Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Rosdiana
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S29700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prinindita AD
Abstrak :
Obat obatan tradisional sering digunakan oleh masyarakat Indonesia karena harganya yang terjangkau dan bisa menyembuhkan penyakit Biji dari Amomum cardamomum kapulaga adalah salah satu contoh dari obat tradisional yang dipakai sebagai bumbu pada beberapa masakan tertentu Riset ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan alkaloid dan saponin pada ekstrak Amomum cardamomum Pertama tama ekstrak biji Amomum cardamomum dibuat dengan cara direbus Lalu alkaloid dan saponin diidentifikasi secara kualitatif menggunakan tes kimia thin layer chromatography TLC dan spektrofotometri Hasil dari tes kimia menunjukkan bahwa ekstrak biji Amomum cardamomum tidak mengandung alkaloid dan saponin TLC dan spektrofotometri juga menunjukkan hasil negatif Namun kandungan minyak atsiri ditemukan di ekstrak biji Amomum cardamomum pada tes spektrofotometri Kesimpulannya adalah alkaloid dan saponin tidak terdapat pada ekstrak biji Amomum cardamomum tetapi minyak atsiri terdapat pada ekstrak biji Amomum cardamomum Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi kandungan alkaloid saponin dan minyak atsiri pada bagian lain dari tanaman Amomum cardamomum. ...... Traditional medicine frequently used as an alternative medicine by Indonesian citizens due to low-cost and have a healing effect. Amomum cardamomum (cardamom) seed is one of the example of traditional medicine which is used as spice in certain cuisines. This research aims to identify alkaloid and saponin compounds in Amomum cardamomum seed extract. Initially, Amomum cardamomum seed extract was made by boiling technique. Then, alkaloid and saponin compounds were identified qualitatively by using chemical test, thin layer chromatography (TLC) and spectrophotometry. The end result was chemical test showed that there were no alkaloid and saponin compounds in Amomum cardamomum seed extract. Negative result was also shown in Thin Layer Chromatography (TLC) dan spectrophotometry tests. However, in spectrophotometry test, volatile oil was contained in Amomum cardamomum seed extract. In conclusion, alkaloid and saponin compounds were not contained in Amomum cardamomum seed extract while volatile oil was present. Further research is required to investigate the presence of alkaloid, saponin and volatile oil in other parts of Amomum cardamomum plant
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Hasanah
Abstrak :
Komposit batu apung-TiO2 dan komposit batu apung-biofilm digunakan untuk mengeliminasi fenol dalam fotobioreaktor. Komposit dikarakterisasi dengan FTIR dan SEM. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa komposit batu apung-biofilm terbentuk dengan baik menggunakan metode aerasi sedangkan komposit batu apung-TiO2 dapat disintesis dengan metode dip coating. Berdasarkan hasil uji, diperoleh kesimpulan bahwa biofilm yang dibentuk dari konsorsium bakteri memiliki kinerja degradasi yang lebih baik dibandingkan dengan Acinetobacter sp., tetapi tidak lebih baik bila dibandingkan dengan fotodegradasi dan biodegradasi tunggal. Treatment pencucian dan penjemuran sinar matahari merupakan teknik regenerasi yang sesuai untuk mengaktifkan kembali komposit batu apung ?TiO2 yang telah digunakan sedangkan penambahan nutrisi dan inkubasi kembali selama 24 jam tidak meningkatkan kinerja degradasi komposit ? biofilm. ...... Pumice-TiO2 composite and pumice-biofilm composite were used for phenol removal in photobioreactor. The composites were characterized by FTIR and SEM. It shown that the best method to synthesize pumice-biofilm composite is aeration while pumice-TiO2 composite could be synthesized by dip coating. Based of phenol removal experiments result, biofilm from bacteria consortium could remove phenol better than Acinetobacter sp., but worse than single photodegradation or single biodegradation. Washing and drying treatment by using sunlight was an appropriate regeneration technique for pumice-TiO2 composite reactivation whereas nutrition enhancing and reincubating for 24 hours could not improve the degradation performance of pumice-biofilm composite.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Qadarwati
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Octavia Viriyo
Abstrak :
Komposit Multi-Walled Carbon Nanotubes (MWCNT)/Titania telah disintesis untuk mendegradasi fenol sebagai model limbah industri farmasi. Sintesis komposit MWCNT/Titania dilakukan dengan pretreatment asam kepada MWCNT, pengaturan pH larutan dan metode ultrasonikasi. Sampel dikarakterisasi dengan FE-SEM/EDX, XRD dan UV-Vis DRS. Hasil karakterisasi FE-SEM/EDX, XRD dan UV-Vis DRS menunjukkan bentuk komposit yang homogen dengan kristal fasa anatase dan rutile yang berukuran 14 nm dan 15 nm serta tingkat celah energi sebesar 3,05 eV. pH pengkompositan MWCNT/Titania optimum untuk mendegradasi fenol adalah pH 3. Komposisi MWCNT optimum dengan aktivitas fotokatalis tinggi yaitu 3% berat. Komposit MWCNT/TiO2 mampu mendegradasi senyawa fenol hingga 100% setelah 4 jam pengujian. ...... Multi-Walled Carbon Nanotubes (MWCNT)/Titania composite have been synthesized to degrade phenol as a model of the pharmaceutical industry waste. Synthesis of Composite MWCNT/Titania performed with acid pretreatment of MWCNT, solution pH adjustment and ultrasonication. The samples were characterized by FE-SEM/EDX, XRD and UV-Vis DRS. The results of the characterization of FE-SEM/EDX, XRD and UV-Vis DRS showed a homogeneous composite form with crystalline anatase and rutile phase measuring 14 nm and 15 nm as well as the energy band-gap of 3.05 eV. pH optimum composite MWCNT/Titania to degrade phenol is pH 3. Composition optimum MWCNT with high photocatalytic activity of 3% by weight. MWCNT/TiO2 composite able to degradate phenol up to 100% after 4 hours of testing.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joesri Djamaloeddin
Abstrak :
ABSTRAK Berbagai cara untuk mengetahui derajat keterpaparan uap benzene yang dapat mengganggu kesehatan manusia, salah satunya adalah dengan kadar fenol dalam urine sebagai indikator, terutama pada para pekerja yang sehari harinya kontak dengan bahan ini. Penelitian dengan pendekatan cross sectional ini, bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana keterpaparan fenol dalam uap benzene. Hasil wawancara dan pemeriksaan kadar fenol dalam urine di laboratorium FKM Ul terhadap 57 responden yang bekerja di SUPPDN Pertamina Palembang, Balik Papan, Semarang dan Surabaya menunjukkan kadar urine rata-rata 9,333 mg/liter. Kisaran yang didapat terendah 1,354 mg/liter, tertinggi 61,351. Dari nilai ini diketahui bahwa 43 orang (75,4%) kadar fenolnya dibawah 10 mg/liter masih dalam batas normal, dan 14 orang (24,6 %) diatas l0 mg/liter dianggap sudah terkena pemaparan uap benzene. HasiI analisis bivariat, dari 5 variabel yang dijadikan model, hanya 2 variabel yang bermakna yaitu lama kerja dengan kadar fenol dalam urine (p=0,000) dan penggunaan alat pelindung dengan kadar fenol dalam urine (p=0,000). Analisa multivariat dari ketiga variabel yang menjadi model tidak ada satupun menunjukkan hasil yang bcrmakna p hitung > p=0,05. Studi ini membuktikan bahwa ada perbedaan lama kerja dan penggunaan alat pelindung faktor yang dapat mengurangi pemaparan para pekerja dari uap benzene. Maka sebagai saran untuk mengantisipasi terhadap pemaparan uap benzene yang berbahaya ini perlu dilakukan usaha antara lain, memindahkan karyawan yang telah bekerja lebih dari 5 tahun ketempat lain, untuk memulihkan kesehatannya kembali. Penggunaan alat-alat pelindung dengan baik dan benar secara lengkap ketika sedang bekerja dan mengganti alat alat pelindung yang sudah tidak layak digunakan. Pemeriksaan kesehatan secara berkala pada karyawan untuk mencegah terjadi kelainan dan penyakit akibat pemaparan benzene serta pemantauan kadar benzene dalam udara ditempat kerja minimal 3 bulan sekali.
ABSTRACT There are various ways to detect benzene vapor exposure that jeopardize the human health. One is through indicator to ensure the content of phenol level in urine, especially among employees who have a direct daily contact to this chemical. Research through cross sectional approach is targeting to detect how far their (employees) exposure of benzene vapor. Interview and checking phenol content In urine of 57 respondents working at the SUPPDN Pertamina Palembang, Balikpapan, Semarang and Surabaya at the laboratory of FKM UI shows that the average phenol content is 9.333 mg/liter. The lowest content is 1.354 mg/liter and the highest 61.351 mg/liter. It is detected that phenol content of 43 people (75.4%) is under 10 mg/liter and below the normal limit, and 14 others (24.6%) above 10 mg/liter and considered exposed to benzene vapor. Bivariate analysis shows that there are only 2 from 4 model variables which are meaningful. I.e. working period and phenol content in urine (df 1 p=0.000) and the use of protecting tools with phenol content in urine (df 1 p=0.000). Multivariates analysis of the 3 variables shows no meaningful result of p count > p=0,05. The study proves that the difference of working period and using the protecting instruments can reduce the exposure of employees toward benzene vapor. To anticipate the exposure of hazardous benzene vapor, we suggest to do several acts such as: relocating employees who have been working for 5 years to another locations to get them recovered; utilizing protecting Instruments well when working and replacing the damaged or out of date ones; regular general check-up to prevent abnormality and sickness caused by benzene level: and monitoring of benzene content in working area per 3 months minimally.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Setyadarma Yuwanto
Abstrak :
Dalam penelitian ini dilakukan penggabungan dua metode Proses Oksidasi Lanjut yaitu metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika dengan menggunakan pelat berlubang untuk Pengolahan limbah fenol sintetik. Penggabungan dua metode ini bertujuan untuk melihat seberapa signifikan pengaruh penggabungan kedua metode ini dibandingkan dengan kedua metode tersebut diaplikasikan secara terpisah. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan tiga variasi proses yaitu metode ozonasi, kavitasi hidrodinamika, dan gabungan keduanya. Selain itu, dilakukan pula variasi terhadap laju alir sirkulasi, dosis ozon, dan pH untuk mendapatkan kondisi yang optimal dalam penyisihan limbah fenol. Pada penelitian ini terbukti bahwa penyisihan fenol dengan metode gabungan teknik ozonasi dan kavitasi hidrodinamika menggunakan pelat berlubang dengan kondisi operasi laju alir sirkulasi terbaik yaitu 6 LPM, dosis ozon dengan dua ozonator, dan pH tinggi meghasilkan persentase penyisihan yang lebih baik mencapai 81,4 % dibandingkan dengan metode ozonasi sebesar 69,8 %, dan kavitasi hidrodinamika sebesar 22,1 %.
In this research, carried out the merger of two Advanced Oxidation Process methods, namely ozonation technique and hydrodynamic cavitation by using orifice plate to degrade synthetic phenol. This combination method is carried out to see how significant the effect of the merger of these two methods compared with both methods applied separately. To achieve that purpose, carried out three variations of the process, there are ozonation technique, hydrodynamic cavitation, dan merger of both method. Moreover, also conducted a variation of the flow rate of circulation, ozone dosage, and pH to obtain optimal operating conditions in the phenol waste treatment. Proven in this research that phenol degradation using the combination method of ozonation technique and hydrodynamic cavitation using orifice plate with operating conditions of 6 LPM circulation flow rate, two source of ozone, and basic environment produces better result reaching to 81,4 % phenol degraded compared to ozonation technique 69,8 %, and hydrodynamic cavitation 22,1 %.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64324
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Suriya
Abstrak :
Ruang lingkup: Benzena, bahan kimia yang berdampak negatif terhadap kesehatan dalam jangka panjang, pada saat ini masih banyak digunakan di industri percetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, pendidikan, status kawin, masa kerja, kebiasaan merokok dan lokasi kerja di lingkungan terpajan benzena dengan tingginya fenol urin. Metodologi: Penelitian ini menggunakan disain krosseksional dan melakukan perhitungan Odd Ratio ( OR ), untuk itu digunakan metode kasus-kontrol. Sebanyak 65 subjek penelitian didapat yang terdiri atas 32 dari lingkungan kerja terpajan tinggi dan 33 dari lingkungan kerja terpajan rendah. Data diperoleh dengan Cara wawancara terstruktur, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan sampel urin yang dikumpulkan setelah 8 jam kerja. Hasil penelitian: Kadar uap benzena di lingkungan kerja terpajan tinggi lima kali lebih tinggi dari NAB yang ditetapkan, sedangkan di lingkungan kerja terpajan rendah < 1/10 NAB. Penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan bermakna ( p = 0,485 ) antara pajanan uap benzena dengan peningkatan kadar fenol urin. Hanya dua responden dari kelompok terpajan rendah mempunyai kadar normal fenol urin. Kesimpulan: Tidak terbukti adanya hubungan yang bermakna antara peningkatan kadar fenol urin pekerja di lokasi kerja dengan faktor-faktor umur, pendidikan, status kawin, masa kerja, dan kebiasaan merokok. Pajanan terjadi tidak hanya di lokasi kerja terpajan tinggi tapi juga di lokasi kerja terpajan rendah, Walaupun kadar uap benzena di lingkungan kerja terpajan rendah < 1 ppm , kadar fenol urin pekerja di lokasi tersebut rata-rata di atas normal. Karena tingginya kadar uap benzena di lingkungan kerja, manajemen perusahaan perlu menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Hal ini perlu diperhatikan oleh Hiperkes, Dinas Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan K3 untuk mencegah dan mengurangi dampak negatif jangka panjang pada pekerja di percetakan tersebut.
Analysis of The Relationship of Urinary Phenol With The Exposure of Benzene Volatile on The Workers at a Printing Company in JakartaScope: Benzene, a chemical substance which has long-term negative impacts on health is still widely used in printing industry. The goal of this study is to find the relationship between age, education, marital status, working period, smoking habit and workplace at the environment exposed to benzene with the increase of urinary phenol. Methodology: This study used cross sectional design. Since Odd Ratio (OR) was also calculated, case-control method had been used. A total number of 65 respondents consisting of 32 workers worked at high-exposed workplace and of 33 workers worked at low-exposed workplace. The data were obtained from structured interview, physical examination and test of urine collected after 8 working-hours. Results: Benzene volatile at the high-exposed workplace is fivefold higher than TLV (threshold limit value), meanwhile at the low-exposed one is less than 1110 of TLV. This study did not find a significant relationship ( p = 0,485 ) between exposure of benzene volatile with the increase of urinary phenol. Only two respondens of low-exposed workplace have normal urinary phenol Conclusion: No relationship was found between the increase of urinary phenol with workplace and all those factors mentioned above. The exposure happened not only at high-exposed but also low-exposed workplace. Although the benzene-volatile at low-exposed workplace is less than 1 ppm, the average of workers' urinary phenol is above normal ( 28,39 mg/1) Due to high exposure of benzene volatile at workplace, the management of this printing industry should apply the Occupational Health and Safety. This should also be noticed by the Industry Hygiene and Occupational Health, Health Service, Departement of Workers, Departement of Health, Departement of Industry and Trade and Occupational Health and Safety to prevent and decrease long-term negative impacts on workers at this company.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T12384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Djunaedi
Abstrak :
Benzena merupakan bahan kimia yang masih diperlukan di berbagai industri, tetapi mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan pekerjanya walaupun proses terjadinya dalam jangka waktu lama, dapat berakibat fatal. Dampak ini dapat diperkecil dengan melakukan pemantauan lingkungan kerja terpajan benzena dan kesehatan pekerjanya secara teratur. Penelitian mengenai akibat pajanan benzena di lingkungan kerja masih sedikit dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan akibat pajanan benzena, yaitu hubungan antara kadar fenol urin dan kelainan darah di lingkungan kerja terpajan, hubungan antara lama keira di lingkungan kerja terpajan benzena dengan kadar fenol urin dan kelainan darah serta faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan di suatu pabrik cat di Jakarta. Parameter yang dipakai pada penelitian ini adalah kadar fenol aria, parameter darah (hemoglobin, leukosit, trombosit, retikulosit, eritrosit, hernatokrit, MCV, MCH, MCHC, hitting jenis leukosit). Penelitian ini menggunakan desain pendekatan kros seksional, menjaring data melalui waarancara terstruktur, pemeriksaan fisik, pemeriksaan sampel urin dan darah terhadap 128 subjek penelitian yang terdiri dari 64 subjek penelitian di lingkungan kerja terpajan tinggi dan 64 subjek penelitian di lingkungan kerja terpajan rendah. Kesimpulan dan saran: Kadar uap benzena di lingkungan kerja terpajan tinggi melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan (NAB 25 ppm). Peningkatan kadar fenol urin pada pekerja di lingkungan terpajan tinggi lebih besar dari lingkungan terpajan rendah (p = 0,003), serta meningkat dengan pertambahan lama kerja. Pemeriksaan darah menunjukkan kecenderungan penularan jumlah retikulosit pada pekerja di lingkungan kerja terpajan tinggi 17 x dibandingkan dengan lingkungan kerja terpajan rendah (p = 0,01, OR 16,89, CI = 1,71 - 166,73) dan terdapat hubungan antara rata-rata retikulosit dengan lama kerja. Juga terdapat hubungan bermakna antara peningkatan jumlah rata-rata leukosit (p = 0,055), peningkatan jumlah rata-rata basofil (mann Whitney p = 0,02) dan peningkatan jumlah tenaga kerja dengan limfosit atipik dengan pajanan benzena (OR = 7,19, CI = 3,39 - 15,24). Faktor risiko yang berpengaruh pada penelitian ini adalah umur di atas 40 tahun dan lama kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar pemantauan lingkungan terpajan benzena dilakukan secara teratur tiap 6 bulan dengan memperhatikan sistim produksi, ventilasi dan tata letak ruang. Perlu dilakukan pemeriksaan pekerja yang akan bekerja di lingkungan kerja terpajan benzena (pra kerja), yang sedang bekerja di lingkungan terpajan benzena (berkala dan khusus) yang terdiri atas pemeriksaan kadar fenol urin dan pemeriksaan laboratorium darah (hemoglobin, leukosit, trombosit dan retikulosit), serta diberikan penyuluhan tentang bahaya bekerja di lingkungan terpajan benzena, dan cara pemakaian masker yang baik dan tepat. Pemakaian metode kolorimetri untuk pemeriksaan kadar fenol urin. Pemeriksaan diperketat pada pekerja di atas 40 tahun dan kadar fenol urin di atas 40 mg/liter. Penatalaksanaan pajanan terhadap benzena perlu di standarisasikan. Perlu dikembangkan kerjasama Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian & Perdagangan dan lembaga pendidikan (Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pascasarjana Universitas Indonesia atau lembaga pendidikan terkait) dalarn menetapkan parameter yang lepat untuk digunakan dalam pemantauan lingkungan kerja terpajan benzena serta memantau dampak negatifnya. ...... Methods and Materials: Benzene is still required in many industries, but this chemical has negative impact towards workers' health, especially over long periods of exposure, it can be fatal. This hazard can be prevented by monitoring regularly, both exposure area and the workers' health. The study on this topic in Indonesia is still rare up to now. The aims of this study are to search for benzene exposure disorders, the correlation between urine phenol level, and haematologic disorders, hazard, risk factors in the work place environment and time factor. This study was conducted at a paint factory in Jakarta. The parameters used in this study are phenol level in urine, haematologic examinations (haemoglobin, leucocyte, trombocyt, reticulocyt, erythrocyte, haematocrit, MCV. MCH, MCHC, differential count). The design of this study was cross sectional. Data were collected by interview, physical examination; urine and blood examinations of 128 subjects consisting of 64 subjects in a high exposure area and 64 subjects in a low exposure area. Results and Conclusion: Benzene vapor level in high exposure area is higher than the permissible threshold limit value (NAB 25 ppm). Phenol level in urine of workers in high exposure area are higher than workers in low exposure area (p = 0,003) and this increase coincided with the duration of work The results of haematological examination showed 17 x decreasing tendency of the reticulocyt count of workers in the higher exposure than workers in low exposure (p = 0,01, OR = 16,89, CI = 1,71 - 166,73) and this low reticulocyt count has significant correlations with the duration of work It also correlates significantly with increasing mean leucocyt count (p = 0,055), mean basophyl count (mann-whitney p = 0,02) and atypic lymphocyt count (OR = 7,19, CI = 3,39 - 15,24). The risk factors in this study include, more than 40 years old workers and long duration of exposure time. Based on the results of this study, I suggest the establishment of a standard benzene exposure management and monitoring of benzene exposure area unit The monitoring should be carried out every 6 months regularly. Attention should be directed to the production system, room ventilation and workplace design. Pre-employment, and periodical examination of workers, especially for urine phenol level examination should be carried out, as well as haematologic examinations (hemoglobin, leucocyt, thrombocyt and reticulocyt). Communication, information, education on the danger of benzene exposure and the correct manner of mask usage should be the important task in this management. This study was carried out by using colorimetric method for the examination of urine phenol. The examinations are restricted to more than 40 years old workers and more than 40 mg/liter phenol level in urine. A cooperation among Occupational Department, Health Department, Industry and Trade Department and other Institutions (Occupational Health & Safety, University of Indonesia or other relevant institutes) should draw up correct parameters and regulations for monitoring benzene vapor and hazards in work environments.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Fahri Wibowo
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk menilai kinerja kombinasi ozon (O3), O3+TiO2, dan O3+UV-Vis dalam mengolah limbah cair fenol dalam bentuk tingkat toksisitas dari limbah sisa yang dihasilkan dengan mengacu pada hasil penelitian dari Gimeno et al tahun 2005. Senyawa antara yang ditinjau adalah katekol, hidrokuinon, dan benzokuinon yang dibuat secara sintetik terhadap biota uji Daphnia magna. Data dianalisis uji ANOVA dilanjutkan uji Probit menggunakan Minitab 14 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Berdasarkan LC50 24 jam (aliran statis), senyawa hidrokuinon diketahui lebih toksik dikuti dengan benzokuinon > katekol > fenol. Kadar toksisitas setiap limbah sisa meningkat lebih toksik dari senyawa awalnya karena adanya pengaruh senyawa intermediet yang bersifat aditif terhadap fenol. Ditinjau dari nilai toksisitasnya, penyisihan fenol dengan metode ozon+UV/Vis menghasilkan limbah sisa dengan toksisitas paling rendah dibandingkan dengan metode ozon+TiO2 dan metode ozon tunggal. Limbah sisa metode ozon+TiO2 lebih toksik dari metode ozon tunggal hanya pada saat waktu penyisihan 20 menit karena pengaruh konsentrasi fenol dan senyawa antaranya yang lebih tinggi
ABSTRACT
This study was conducted to assess the performance of the combination of ozone (O3), O3+TiO2, and O3+UV-Vis in phenol wastewater treatment. The form of phenol residual waste is generated by referring to the results of Gimeno et al, 2005. The intermediate compounds are catechol, hydroquinone, and benzoquinone made synthetically to tested with Daphnia magna as bioassay. Data were analyzed by ANOVA followed by Probit Analisys using Minitab 14 with a significance level α = 0.05. Based on a 24-hour LC50 (static flow), the most toxic compounds known is hydroquinone followed by benzokuinon> catechol> phenol. The effluent toxicity levels increased than initial compounds because of the influence of intermediate compounds that are additive to the phenol. Based on the value of Toxicant Unit (TU), the effluent of O3+UV-Vis method is less toxic than O3+TiO2method and followed by single ozone method. Effluent from O3+TiO2 method slightly more toxic than the single ozone method only at 20 minutes due to the influence of the higher phenol and intermediate compounds concentrations.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>