Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Poety Hikmawati
"ABSTRAK
Fitoremediasi merupakan salah satu alternatif pengolahan air limbah yang menggunakan tanaman dengan sistem lahan basah sebagai pengolahannya. Penelitian fitoremediasi ini menggunakan vegetasi Vetiveria zizanioides dimana telah diketahui kemampuannya dalam pengolahan air limbah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan akar wangi dalam menurunkan kadar Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), (Total Suspended Solid) TSS, Ammonia, Nitrat, Fosfat setelah melalui bak lahan basah. Penelitian ini menggunakan dua buah reaktor dengan kerapatan tanaman yang berbeda yakni Reaktor A (15 rumpun/m2) dan Reaktor B (18 rumpun/m2) dengan air limbah yang digunakan berasal dari Asrama Mahasiswa UI Depok. Dengan menggunakan waktu tinggal kelipatan 8 jam maka efisiensi rata-rata pada Reaktor A untuk BOD sebesar 78,89%, COD 87,63%, TSS 93,06%, ammonia 90,39%, nitrat 88,50%, dan untuk fosfat 99,07% sedangkan pada Reaktor B efisiensi rata-rata BOD sebesar 89,55%, COD 90,12%, TSS 96,96%, ammonia 95,30%, nitrat 93,79%, dan untuk fosfat 99,39%.

ABSTRACT
Phytoremediation is an alternative wastewater treatment plants that use the wetland as a processing system. The phytoremediation research using Vetiveria zizanioides vegetation which has been known ability in wastewater treatment. The purpose of this study was to determine the level of efficiency of the use of vetiver in lowering levels of Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), (Total Suspended Solid) TSS, Ammonia, Nitrate, Phosphate after wetland basin . This study uses two reactors with different plant densities namely reactor A (15 rumpun/m2) and reactor B (18 rumpun/m2) with waste water used comes from Student UI Dormitory. By using multiple 8 hour detention time then the average efficiency in Reactor A for BOD of 78.89%, 87.63% COD, TSS 93.06%, 90.39% ammonia, nitrate 88.50 %, and for phosphate 99.07% and Reactor B, BOD average efficiency of 89.55%, 90.12% COD, TSS 96.96%, 95.30% ammonia, nitrate 93.79%, and 99.39 % for phosphate."
2014
S53802
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihutami Rista Hermawati
"Rencana Pengembangan Lapangan Migas Terbatas di Blok Tonga oleh PT. Energi Mega Persada Tonga menyebabkan penambahan produksi minyak bumi menjadi1.700 barel minyak per hari. Meningkatnya produksi minyak bumi akan diikuti oleh jumlah produced water yang semakin besar pula mencapai 4.000 barel air per hari. Oleh karena itu, muncul pilihan untuk mendaur ulang produced water menjadi air bersih yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan nonpotable operasional lapangan seperti flushing toilet, pengairan taman, pencucian alat dan kendaraan. Berdasarkan uji laboratorium dan analisis data sekunder (untuk parameter BOD) didapatkan kualitas produced water dari unit pengolahan eksisting sebagai berikut : BOD 39,46 mg/L ; COD 48 mg/L ; TSS 15 mg/L; TDS 84,1 mg/L; Ammonia 0,06 mg/L ; Phenol < 0,001 mg/L; Sulfida 0,01 mg/L; Pb < 0,023 mg/L; Zn < 0,006 mg/L; Cu < 0,006 mg/L; serta minyak dan lemak sebesar < 1,13 mg/L. Alternatif teknologi daur ulang yang dianalisis meliputi pengolahan dengan chemical precipitation, pengolahan membran dengan reverse osmosis, dan pengolahan biologis dengan fitoremediasi wetland menggunakan tanaman akar wangi. Target kualitas air daur ulang mengacu pada Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 peruntukkan air kelas 2. Pemilihan teknologi pengolahan lanjutan produced water dilakukan dengan metode pembobotan yang memperhitungkan parameter removal kontaminan dan biaya, serta mempertimbangkan luasan lahan yang diperlukan dan dampak lingkungan. Dari perhitungan yang dilakukan, unit pengolahan lanjutan yang terpilih adalah fitoremediasi wetland menggunakan tanaman akar wangi. Melalui pengolahan tersebut, didapatkan kualitas efluen berupa BOD 2,34 mg/L ; COD 4,8 mg/L ; TSS 1,5 mg/L; TDS 84,1 mg/L; Ammonia 0,06 mg/L ; Phenol 0,0007 mg/L; Sulfida 0,002 mg/L; Pb 0,0067 mg/L;Zn 0,0006 mg/L; Cu 0,0006 mg/L; serta minyak dan lemak sebesar 0,098 mg/L.Total biaya investasi awal yang diperlukan sebesar Rp 1.320.855.290,00.

Development Plan of Oil & gas Limited Block in Tonga by PT Energy Mega Persada Tonga will cause the additional of petroleum production up to 1.700 barrels of oil per day. The increased petroleum production will be followed by the number of produced water which are getting bigger too until reached 4.000 barrels of water per day. Therefore, it appears the option to recycle produced water into clean water that can be used for the needs of the operational field as nonpotable needs, as flushing toilets, watering the garden, and also washing equipment and vehicles. Based on laboratory tests and analysis of secondary data (for parameters BOD), the quality of produced water from the existing processing units as follows: BOD 39,46 mg/L; COD 48 mg/L; TSS 15 mg/L; TDS 84,1 mg/L; Ammonia 0.06 mg/L; Phenols < 0,001 mg/L; Sulfide 0,01 mg/L; Pb < 0,023 mg/L;Zn < 0,006 mg/L; Cu < 0,006 mg/L; and oil and grase < 1,13 mg/L. Alternative recycling technology which is analyzed covers chemical precipitation, reverse osmosis, and wetland plant use V. zizanioides. The target of the quality of water recycling are referenced to PP No.82/2001 designated class 2 water. Selection of advanced processing technology produced water is done by weighting method that takes into account parameters of contaminant removal and costs, as well as considering the land area required and the environmental impact. From the calculation, the advanced processing unit selected is phytoremediation wetland by plants Vetiver. Through the treatment, effluent quality is obtained in the form of BOD 2,34 mg/L ; COD 4,8 mg/L ; TSS 1,5 mg/L; TDS 84,1 mg/L; Ammonia 0,06 mg/L ; Phenol 0,0007 mg/L; Sulfida 0,002 mg/L; Pb 0,0067 mg/L;Zn 0,0006 mg/L; Cu 0,0006 mg/L; also oil and grase 0,098 mg/L. The total cost of the initial investment required of Rp 1.320.855.290.00."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Ratnasari
"Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tumbuhan air tawar yang berpotensi dijadikan biofilter padatan tersuspensi dalam air. Eceng gondok termasuk tanaman hiperakumulator karena kemampuannya dalam mengakumulasi logam terlarut dalam perairan. Kemampuan tersebut memungkinkan eceng gondok dijadikan sebagai tanaman fitoremediasi. Penelitian terdiri dari tiga kelompok, yaitu eceng gondok sebagai biofilter padatan tersuspensi, penentuan titik jenuh pengikatan padatan tersuspensi oleh akar eceng gondok dan fitoremediasi logam Cu, Cd, Pb, dan Zn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eceng gondok dapat digunakan sebagai biofilter padatan tersuspensi dan agen fitoremediasi Cu, Cd, Pb dan Zn dalam waktu lebih dari 7 hari.

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is a freshwater plant that has potential as bio-filter of suspended solid in the water. Water hyacinth is one of the hyper-accumulator plants because of its ability to accumulate metals dissolved in water. Such capability can be used as phytoremediation plant. The study consisted of three groups, namely water hyacinth as a bio-filter of suspended solid, determining point of saturation binding suspended solid by its roots and phytoremediation of Cu, Cd, Pb, and Zn. The results showed that water hyacinth can be used as a bio-filter of suspended solid and phytoremediation agent of Cu, Cd, Pb and Zn in more than 7 days."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erikha Maurizka Mayzarah
"ABSTRAK
Masalah utama pada penelitian ini adalah penggunaan metode koagulasi membutuhkan biaya yang sangat besar dan koagulan yang berbahan kimia dapat menimbulkan efek jangka panjang, sehingga memerlukan metode pengolahan air limbah yang lebih ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat efisiensi metode koagulasi yang telah dilakukan PT. Vale Indonesia, menganalisis tingkat efisiensi metode fitoremediasi untuk mengurangi kandungan kromium heksavalen, dan menganalisis persepsi stakeholders terkait metode fitoremediasi. Metode analisis tingkat efisiensi digunakan untuk menentukan tingkat efisiensi metode koagulasi dan fitoremediasi, Analisis untuk menentukan pengaruh berat tanaman kayu apu Pistia stratiotes terhadap tingkat efisiensi penyisihan kromium heksavalen, dan analisis ANOVA two ways untuk mengetahui pengaruh dari sumber tanaman dan HRT terhadap efisiensi fitoremediasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi metode koagulasi pada tahun 2017 sebesar 95 . Tingkat efisiensi metode fitoremediasi skala batch sebesar 60-100 dengan variasi konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 5 ppm, dan 7 ppm. tingkat efisiensi metode fitoremediasi skala kontinyu 27-30 dengan HRT 1,5 jam, 2 jam, 3 jam dan sumber tanaman D-Lagoon. Persepsi stakeholders mengungkapkan metode fitoremediasi mampu memberikan manfaat pada aspek triple bottom lines pada waktu jangka panjang. Kesimpulannya adalah penggunaan Tanaman Kayu Apu sebagai fitoremediator berpotensi dalam mereduksi kromium heksavalen.

ABSTRACT
The main problem is research is the use of coagulation methods requires many costs and chemical coagulants can have long term effects that require more ecofriendly methods of wastewater treatment. This study aims to analyze the efficiency level of coagulation method that has been done by PT. Vale Indonesia, analyzed the efficiency of phytoremediation methods to reduce hexavalent chromium content, and analyzed stakeholder perceptions regarding phytoremediation methods. Efficiency level analysis method was used to determine the efficiency level of coagulation and phytoremediation method, Analysis to determine the influence of weight of water lettuce Pistia stratiotes on the efficiency level of hexavalent chromium removal, and ANOVA two ways analysis to determine the effect of plant source and HRT on phytoremediation efficiency. This study shows that the efficiency level of coagulation method in 2017 is 95 . The efficiency level of batch scale phytoremediation method is 60 100 with concentration variation of 0.5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 5 ppm and 7 ppm. Efficiency level of continuous scale phytoremediation method 27 30 with HRT 1.5 hours, 2 hours, 3 hours and source of D Lagoon plant. Stakeholders 39 perceptions reveal phytoremediation methods capable of providing benefits to long term aspects of triple bottom lines. The use of P. stratiotes as a phytoremediator shows potential in removing hexavalent chromium. "
[, ]: 2018
T51008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magfira Rilaningrum
"Untuk mengurangi pengeluaran impor BBM serta meningkatkan produksi minyak nasional, pemerintah melakukan pembukaan wilayah kerja dan eksplorasi migas secara masif. Semakin tinggi dan maraknya aktivitas pada industri migas, akan memiliki dampak negatif di lingkungan, termasuk didalamnya polusi tumpahan minyak di tanah. Polusi ini dapat mempengaruhi kualitas lingkungan serta penurunan tingkat kesehatan, ekonomi, dan sosial masyarakat yang terdampak. Beberapa metode telah dilakukan dalam hal penanggulangan tumpahan minyak  dan metode yang paling ramah lingkungan adalah bioremediasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis efektivitas bioremediasi untuk mendegradasi tumpahan minyak di tanah, menganalisis jenis bioremediasi yang paling efektif serta mengevaluasi kendala dalam mengimplementasi bioremediasi di lapangan. Penelitian ini menggunakan metode sequential explanatory dengan menggabungkan data yang didapatkan dari hasil uji coba laboratorium dan wawancara. Berdasarkan penelitian, bioremediasi berhasil dalam menurunkan kandungan hidrokarbon dalam tanah dengan tingkat efektivitas penurunan lebih dari 70%. Efektivitas tertinggi didapat pada bioremediasi jenis fitoremediasi yang merupakan kombinasi antara Tanaman Vetiver, bakteri K4, dan Mikoriza. Secara skala laboratorium, bioremediasi dinilai efektif untuk mendegradasi kandungan hidrokarbon, tetapi secara praktikal di lapangan, bioremediasi dinilai tidak efektif karena memiliki kekurangan pada waktu pengerjaan dan langkah pengerjaan dinilai tidak praktis. Menurut Expert judgement, Sikap pemerintah pada kasus bioremediasi yang menimpa PT. Chevron membuat pengembangan dan implementasi bioremediasi di Indonesia terhambat karena pihak perusahaan minyak dan gas enggan untuk menggunakan metode bioremediasi untuk menghindar atau mengantisipasi masalah seperti yang dialami PT. Chevron. Diharapkan pemerintah mengkaji ulang peraturan-peraturan mengenai penanggulangan oil spills dan lebih aktif dalam memotivasi pihak-pihak terkait terutama oil company dan kontraktor untuk melakukan penelitian dan pengembangan untuk bioremediasi.

To reduce spending on fuel imports and increase national oil production, the government is opening massive oil and gas exploration and work areas. The higher and increasing activity in the oil and gas industry, will have a negative impact on the environment, including pollution of oil spills on the ground. This pollution can affect environmental quality and decrease the health, economic and social level of the affected people. Several methods have been carried out in handling oil spills and the most environmentally friendly method is bioremediation. The purpose of this study is to analyze the effectiveness of bioremediation to degrade oil spills on land, analyze the most effective types of bioremediation and evaluate the obstacles in implementing bioremediation in the field. This study uses a sequential explanatory method by combining data obtained from the results of laboratory trials and interviews. Based on research, bioremediation was successful in reducing the hydrocarbon content in the soil with a reduction in effectiveness of more than 70%. The highest effectiveness was obtained in the type of phytoremediation bioremediation which is a combination of Vetiver, K4, and Mycorrhizae. On a laboratory scale, bioremediation is considered effective to degrade hydrocarbon content, but practically in the field, bioremediation is considered ineffective because it has shortages at the time of processing and the work steps are considered impractical. According to the Expert judgment, the government's attitude in the bioremediation case that befell PT. Chevron made the development and implementation of bioremediation in Indonesia hampered because the oil and gas companies were reluctant to use the bioremediation method to avoid or anticipate problems such as those experienced by PT. Chevron. It is expected that the government will review the regulations concerning the prevention of oil spills and be more active in motivating the relevant parties, especially oil companies and contractors to conduct research and development for bioremediation."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T53223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Kyla Izzani Putri
"Lindi yang mengandung logam berat, merupakan permasalahan yang berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat. Fasilitas pengolahan lindi di TPA Cipayung sudah tidak beroperasi sejak 2019, sehingga lindi langsung mengalir ke Sungai Pesanggrahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik lindi, jenis tanaman, potensi fitoremediasi, serta risiko pencemaran Mn dan Pb terhadap masyarakat. Lindi TPA Cipayung mempunyai konsentrasi Mn 4,38 mg/l dan Pb 4,92 mg/l. Penelitian dilakukan dengan metode Range Finding Test/RFT (50%) dan dilanjutkan metode fitoremediasi dengan variasi berat tanaman (300 g, 600 g, dan 900 g) serta jenis tanaman (kangkung air/Ipomoea aquatica dan Hydrilla verticillata). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua tanaman mampu mereduksi Mn dan Pb dengan penurunan terbaik pada kangkung air 900 g sebesar 0,46 mg/l Mn dan 0,73 mg/l Pb serta Hydrilla verticillata 300 g sebesar 0,36 mg/l Mn dan 1,4 mg/l Pb. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa berat tanaman berkorelasi lemah (r=0,392; 0,012) dan tidak signifikan (sig.=0,058; 0,955), sementara jenis tanaman berkorelasi kuat (r=-0,819; -0,494) dan signifikan (sig.=0,000; 0,014) terhadap nilai Mn dan Pb. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tingkat risiko yang diterima masyarakat terkategori rendah (HQ<1). Secara keseluruhan, Hydrilla verticillata lebih efektif dalam menurunkan logam Mn dan Pb pada lindi TPA Cipayung.

Leachate that contains heavy metals is harmful to the environment and society. The leachate treatment facility at Cipayung Landfill hasn’t been operating since 2019, so the leachate flows directly into the Pesanggrahan River. This study aims to analyze characteristics of leachate, plant species, phytoremediation potential, and risk of Mn and Pb pollution to human. Leachate of Cipayung Landfill had concentrations of Mn 4,38 mg/l and Pb 4,92 mg/l. This study was conducted using Range Finding Test/RFT (50%) and phytoremediation with variation of weight (300 g, 600 g, and 900 g) and species (Ipomoea aquatica and Hydrilla verticillata). The results showed both plantswere able to reduce heavy metal contaminants with the best reduction of Ipomoea aquatica 900 greduced 0,46 mg/l Mn and 0,73 mg/l Pb, and Hydrilla verticillata 300 greduced 0,36 mg/l Mn and 1,4 mg/l Pb. The statistical analysis indicated that the variation of weight had weak correlation (r=0,392;0,012) and wasn’t statistically significant (sig.=0,058;0,955), while the species showed strong significant (r=-0,819;-0,494) and was statistically significant (sig.=0,000;0,014) to the values of Mn and Pb. The analysis results showed that the impact of risk to human was classified as low (HQ<1). Overall, Hydrilla verticillata was more effective plant in reducing Mn and Pb in the leachate of Cipayung Landfill."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Dara Maylani
"Penelitian mengenai kemampuan Eichhornia crassipes (Mart.) Solms menyerap logam Fe dalam 3 variasi ukuran telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan eceng gondok dalam penyerapan logam Fe, mengetahui nilai faktor biokonsentrasi, dan tranlokasi serta efektivitas eceng gondok dalam mengurangi kadar logam Fe pada perairan berdasarkan variasi ukuran kecil, sedang, dan besar. Penelitian dilakukan agar dapat diimplementasikan pada perairan Situ Agathis Universitas Indonesia yang sudah tercemar oleh logam berat Fe. Penelitian dilakukan selama 14 hari dengan menggunakan 5 individu eceng gondok pada setiap perlakuan. Perlakuan penelitian dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol, kelompok yang diberikan logam FeCl3 5 ppm dan kelompok yang diberikan logam FeCl3 10 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eceng gondok dapat menyerap logam Fe dan dapat mentranslokasikannya dari bagian akar, ke bagian tangkai, dan daun. Eceng gondok berukuran kecil dan sedang paling efektif dalam menyerap logam Fe dengan efektivitas penurunan sebesar 99,98 %. Penyerapan logam Fe tertinggi terjadi pada eceng gondok ukuran kecil dengan perlakuan logam FeCl3 5 ppm yakni berjumlah 20.206,3 ppm

Research on the ability of Eichhornia crassipes (Mart.) Solms to absorb Fe metal in 3 size variations has been carried out. The aim of this study was to determine the ability of water hyacinth to absorb Fe, determine the value of bioconcentration and translocation factors as well as the effectiveness of water hyacinth in reducing Fe metal content in waters based on small, medium and large size variations. The research was conducted so that it could be implemented in the waters of Situ Agathis University of Indonesia which had been contaminated by heavy metal Fe. The study was conducted for 14 days using 5 individual water hyacinths in each treatment. The research treatments were divided into three treatment groups, namely the control group, the group given 5 ppm FeCl3 metal and the group given 10 ppm FeCl3 metal. The results showed that water hyacinth can absorb Fe metal and can translocate it from the roots, to the stalks and leaves. Small and medium water hyacinths were the most effective in absorbing Fe metal with a reduction effectiveness of 99.98%. The highest absorption of Fe metal occurred in small water hyacinths treated with 5 ppm FeCl3 metal, amounting to 20,206.3 ppm"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Putri Sativa
"ABSTRAK
Tumpahan minyak bumi baik pada lingkungan akuatik maupun darat sangat merugikan manusia maupun lingkungan karena senyawa hidrokarbon yang terkandung di dalamnya yang dapat membahayakan ekosistem dan keseimbangan lingkungan serta merupakan senyawa yang karsinogenik bagi manusia dan hewan. Oleh karena itu tindakan remediasi perlu dilakukan, salah satunya adalah dengan metode kombinasi mikroorganisme dan tumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh beberapa perlakuan yang diterapkan terhadap penyisihan kadar TPH dan BTEX serta pengaruhnya terhadap faktor lingkungan dalam proses remediasi. Pada penelitian ini, bioremediasi dilakukan dengan menggunakan 4 perlakuan yang berbeda yaitu pemberian kompos (C), tanaman dan kompos (P), mikroorganisme dan kompos (B), dan tanaman dan mikroorganisme kompos (BP), terhadap tanah dengan kadar minyak 5% dan 10% selama 5 minggu. Dari hasil penelitian, berikut hasil pengujian TPH berturut-turut pada tanah terkontaminasi 5%: 2,10% (C); 1,31% (B); 1,66% (P); dan 0,68% (BP) dan hasil pengujian TPH berturut-turut pada tanah terkontaminasi 10% adalah 3,30% (C); 2,54 (B); 3,91% (P); dan 3,31% (BP). Persentase degradasi TPH tertinggi pada tanah terkontaminasi minyak 5% terdapat pada perlakuan BP yaitu sebesar 87,1%, sementara pada tanah terkontaminasi minyak 10% persentase penyisihan TPH terbesar ada pada perlakuan penambahan bakteri yaitu sebesar 76,19%. Persentase penyisihan BTEX pada perlakuan BP di tanah terkontaminasi minyak 5% sebesar 68,35% persentase penyisihan BTEX pada perlakuan B di tanah terkontaminasi minyak 10% sebesar 84,91%. Berdasarkan uji statistik, baik pada tanah terkontaminasi 5% maupun 10%, degradasi TPH mempengaruhi nilai pH secara signifikan karena p < 0,05 namun degradasi TPH tidak mempengaruhi nilai suhu karena p > 0,05.

ABSTRACT
Oil spills both aquatic and terrestrial environments are very detrimental to people and the environment due to hydrocarbon compounds that contained therein which is not only could be harmful for the balance of the ecosystem and the environment but also carcinogenic to human and animals. Therefore remediation needs to be done, one of the methods is by using combination of microorganisms and plant. The aim of this research are to analyze the influences between several different treatments that are applied for TPH and BTEX removal and the influences on environmental factirs in the process of remediation. In this research, bioremediation held by using 4 different treatment which are: by adding compost (C), plants and compost (P), microorganisms and compost (B), and compost, plants and microorganisms (BP), to soil with oil content of 5% and 10%. The following test results of TPH in soil contaminated with 5% oil content in a row are: 2.10% (C); 1.31% (B); 1.66% (P); and 0.68% (BP) and TPH test results in soil contaminated with oil content 10% in a row are: 3.30% (C); 2.54 (B); 3.91% (P); and 3.31% (BP). The highest percentage of TPH degradation in contaminated soil of 5% oil content found in BP treatment that is equal to 87.1%, while in the contaminated soil of 10% oil content the largest TPH removal percentage is in the treatment of adding bacteria (B) which is 76.19%. BTEX removal percentage in 5% oil contaminated soil in BP treatment is 68.35% while in 10% oil contaminated soil with B treatment is 84.91%. Based on statistical tests, both on contaminated soil with 5% and 10% oil, TPH degradation significantly affect the pH value as p < 0.05 but TPH degradation does not affect temperature values ​​as p > 0.05."
2015
S60054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghulam Fathul Amri
"Perkembangan teknologi yang masif mendorong manusia melakukan eksplorasi sumber daya alam secara besar-besaran. Industrialisasi pun bergeliat dengan penuh harapan mendapatkan keuntungan yang besar. Pertambangan dibuka dimana-mana dengan modal yang sangat besar. Dari semua proses itu akhirnya muncullah limbah berbahaya bernana NORM/TENORM. Di antara limbah itu adalah unsur Radium 226. Diperlukan suatu metode yang ramah lingkungan untuk menyelesaikan permasalahan ini agar tidak menimbulkan masalah baru di kemudian hari. Fitoremediasi sebagai opsi paling ramah lingkungan dipilih dan serangkaian percobaan pun diatur untuk mendapatkan kondisi ideal. Tanaman Dieffenbachia dipilih sebagai kandidat karena memiliki spesifikasi khusus mampu hidup pada media air, tubuhnya yang memiliki kandungan asam sehingga sangat ideal digunakan dalam usaha pengolahan limbah radium 226. Selain itu tanaman ini juga bukan tanaman konsumsi sehingga menutup celah masuknya radionuklida tersebut ke dalam rantai makanan. Tanaman mampu hidup pada pH 3 sd 10. Percobaan dilakukan dengan menggunakan wadah botol dengan media air pH 7 dengan suhu dikontrol pada 28-30oC dan kelembaban 68 % maka didapatkan hasil bahwa tanaman ini mempunyai nilai faktor pindah sebesar 0,38 sehingga termasuk kategori akumulator sedang dan fitoremediator yang baik karena tidak terpengaruh oleh kontaminan. Berdasarkan keadaan tersebut maka tanaman ini bersifat Fitovolatil dan Fitostabilisasi. Reaksi kinetika Radium 226 dengan Dieffenbachia Sp memenuhi orde 2 dengan persamaan y = 1,8268x2 - 9,8389x + 44,975 dan nilai R² = 0,7623. Persamaan kinetika ini bisa digunakan untuk memperkirakan bagaimana kinerja tanaman dalam mendekontaminasi kontaminan yang akan diproses. Untuk mencegah kontaminasi lanjutan maka pengelolaan matrik pascapanen perlu dilakukan dengan cermat dan seksama.

Massive technological developments encourage people to explore natural resources on a large scale. Industrialization is also wriggling about in hopes of gaining sizable profits. Mining is opened everywhere with considerable capitals. From all these processes finally emerged hazardous waste as known as NORM / TENORM. Among those waste is the Radium 226 element. An environmentally friendly method is needed to solve this problem so that it will not cause new problems in the future. Phytoremediation as the most environmentally friendly option was chosen and a series of experiments were arranged in order to obtain ideal conditions. The Dieffenbachia plant was chosen as a candidate because it has special specifications which is capable of living on water media, its body which has an acid content so that it is quite ideal to be used in the waste processing business of radium 226. In addition this plant is also not a consumption plant so that it closes the gap of the entry of that radionuclides into the food chain. This plant is also able to live at pH of 3 to 10. The experiment was carried out using a bottle container with a water medium that has pH of 7 with temperature controlled at 28-30 degrees Celsius and humidity of 68 % the result is that the plant can move contaminants into itself by 38.44 % with details of roots, stems and leaves with a percentage of 15.43%, 13.22% and 9.79% respectively and encouraging contamination evaporation of 57.85%, leaving only pollutants as much as 3.71% from the initial amount. Based on those conditions, this plant is Fitovolatil. The kinetic reaction of Radium 226 with Dieffenbachia Sp is in order of 2 with the equation y = 1.8268x2 - 9.8389x + 44.975 and the value of R² = 0.7623. This kinetic equation needed for predict ability of the plant when process the contaminant to be decontaminated. To prevent further contamination, the management of the post-harvest matrix needs to be carried out carefully and thoroughly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinung Rahardjo
"Penelitian penggunaan rumput laut sebagai fitoremediasi limbah budidaya udang vanamei adalah salah satu upaya untuk mengatasi pencemaran perairan dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan budidaya udang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan 3 jenis rumput laut sebagai kandidat fitoremediasi yaitu: Caulerpa sp, Gracilaria sp dan Eucheuma sp. Tempat pelaksanaan penelitian adalah Kampus Sekolah Tinggi Perikanan desa Karangantu, Kec. Kasemen Kota Serang Propinsi Banten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gracilaria sp memiliki kemampuan biofiltrasi lebih tinggi dibandingkan Caulerpa sp dan Eucheuma sp yaitu kemampuan menyerap limbah organik budidaya udang vanamei baik amonia, nitrit, nitrat dan total bahan organik. Nilai rata-rata tingkat biofiltrasi Gracilaria sp terhadap amonia, nitrit, nitrat dan total bahan organik secara berturut-turut sebesar 36,3 , 20,1 , 30,8 dan 14.
Hasil uji skala lapangan menunjukkan bahwa penggunaan rumput laut juga mampu meningkatkan pertumbuhan udang dan kualitas air budidaya. Rata-rata pertumbuhan udang vanamei mencapai 0,3 g/hari dengan tingkat kelangsungan hidup berk isar antara 75-85 . Produktivitas hasil panen udang vanamei berkisar 3,8-4,5 kg/m2 dengan size 53-63 ekor/kg. Kualitas air selama kegiatan budidaya berada dalam kisaran normal dan jauh lebih baik dibandingkan dengan kualitas air di tambak konvensional. Persepsi masyarakat terhadap teknologi fitoremediasi memiliki nilai cukup baik. Teknologi ini diyakini oleh masyarakat memiliki manfaat secara ekologi, ekonomi dan sosial. Bertambahnya nilai manfaat limbah berdampak positif terhadap pemakaian sumberdaya yang lebih efesiensi.

AbstractTo overcome environmental pollution and degradation from shrimp farming activities, research on the use of seaweeds for phytoremediation is necessary and gaining momentum. This research employed quantitative approach, with 3 types of seaweed are used as the phytoremediation candidate, namely Caulerpa sp, Gracilaria sp and Eucheuma sp. The research took place at the Jakarta Fisheries University Campus - Karangantu station, Banten. The results showed that Gracilaria sp has higher biofiltration ability than Caulerpa sp and Eucheuma sp, including the ability to absorb organic waste either ammonia, nitrite, nitrate or total organic matter from vanamei shrimp culture. The average biofiltration rates of Gracilaria sp on ammonia, nitrite, nitrate and total organic matter were 36.3 , 20.1 , 30.8 and 14 , respectively.
Field trial indicated that the use of seaweed can also increase shrimp growth and improve water quality. The average growth of shrimp reached 0.3 g/day, with survival rate ranging from 75 to 85 . Productivity of vanamei shrimp ranged from 3.8 to 4.5 kg/m2, with the size of 53-63 heads/kg. During the trial, water quality was within the normal range and much better when compared to that of the conventional pond. Public perception on phytoremediation technology appeared to be "good". This technology is believed to possess ecological, economic and social benefits. Increase value of waste benefits would positively affect the utilisation of resources in a more sustainable way.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2018
D2473
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>