Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lestari Indah
"ABSTRAK
Indonesia sejak paruh kedua tahun 1997 dilanda krisis ekonomi yang diawali dengan
apresiasi nilai dollar yang diikuti dengan kebijakan uang ketat yang dijalankan Pemerintah.
Kondisi dan kebijakan Pemerintah ini , secara umum telah memukul hampir seluruh sektor
bisnis.
Sektor properti adalah salah satu sektor yang mengalami tekanan paling berat. ini
terjadi karena perkembangan sektor
properti sangat tergantung pada pasang surutnya
perekonomian makro Suatu negara . Bila ekonomi makro sedang baik maka bisnis properti
akan memberikan keuntungan yang besar, sebaliknya bila kondisi ekonomi makro sedang
surut maka sektor inilah yang terkena dampak paling berat.
Sebelum terjadinya krisis ekonomi, para pengembang melakukan investasi besar-
besaran di bisnis ini dengan menggunakan sumber dana pinjaman dalam jangka pendek baik
dalam nominal rupiah maupun dalam dollar AS.
Pada saat dollar AS terapresiasi, besarnya dana pinjaman luar negeri dalam dollar AS
memberikan tekanan yang sangat berat pada perusahaan, kondisi ini makin diperburuk dengan
melemahnya kinerja pasar properti dan macetnya kredit-kredit properti. Dampak hal ini adalah
para investor di pasar modal sangat hati-hati untuk mengambil keputusan membeli saham
properti. Akibatnya harga saham properti anjiok sangat rendah. Selain itu kebijakan
pengetatan likuiditas telah mengakibatkan kenaikan suku bunga dan mengharuskan sektor
perbankan untuk sangat selektif dalam pengucuran kredit.
Terjadinya kenaikan suku bunga mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat.
Hal ini karena secara umum pembelian produk properti dilakukan dengan menggunakan kredit
pemilikan rumah (KPR). Kondisi ini penjualan produk propeti menurun tajam
hingga para pengembang mengalam kesulitan untuk mempertahankan arus kas dan
likuiditasnya.
Dalam kondisi ketidakpastian makro ekonomi saat ¡ni tampak bahwa perusahaan
perusahaan dalam industri inì mengalami kondisi financial distress. Hal ini menyebabkan
kinerjanya merosot Sampai titik terendah yang untuk Pemulihannya dibutuhkan waktu. Dengan
kondisi keuangan perusahaan yang kian memburuk mengharuskan manajemen perusahaan
terus mempertahankan diri dari kondisi financial distres. yang mengarah kepada ancaman
kebangkrutan.
Memprediksi terjadinya kebangkrutan menggunakan indikator finansial, dilakukan
dengan menghitung besarnya Z Score (skala kebangkrutan) yang merupakan indikator
terjadinya kebangkrutan perusahaan. Besarnya angka Z tergantung pada kinerja perusahaan
yang dinyatakan dalam rasio keuangan yaitu quick ratio, DER, ROI dan TATO.
Dari hasil analisa kondisi keuangan perusahaan (neraca peniode tahun 1997)
menunjukkan bahwa 50% perusahaan emiten properti memiliki angka Z > 1. Perusahaan
yang memiliki nilai Z besar dapat diinterpretasikan sebagai perusahaan yang mempunyai
kemungkinan yang tinggi untuk terjadinya kebangkrutan.
Mengenali tanda-tanda kebangkrutan merupakan satu upaya yang dapat dilakukan
pihak manajemen perusahaan untuk memperbaiki operasi perusahaan pada pos penjualan,
biaya, laba maupun likuiditas.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Velianna Christanty
"Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi para investor dalam memutar dananya untuk memperoleh keuntungan. Berinvestasi di bursa saham dalam rangka mencari keuntungan mengakibatkan para investor berusaha menekan faktor-faktor penenentu yang mempengaruhi imbal hasil saham.
Dalam analisis keuangan, kondisi keuangan tidak hanya dilihat pada suatu waktu tertentu, tetapi juga dievaluasi pola dan keterkaitan dari waktu ke waktu. Komposisi dan rasio keuangan digunakan sebagai salah satu pedoman untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan.
Karya akhir ini berisi peneitian yang membahas pengaruh antara analisa laporan keuangan khususnya rasio keuangan terbadap imbal hasil saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta pada periode 1995-1997, 1998-2000, dan 1995-2000.
Data-data yang digunakan adalah Laporan Keuangan dan Laba Rugi per 31 Desember tahun 1995-2000 yang kemudian dihitung rasio-rasio keuangannya, deviden yang dibayarkan tahun 1995-2000 dan harga saham penutupan akhir tahun 1994-2000. Dengari menggunakan penelitian Machlbedz (1994) sebagai acuan penentuan rasio keuangan maka dipilih kategori raslo keuangan bagi perusahaan besar, karena diasumsikan bahwa pemisahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di pasar modal merupakan perusahaan yang tergolong besar dan berdiri sejak kurun waktu yang cukup lama. Terdapat sembilan belas rasio keuangan yang dipergunakan dalam penelitian termasuk salah satu diantaranya adalah rasio EPS yang merupakan variabel yang signifikan pada penelitian sebelumnya (tahun 1994-1997) yang dilakukan oleh Sdr. R. Riza Rusdianto terlepas dari nilai Durbin Watson test-nya.
Tahap awal dari analisis yang dilakukan adalah dengan meregresikan semua variabel bebas tersebut terhadap imbal hasil saham sesuai dengan periodenya masing-masing. Karena terdapat efek serial correlations maka semua variabel bebas dan terikat tersebut harus ditransformasikan terlebih dahulu dengan menggunakan metode Prais Winsten Transformation untuk menghilangkan efek serial correlation. Setelah diketahui tidak ada efek serial correlations maka untuk memperoleh variabel-variabel yang signifikan terhadap imbal hasil saham pada tingkat a = 0,05 dipergunakan regresi stepwise. Dan sebagai Iangkah terakhir adalah mentransformasi ulang konstanta dan koefisien dan variabel-variabel bebas yang signifikan. Pentransformasian ulang dipergunakan untuk memperoleh persamaan multiregresi yang valid dalam memprediksi imbal hasil saham.
Variabel signifikan yang dihasilkan dari regresi stepwise ini adalah variabel Earnings Per Share (BPS) dan Quick Aktiva/Aktiva Total untuk periode 1995-1997; variabel PER untuk periode 1998-2000; varabel Aktiva Lancar/Sales, PER dan EPS. untuk periode 1995-2000. Semua variabel signifikan tersebut mempunyai probability berkisar antara 0,000 ? 0,032, bebas dari efek serial correlations karena nilai Durbin Watson test berkisar antara 1,757 ?2,074 dan nilai VIF yang mendeteksi tentang ada atau tidaknya multicollinierity juga cukup bagus yaitu berkisar antara 1,000 ? 1,047 jauh dibawah 5.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah rasio keuangan dapat dipergunakan untuk memprediksi imbal hasil saham dimasa yang akan datang walaupun R Square dibawah 50%, Para investor dapat menggunakan rasio keuangan terutama EPS dan PER sebagai salah satu alat untuk mendukung pengambilan keputusan investasi di BEJ pada saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan bagi para pengusaha harus Iebih melaksanakan efisiensi dalam operasional perusahaannya sehingga memperoleh positif earnings yang dapat dipergunakan untuk menutup semua kewajiban-kewajibannya dan meningkatkan performancenya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library