2007 Pos Indonesia sudah tidak lagi mengalami kerugian, tidak berarti bahwa sasaran kedua juga otomatis telah terpenuhi, terutama dengan masih adanya elemen yang belum dilaksanakan secara tuntas. Sehubungan dengan itu, penulis merekomendasikan agar Pos Indonesia menuntaskan langkah-langkah retrenchment, antara lain : o Meningkatkan level of ownership terhadap proses turnaround dari seluruh jajaran manajemen senior.
- Meningkatkan intensitas komunikasi, baik internal maupun eksternal untuk mendapatkan keterlibatan dan dukungan penuh dari para stakeholder utama bagi keberhasilan proses turnaround yang dijalankan.
- Meningkatkan intensitas program efisiensi dan tight cost controls
- Mengimplementasikan program asset reduction yang telah direncanakan secara disiplin, terutama atas gedung, kendaraan, dan asset lain yang sudah tidak produktif atau tidak sesuai lagi dengan tuntutan kebutuhan bisnis.
- Melakukan penyederhanaan lini bisnis dengan mendivestasikan atau melakukan spin-off atas lini bisnis yang tidak menguntungkan atau yang tidak memiliki prospek untuk dikembangkan lagi di masa yang akan datang.
- Melakukan penyederhanaan organisasi untuk mendapatkan struktur yang lebih sesuai dengan tuntutan bisnis yang dihadapi, sekaligus menyederhanakan proses koordinasi dan pengambilan keputusan.
- Melakukan perombakan struktur karyawan untuk mendapatkan komposisi dengan kapabilitas yang sesuai dengan tuntutan bisnis.
Selanjutnya, dari hasil analisis lingkungan eksternal dan internal, diketahui bahwa lingkungan bisnis perposan terus mengalami perubahan secara radikal, sehingga karakteristiknya di masa depan akan sangat berbeda dengan yang dihadapi selama ini. Hal ini tentu membutuhkan kapabilitas organisasi yang juga berbeda. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan strategic transformation secara cepat, penulis merekomendasikan alternatif strategi pertumbuhan sebagai berikut :
- Mencapai pertumbuhan dengan melakukan akuisisi horisontal, terutama dengan target pemain-pemain lokal yang menggarap segmen pasar tertentu secara terfokus serta perusahaan yang memiliki kapabilitas tertentu yang memang dibutuhkan untuk menguatkan dan melengkapi kapabilitas dan jangkauan Pos Indonesia.
- Memperkuat aliansi strategis dengan mitra bisnis lokal dan membentuk jointventure dengan mitra asing terpilih.
- Melakukan inovasi untuk pertumbuhan, terutama menemukan cara-cara kreatif dalam mengoptimalkan resources yang sudah dimiliki. Dalam hal ini, fokus bisa diarahkan pada upaya untuk menggali potensi pengembangan jaringan pelayanan fisik yang beroperasi di daerah-daerah minus.
Dengan banyaknya contoh kesuksesan proses transformasi dan privatisasi administrasipos di negara-negara lain yang dapat dijadikan acuan, penulis berkeyakinan bahwa Pos Indonesia masih memiliki potensi besar untuk melewati periode turnaround dengan sukses dan mencapai pertumbuhan berkelanjutan di masa yang akan datang. Untuk itu, diperlukan dukungan dari seluruh stakeholder utama perusahaan, terutama dari pemerintah sebagai regulator sekaligus sebagai pemegang saham dalam hal penegakan regulasi yang berlaku serta komitmen tambahan investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya dan kapabilitas infrastruktur Pos Indonesia.

During its journey since established in 1876, Pos Indonesia experienced continuous changes in its attempt to keep pace with the rapid changing of business environment. The changes has been done from the structure and form of organization to the lines of businesses. Since deregulated in 1984, competition in postal industry were increased and market structure were fragmented leading to perfect competition. The situation become worsened by the fast development of technology, digital communication and internet as the strongest driver of change and also serve as substitution to the main product of traditional postal service, that is physically written communication.
Since the change of its status to become fully privatized in 1995, performance of Pos Indonesia kept in stagnation and start to experience sharp declining since 2000. This performance decline continued in several years and the firm ended up with crisis situation. This situation brings up several questions. As an SOE (state owned enterprise), is it possible for Pos Indonesia to perform a successful turnaround process and achieve the performance and growth level as before the decline? What specific facet of turnaround process that need to be paid attention on? Which growth strategy alternatives available for Pos Indonesia in order to build and achieve sustainable competitive advantage? Pos Indonesia's turnaround process analyzed using the five stages framework developed by Balgobin & Pandit (2001) that has used by its author to analyse the turnaround of IBM UK.
Analysis of the stages that have been done, that is until retrenchment and stabilisation stage concluded that almost all of the turnaround element have been met. Eventhough, its still need a critical attention from firm's top management since there are still retrenchment elements didn't be well executed. This is a critical point due to the fundamental objective of the phase. Retrenchment and stabilisation stage has two main objective. It was intended to stop the bleeding and stabilize the financial condition, while at the same time provide a fondation needed to achieve profitable growth at the next stage. Since there were any element that didn't implemented yet, so even during 2006 and 2007 the firm didn't experience loss anymore, it doesn't mean that the fondation for growth has been built.
From this stand point, the author form some recommendation to be followed up by Pos Indonesia, if the turnaround initiative to be come into fruition, e.g:
- To increase senior management's level of ownership on turnaround processes
- To increase communication level, internally and externally, to gain full support from the main stakeholder, needed for the successful turnaround.
- To increase the intensity of efficiency and tight cost control programs
- To implement asset reduction program that have been planned, primarily on any assets such as building, vehicle or other assets didn't be productive anymore, or those that didn't met business specificity.
- To simplify the line of businesses through divestment or spin-off program.
- To simplify the line of organization in order to be aligned with the business environment
- To restructure employee composition through lay-off program to obtain people with matched capability
From external and internal analysis, it was known that the radical change of postal business environment required a different set of capabilities in order to survive in the future. In order to perform strategic transformation quickly, the author suggest some growth strategy alternatives as follows :
- To achieve growth through horizontal acquisition by targeting local player that specialized in specific segment of the market, and those who have specific capability needed to strengthen and complement the firm's existing capabilities.
- To broaden strategic alliances with local business partner and form a jointventure with selected foreign partner.
- To achieve growth through innovation, in particular to optimize the utilization of resources owned creatively. The focus can be directed specifically to leverage the physical network operated in rural area.
Due to the wide array of samples about public postal operator that has been successfully privatized, the author have a confidence that Pos Indonesia will also pass the turnaround period with promising result and achieve a strong growth base for building sustainable competitive advantage needed to overcome future challenges. That's why its need a full support from the main stakeholder, especially from the government as regulator and also as shareholder. Support from government particularly needed to enforce postal regulations and commitment of adding investment to strengthen Pos Indonesia's resources and infrastructure capability."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25566
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siswanto Sutojo
Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo, 1987
658 SIS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dewi Rubini Sudarto
"Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program keselamatan kerja yang tepat memerlukan informasi yang lengkap dan tepat isi. Untuk itu diperlukan sistem yang dapat menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan pengkajian ini diarahkan untuk menemukan. rancangan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan program keselamatan kerja. Rancangan sistem merupakan pendekatan sistem informasi keselamatan kerja diperusahaan. Pendekatan sistem informasi ini mengambil model disalah satu industri berat di Cilegon-Jawa Barat.
Pengkajian ini dilakukan dengan pendekatan pemecahan masalah. Dengan instrumen kuesioner dan wawancara dapat ditemukan masalah pokok dan kebutuhan.
Masalah pokok yaitu pengumpulan data di Dinas Keselamatan Kerja tidak semua terkumpul langsung, ada yang tidak terlaporkan, teknik pencatatan dan pelaporan dilaksanakan sendiri-sendiri perbagian, jenis statistik kurang luas, memakai data yang tidak tepat. Kebutuhan yaitu berupa jenis informasi dan rancangan sistem informasi.
Jenis informasi terdiri dari angka kecelakaan Frekuensi rate, Severity rate, Safe-T-Score, statistik angka kecelakaan perdivisi, statitik corak kecelakaan, statistik bagian tubuh yang cedera, statistik derajat cedera dan biaya total kecelakaan.
Dengan teknik perancangan atas bawah dibangun diagram bertingkat. Tingkat paling atas memberikan fungsi dari keseluruhan sistem. Fungsi pokok diuraikan kebeberapa komponen yang saling berhubungan. Tingkat selanjutnya merupakan proses dari fungsi pada tingkatan sebelumnya. Tingkat yang paling bawah merupakan penjabaran fungsi lebih rinci.
Bentuk rancangan yang dihasilkan mengandung enam komponen sumber informasi kecelakaan kerja. Liana sumber mengirimkan laporan kecelakaan secara langsung ke Dinas Keselamatan Kerja. "
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmy Hoessein
"ABSTRAK
Pada dasarnya pcrusahaan efek rnerupakan organisasi bisnis. Organisasi
merupakan sistem yang terbuka. OIeh karena itu dipengaruhi oleh lingkungan eksternal
dan Iingkungan internalnya. Kerangka hukum merupakan faktor eksternal organisasi.
Yang menjadi pertanyaan penelitian adalah (I) bagaimanakah kondisi kerangka hukum
yang mengatur kegiatan perusahaan efek, (2) apakah yang merupakan peluang dan
hambatan dalam kerangka hukum tersebut, dan (3) bagaimanakah strategi perusahaan di
masa depan dalam lingkungan hukum yang ada saat ini. Penelitian dilakukan di PT. X.
Kerangka konsepsional penelitian ini didasarkan atas teori strategi dan
manajemen strategi. Penelitian dilakukan dengan studi dokumen dan wawancara
mendalam dengan pedoman wawancara terhadap sejumlah informan dalam kalangan PT.
X.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum kerangka hukum yang
mengatur perusahaan efek dapat menjadi hambatan bagi perusahaan untuk menjalankan
kegiatan perantara pedagang efek, terutama di dalam menjalankan pengawasan terhadap
penerapan dan ketentuan, tetapi kerangka hukum tersebut juga memberikan peluang
untuk menjalankan kegiatan penjamin emisi efek.
OIeh karena. itu disusun formulasi strategi sebagai berikut; (1) kegiatan bisnis
lebih dikonsentrasikan kepada kegiatan penjamin emisi efek dan penasehat keuangan,
sedangkan untuk kegiatan perantara pedagang efek difokuskan kepada nasabah institusi
(2) restrukturisasi organisasi dengan mempertahankan divisi yang mewadahi kegiatan
bisnis yang menjadi konsentrasi perusahaan (3) dilakukan pengembangan kapasitas bagi
sumber daya manusia melalui program pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan
(4) membangun pusat data dan informasi untuk mengakomodasi seluruh kegiatan usaha
(5) mengatasi meningkatnya beban operasional agar tercapai efisiensi untuk memperkuat
keuangan perusahaan
"
2002
T2488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oyong Novareza
"Menjadi perusahaan manufaktur kelas dunia merupakan tujuan tiap perusahaan manufaktur. Untuk mewujudkannya, perusahaan manufaktur modern ditunjang oleh sistem pemeliharaan peralatan yang efektif dan efisien. Suatu cara peningkatan kinerja sistem pemeliharaan peralatan, berupa penerapan dan pengembangan Total Productive Maintenance (TPM).
Pada tesis ini dibahas faktor-faktor dominan penunjang kaberhasilan pelaksanaan TPM pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Faktor-faktor yang diteliti dikumpulkan dari jurnal-jumal hasil penelitian yang diperoleh dari Internet, buku, majalah, dan buletin. Penelitian pada tesis ini menggunakan sebaran kuesioner kepada responden yaitu perusahaan- perusahaan manufaktur di Indonesia yang Ielah melaksanakan TPM.
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa faktor-faktor sangat dominan penunjang keberhasilan pelaksanaan TPM adalah: organisasi yang solid, komitmen manajemen, keterlibatan setiap insan, penerapan atau lindak lanjut dari perencanaan yang telah ditetapkan, tersedianya Preventive Maintenance yang balk di perusahaan, dan ada orang-orang yang peduli pada kegiatan divisi produksi, manufaktur dan engineering dalam menjalankan TPM. Sedangkan faktor-faktor dominan penunjang keberhasilan pelaksanaan TPM adalah manajemen tingkat menengah, arahan menuju misi dari perusahaan, ketrampilan koordinator TPM untuk berkomunikasi, pelatihan yang baik bagiseluruh organisasi, pengukuran kinerja peralatan, pengetahuan dan keyakinan, teknisi pemeliharaan, waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan TPM, motivasi dari manajemen dan etos kerja dan menugaskan seseorangs ecara penuh untuk mengawasi pelaksanaan TPM.
Dengan tesis ini diharapkan perusahaan manufaktur di idonesia yanga akan atau sedang menerapkan TM akan mendapatkan informasi mengenai factor-faktor yang harus diterapkan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan TPM di perusahaan masing-masing.

Abstract
Every manufacturing company has a goal of becoming a world-class manufacturing company. To reach that goal a modern manufacturing must be supported by both effective and efficient equipment maintenance. One approach in improving the pelformance of maintenance activities is to implement and develop a TotalProductive Maintenance (TPM).
Dominant factors supporting the success of TPM implementation at manufacturing company in Indonesia are discussed in this thesis. The researched factors are compiled resut!s, which are obtained from Internet, books, magazines, and bulletin, The research in this thesis is used by random questionnaire given to respondents of several mantifacturing companies in Indonesia, which have carried out TPM.
Such a very dominant factors. which supported the success of TPM implementation, can be gathered from data processing. Those factors are such as a solid organization, management commitment, the involvement of people, an implementation of plan, a good Preventive Maintenance already in plant, and the people who care for the production, manufacturing, and engineering division activity in implementing TPM. While dominant factors categorized in this thesis are middle management, alignment to company mission, good communication all level of organization, measures of equipment maintenance pelformance, knowledge and beliefs, mamtenance of technicians, time allocation for TPM implementation, motivation of management and workforce, and a full time person assigned to watch over the TPM implementation.
Manufacturing company in Indonesia which is planning to implement or currently implementing TPM can get information rom this regarding factors that must be adapted to support the success of TPM implementation in each of their plants."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T5001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalmi Zubir
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006
658ZALS002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
G. Rukmi Nur Sapti Putranti
"Reputasi memegang peranan penting dalam kemajuan usaha maupun dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Namun demikian penelitian dan studi mengenai reputasi belum menjadi sebuah kajian yang menarik bagi para peneliti khususnya di Indonesia. Penelitian yang dilakukan pada umumnya terbatas pada persoalan citra perusahaan. Bahkan pengertian mengenai citra dan reputasi masih sering mengalami kerancuan. Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang terlibat dalam pembentukan reputasi perusahaan publik dan untuk melihat bagaimana hubungan faktor-faktor tersebut terhadap konsep reputasi.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksploraiif kuantitatif. Pengujian tingkat reliabilitas dilakukan untuk melihat konsistensi antar indikator atau konsistensi internal dan instrumen pengukuran. Sedangkan first order exploratory factor analysis dilakukan untuk mengekstraksi sej umlah faktor atau sub faktor yang membangun reputasi di tingkat awal. Kemudian hasil eksplorasi ini dianalisis kembali menggunakan second order exploratory factor analysis untuk mengekstraksi faktor utama yang membangun reputasi.
Penelitian ini menyimpulkan beberapa hal. Pertama, penelitian ini menemukan 55 indikator yang valid untuk mengukur konsep reputasi perusahaan publik. Kedua, penelitian ini menemukan bahwa konsep reputasi perusahaan bersifat multidimensionalitas. Faktor atau dimensi pertama terdiri dari sub dimensi : citra manajemen, citra prospek usaha, citra produk dan citra ketersediaan produk. Faktor atau dimensi kedua terdiri dari sub dimensi : citra lingkungan kerja, citra tanggung jawab sosial, ketertarikan emosional, identitas perusahaan dan citra kinerja keuangan. Ketiga, berdasarkan nilai faktor Ioadingnya dapat diketahui kekuatan hubungan antara faktor terhadap konsep reputasi. FAKTOR I mewakili sub faktor yang lebih terkait pada aspek Citra Kinerja Perusahaan yang mencakup juga citra produk atau service; Sedangkan FAKTOR II mewakili sub faktor yang Iebih terkait pada aspek Ketertarikan Emosional. Implikasi metodologis adalah penelitian ini telah melakukan elaborasi lebih lanjut terhadap konsep reputasi perusahaan sebagai hasil proses perseptual yang ditemukan oleh Fombrun (2003).
Untuk meningkatkan generabilitas hasil penelitian ini di masa depan, maka penelitian ini merekomendasikan beberapa hal. Pertama, perlu dilakukan uji replikasi terhadap validitas alat ukur konsep reputasi yang dipakai oleh penelitian ini dengan mempertimbangkan homogenitas karakteristik sampel. Kedua, dilakukan uji replikasi hubungan antar faktor dalam pembentukan reputasi dengan mengangkat kasus pada perusahaan yang berorientasi bisnis berbeda. Selain itu penelitian ini juga merekomendasikan kepada intemal PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. agar dalam merancang konsep komunikasi internal dan eksternal untuk meningkatkan reputasi perusahaan, perlu mempertimbangkan sembilan hal yakni : citra manajemen, citra prospek usaha, citra produk, citra ketersediaan produk, citra lingkungan kerja, citra tanggungjawab sosial, ketertarikan emosional dan citra kinerja keuangan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine S.T. Kansil
Jakarta: Pradnya Paramita, 2003
R 346.066 KAN k I
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Setiap perusahaan berusaha meningkatkan pertumbuhan usahanya. Tetapi persoalannya semakin tinggi pertumbuhan perusahaan semakin sulit mempertahankannya karena semakin besar ancaman terhadapnya. Dengan demikian, persoalan berikutnya adalah bagaimana mempertahankan pertumbuhan perusahaan. Strategi mempertahanan pertumbuhan bisa dilihat dari dua perspektif yaitu perspektif deterministik yang menyatakan bahwa perusahaan harus mampu lolos dari proses seleksi ketat yang dilakukan lingkungan itu sendiri. Perspektif ini kemudian diperkaya oleh teori organisasi industrial yang menyatakan bahwa baik buruknya kinerja perusahaan sangat ditentukan oleh kondisi eksternal industrinya."
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (03) Maret 2003: 30-34, 2003
MUIN-XXXII-03-Mar2003-30
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>