Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sastri, V.S. (Vedula S.), 1935-
Hoboken, New Jersey: Wiley, 2011
620.112 SAS g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"ABSTRAK
Pelat dan penegar merupakan bagian utama yang membetuk struktur kapal. Akan tetapi pelat dan penegar merupakan bagian dari kapal yang paling rentan mengalami retakan, hal ini dikarenakan struktur kapal merupakan bagian yang menopang beban yang diterima kapal. Cacat retak pada pelat kapal merupakan salah satu penyebab kegagalan suatu struktur kapal. Salah satu penyebab cacat retak adalah lingkungan yang korosif. Kapal yang pada umumnya terbuat dari baja dan berlayar dilaut, terutama di perairan asin, sangat rentan mengalami korosi. Korosi yang dialami pelat menimbulkan cacat retak pada permukaan pelat yang apabila dibiarkan maka cacat retak dapat menyebar. Hal ini disebabkan retakan mempengaruhi kemampuan struktur kapal menopang beban yang diberikan. Retakan akan menyebar lebih cepat akibat adanya gaya-gaya lateral dan momen lentur yang dipikul kapal. Penelitian ini berfokus untuk meninjau pengaruh dimensi retakan terhadap faktor konsentrasi tegangan SIF pada pelat kapal yang memiliki retakan korosi semi elliptical. Simulasi komputasi dengan metode finite element FEM dipilih sebagai metode untuk melakukan penelitian hasil ini. FEM dipilih dengan alasan agar perilaku pelat kapal yang mengalami retak dapat dipelajari dengan rinci, sejak saat pelat mulai mengalami retakan hingga mengalami perambatan retakan. Dengan menggunakan FEM di dapatkan hasil yang menunjukan bahwa dimensi retakan mempengaruhi faktor konsentrasi tegangan, dimana semakin besar dimensi retakan maka semakin besar faktor konsentrasi tegangannya.

ABSTRACT<>br>
Plates and stiffners are the main parts that make up the ship 39 s structure. Yet plates and stiffeners are one of the most vulnerable part of ships that easily cracked, this is because the ship rsquo s construction is the part that sustains the load received by the ship. Crack defects in plates are one of the causes for ship rsquo s structure failure. Corrosive environment is the cause for corrosion crack defects . Ships that are generally made of steel and sailed at sea, especially in salt waters, are particularly susceptible to corrosion. The corrosion experienced by the plate causing crack defects on the surface of the plate which, when left unchecked, cracks may spread and propagate. This is due to the crack affecting the ability of the ship structure to support the given load. Cracks will propagate faster due to lateral forces and bending moments on the ship. This study focuses on reviewing the effect of the crack dimensions on stress intensity factor SIF on ship plates with rusted semi elliptical cracks. Computational simulation with finite element method FEM was chosen as a method to conduct research . FEM was chosen because the crack plate behavior can be studied in detail, from the time the plate starts cracking to crack propagation. The results by using FEM indicating that the crack dimension influences the stress intensity factor, where the greater the dimension of the crack the greater the stress intensity factor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Robert Parulian Hasudungan
"ABSTRAK
Tesis ini membahas perilaku korosi dari pengelasan dissimilar antara baja karbon ASTM A36 dan baja tahan karat SS316L dengan kawat las E309L menggunakan prosedur pengelasan SMAW dan GTAW untuk dibagian root. Plat baja tahan karat dan baja karbon dengan ketebalan 10 mm dan 15 mm dilas, dipotong, diberi perlakuan panas tempering, dilakukan pengamatan mikrostruktur dan kemudian diuji secara elektrokimia. Pengujian secara elektrokimia meliputi uji electro impedance spectra (EIS), Potentiodynamic Polarization, Cyclic Voltametry. Oleh karena inti las baja tahan karat biasanya lemah terhadap korosi terlokalisasi, maka uji celup korosi sumuran ASTM G48 metode A dilakukan demi pengujian menyeluruh perilaku korosi pada pengelasan dissimilar ini. Hasilnya menunjukkan bahwa proses tempering akan meningkatkan ketahanan korosi pengelasan dissimilar. Pengelasan dissimilar tebal plat 15 mm menunjukkan ketahanan korosi yang lebih lemah dibandingkan plat 10 mm, dimana setelah diamati jumlah weld pass yang lebih banyak pada plat 15 mm mempengaruhi struktur mikro dan ketahanan korosi dari pengelasan dissimilar.

ABSTRACT
The focus of this study was addressed to observe corrosion behavior at dissimilar metal welding between carbon steel ASTM A36 and stainless steel 316L with E309L as weld consumables using SMAW and GTAW procedure at root weld. Stainless steel and carbon steel plate of 10 mm and 15 mm thickness were welded, cut, heat treated (tempered), observed for microstructure and then tested electrochemically. Electrochemical testing included electro impedance spectra (EIS), Potentiodynamic Polarization, Cyclic Voltametry. The core welding of stainless steels are known vulnerable to localized corrosion, hence the pitting corrosion immersion test ASTM G48 method was done for a thorough observation of welding dissimilar corrosion behavior. The results showed that the tempering process improved corrosion resistance of dissimilar weld. It was observed that dissimilar welding of 15 mm thickness was more susceptible than plate 10 mm. It is related to the number of weld passes which affect the microstructure and corrosion resistance of the weld dissimilar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriyan Tri Kusuma
"Ketahanan Korosi Sumuran pada 2205 Duplex Stainless Steels, ditentukan dengan uji elektrokimia dengan kadar 1 berat, 2 berat, 3,5 berat, 4 berat, 5 berat larutan NaCl dan 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm amonium molibdat pada 3,5 berat larutan NaCl. Hasilnya menunjukkan bahwa Baja tahan karat Duplex pada Larutan NaCl 3,5 berat memiliki ketahanan korosi yang paling rendah, diikuti oleh 4 berat, 5 berat, 2 berat, 1 berat. Sedangkan 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm amonium molibdat ditambahkan ke 3,5 berat larutan NaCl dan ditunjukkan bahwa penambahan amonium molibdat dapat meningkatkan Ketahanan pitting pada baja tahan karat Duplex 2205 pada larutan NaCl 3,5 berat.

Pitting Corrosion resistance of 2205 Duplex Stainless Steels, determined by electrochemical test at 1 wt, 2 wt, 3.5 wt, 4 wt, 5 wt of NaCl Solution and 100ppm, 150ppm, 200ppm and 250ppm of amonium molybdate at 3.5 wt of NaCl Solution has been investigated. The result show that Duplex Stainless Steels at 3.5 wt NaCl Solution had the most suspectible to pitting, followed by 4 wt, 5 wt, 2 wt, 1 wt. The 100ppm, 150ppm, 200ppm and 250ppm of amonium molybdate added to 3.5 wt NaCl Solution and its was shown that the addition of ammonium molybdate can increase pitting potential and reduce suspectibility on pitting of 2205 Duplex Stainless Steels at 3.5 wt NaCl solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T49074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian
"Super Duplex Stainless Steel (SDSS) adalah material yang dibentuk oleh kombinasi unik fasa ferit (alfa) dan austenit (gamma) yang idealnya memiliki jumlah fraksi volum yang sama besar yang menawarkan kombinasi yang menarik dari sifat mekanik dan ketahanan korosi. Pengelasan TIG atau GTAW adalah jenis pengelasan yang paling umum digunakan dalam material DSS dan SDSS di berbagai industri. Pemanasan cepat dan siklus pendinginan yang terjadi dalam proses pengelasan dapat mengganggu keseimbangan fasa alfa / gamma.
Banyak penelitian telah dilakukan terkait dengan perubahan struktur mikro akibat adanya proses pengelasan dalam material SDSS yang berdampak pada sifat mekanik dan ketahanan korosi. Namun, studi dan referensi terkait dampak pengelasan berulang pada material SDSS masih sangat jarang. Padahal dalam praktiknya, karena sulitnya mendapatkan kualitas hasil lasan yang baik pada material SDSS, perbaikan pengelasan sering dilakukan.
Dalam penelitian ini, spesimen dievaluasi untuk mensimulasikan siklus pengelasan berulang yang terdiri dari lasan asli (OW), Perbaikan- 1 (R1), Perbaikan- 2 (R2) dan Perbaikan- 3 (R3). Perubahan struktur mikro diamati melalui mikroskop elektron optik, fasa intermetalik diperiksa dengan SEM- EDS. Sementara itu, ketahanan korosi sumuran diselidiki dengan menggunakan uji korosi gravimetri, uji polarisasi potensio- dinamik dan uji potensio- statik suhu sumuran kritis (CPT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa endapan nitrida, karbida dan oksida mulai muncul di area terpapar panas (HAZ) pada spesimen R- 2 dan R-m3. Berdasarkan uji korosi gravimetri, uji polarisasi potensio- dinamik dan uji potensio- statik CPT menunjukkan bahwa ketahanan korosi sumuran menurun dengan meningkatnya jumlah pengulangan atau proses perbaikan pengelasan. Penurunan ketahanan korosi secara signifikan mulai terjadi pada spesimen R- 2.

Super Duplex Stainless Steel (SDSS) is a material that is formed by a unique combination of ferrite and austenite microstructure that ideally has the same large volume fraction that offers an interesting combination of mechanical properties and corrosion resistance. TIG Welding or GTAW is the most common type of welding used in DSS and SDSS materials in various industries. Rapid heating and cooling cycles in the welding process can interfere with the alfa / gamma phase balance.
Many studies have been carried out related to changes in microstructure due to the welding process in SDSS materials which have an impact on mechanical properties and corrosion resistance. However, the studies and references in repeated welding cycles of SDSS materials are infrequently. In fact, because of the difficulty in obtaining quality welds of SDSS material, repaired welding is often carried out.
In this study, the specimens were evaluated to simulate repeated welding cycles consist of the original weld (OW), Repair- 1 (R1), Repair- 2 (R2) and Repair- 3 (R3). The microstructural evolutions were observed through optical electron microscope, intermetallic phases were examined by SEM EDS. Meanwhile, pitting corrosion resistance were investigated by means of gravimetric corrosion test, electrochemical potentio- dynamic polarization and potentio- static critical pitting temperature (CPT).
The result show that the nitride, carbides and oxide precipitates starts appear in R- 2 and R- 3 welding cycles heat- affected zone. Based on gravimetric corrosion test, potentiodynamic polarization test and CPT test show that the pitting corrosion resistance decreased significantly in repair 2 and repair 3 specimens. The more repetitions in the welding process will reduce pitting corrosion resistance. The significant reduction of corrosion resistance started in R-2 specimens.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Cahyono
"Penelitian efek perlakuan panas pada ketahanan korosi pitting dan struktur mikro pada lasan berulang material super duplex stainless steel UNS S32760 dievaluasi melalui uji korosi pitting, karakterisasi struktur mikro, dan analisis SEM-EDS. Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lasan asli (OW) dan spesimen pengelasan berulang yang diberikan perlakukuan panas, yaitu lasan yang diulang sekali (HR1), lasan yang diulang dua kali (HR2), dan lasan yang diulang tiga kali (HR3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa OW menunjukan ketidakseimbangan fraksi ferit-austenit yang signifikan yang mengurangi ketahanan korosi pitting. Perlakuan panas pada temperatur 1100 ºC secara bertahap dapat mengembalikan keseimbangan fraksi ferit-austenit dan melarutkan fasa intermetalik sehingga meningkatkan sifat ketahanan korosi pitting pada spesimen lasan berulang, HR1, HR2, dan HR3.

The effect of heat treatment on the pitting corrosion resistance and microstructure of UNS S32760 super duplex stainless steel`s repeated welds was investigated through a pitting corrosion test and microstructure characterization. The specimens include an original weld (OW) and three heat-treated specimens, namely a once-repeated weld (HR1), a twice-repeated weld (HR2), and a three-time-repeated weld (HR3).
The results show that the OW represents a significant imbalance of ferrite-austenite fractions reducing the pitting corrosion resistance. Conversely, 1100 ºC heat treatment on HR1, HR2, and HR3 gradually returns the equilibrium of ferrite-austenite fractions and dissolve intermetallic phase which improves the pitting corrosion resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanni Rosandi Prihatiningsih
"Tangki Fresh water merupakan bagian dari Fresh water system yang berperan penting untuk menyediakan kebutuhan air tawar di unit Produksi gas Terapung (FPU). Melalui metode reverse osmosis (RO) dalam unit Fresh water generation, terjadi proses perubahan air laut menjadi air tawar yang kemudian disimpan dalam tangki fresh water sebelum didistribusikan lebih lanjut ke berbagai sistem. Saat dilakukan pembersihan rutin tangki pada akhir 2022, ditemukan adanya korosi pitting yang menyebar di dasar tangki. Diketahui bahwa korosi tersebut telah mengurangi ketebalan plat hingga 47.5%. Dalam penelitian ini, pendekatan teknis dan praktis dilakukan dalam pemilihan metode perbaikan untuk menghindari korosi berkelanjutan dan antisipasi berulangnya penyebab utama korosi. Perbaikan yang dilakukan dengan mempertimbangkan regulasi Klas, jenis Coating, aturan pemeliharaan dan Keselamatan serta optimasi waktu dan biaya pengerjaan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kondisi korosi dapat diperbaiki dengan pemilihan produk filler compund yang sesuai dengan spesifikasi coating. Pemilihan dry abrasive blasting media non-metallic recycable sponge sebagai solusi terpilih dengan dampak lingkungan rendah, efek getaran peralatan rendah dan sedikit debu blasting untuk menghindari dampak kesehatan pekerja. Metode coating dilakukan dengan metode airless spray yang efektif. Pada akhir kegiatan dilakukan pengecekan kualitas melalui DFT dan Holiday test. Korosi pada tanki ini merupakan pertama kali di FPU sehingga dengan adanya proyek ini menjadikan pedoman dalam menentukan metode perbaikan tanki yang tepat untuk menghambat laju korosi dan menjaga integritas tanki.

The fresh water tank is part of the fresh water system which plays an important role in providing fresh water needs in the floating gas production unit (FPU). Through the reverse osmosis (RO) method in the Fresh water generation unit, the process of changing sea water into fresh water occurs which is then stored in a fresh water tank before being distributed further to various systems. During routine cleaning of the tank at the end of 2022, pitting corrosion was found spreading at the bottom of the tank. It is known that the corrosion has reduced the plate thickness by up to 47.5%. In this research, a technical and practical approach was taken in selecting repair methods to avoid continuous corrosion and anticipate the recurrence of the main causes of corrosion. Repairs are carried out taking into account class rules, type of coating, maintenance and safety regulations as well as optimizing work time and costs. From the research results, it is known that corrosion conditions can be improved by selecting filler compound products that comply with coating specifications. Selecting dry abrasive blasting non-metallic recyclable sponge media as the chosen solution with low environmental impact, low equipment vibration effects and little blasting dust to avoid impact on worker health. The coating method is carried out using an effective airless spray method. At the end of the activity, quality checks are carried out through DFT and Holiday tests. Corrosion on this tank is the first time at FPU, so this project provides guidance in determining the appropriate tank repair method to inhibit the rate of corrosion and maintain tank integrity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiles
"ABSTRAK
SS 304 adalah material yang saat ini banyak digunakan sebagai pipeline
dan juga material coloumm vessel. Namun, pada pengaplikasiannya material ini
banyak mengalami kegagalan SCC dalam lingkungan NaCl.Pengaruh tegangan
terhadap kerentanan korosi retak tegang SS 304 dalam Lingkungan NaCl
dilakukan dengan metode bent beam dengan variasi tegangan 30%, 40%, dan 50%
dari tegangan luluh ( yield stress ). Pengujian dilakukan dengan salt spray selama
4 minggu dan dilakukan dye penetrant test untuk melihat keberadaan retak.
Pengamatan mikrostruktur dilakukan untuk verifikasi hasil pengujian dye
penetrant test. Perilaku korosi diamati melalui polarisasi linear dan metode weight
loss. Retak tidak terjadi pada setiap aplikasi tegangan. Namun, kerentanan
terhadap korosi retak tegang ditentukan dengan densitas pitting pada setiap
tegangan aplikasi. Semakin besar tegangan aplikasi maka densitas pitting akan
semakin meningkat dan kerentanan terhadap korosi retak tegang juga semakin
meningkat. Korosi yang terjadi pada SS 304 adalah pitting corrosion yang
ditandai dengan hasil polarisasi linear dan weight loss yang laju korosinya sangat
kecil.Pengamatan struktur mikro menunjukkan terdapatnya pitting pada setiap
tegangan aplikasi.

ABSTRACT
SS 304 is material that mostly used as pipeline and coloumn vessel. This
material mostly failed because SCC when it is aplicated in NaCl environment.
Effect of applied stress on stress corrosion cracking susceptibility can be
examined with two point loaded bent beam method with variation of applied
stress are 30%, 40%, and 50% of yield stress. Sample is examined in salt spray for
4 weeks and dye penetrant test is done to see existance of retak. Beside that,
microstructure examination is done to verificate the result of dye penetrant test.
Corrosion behavior can be observed with linear polarisation and weight loss
method.Based on examination result, crack is absence in each applied stress.
Susceptibility of stress corrosion cracking can be determined with density of
pitting. Pit morfology show high density when SS 304 subject to high applied
stress. Type of corrosion in SS 304 is pitting corrosion. Linear polarisation and
weight loss show low corrosion rate. Microstructure observation show existence
of pitting in each applied stress."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42185
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Toni
"ABSTRAK
Korosi sumuran merupakan salah satu jenis korosi yang terjadi pada kapal, dimana jenis
korosi ini dapat berbahaya karena sifatnya yang sulit diprediksi dan juga sulit dideteksi
karena adanya lapisan karat. Nakai (2006) menemukan, pada bagian bottom shell tanker
korosi sumuran ditemukan memiliki geometri potongan sphere dengan rasio diameter
terhadap kedalaman sumuran berkisar 4:1 hingga 6:1. Dengan menggunakan data ASTM
(1997) untuk korosi sumuran Mild Steel daerah Ocean City NJ dan geometri sumuran
potongan sphere, pemodelan dilaksanakan dengan parameter perbedaan densitas sumuran
menggunakan software ANSYS Static Structural. Penelitian ini akan ditujukan untuk
mengetahui karakteristik kelelahan pada pelat yang mengalami korosi sumuran, dalam
hal ini berupa tegangan ekuivalen maksimum, usia kelelahan dan fatigue sensitivity pada
pelat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa usia kelelahan menurun
secara signifikan pada tahun awal terjadinya korosi sumuran dengan pengurangan volume
total 3 dan interaksi antara sumuran satu dengan lainnya menyebabkan konsentrasi
tegangan yang tinggi.

ABSTRACT
Pitting Corrosion is a kind of localized corrosion which is observed to be formed in
marine environment. Pitting can be dangerous for ship structure because it is hard to be
predicted and detcted. Nakai (2006) found pitting corrosion on one hull tankers bottom
shell as spherical one geometry with the diameter to pit depth ratio equal to 4-6. On this
research, ASTM (1997) testing data for pitting corrosion on mild steel (Ocean City NJ)
was used. This research was aimed to get fatigue behavior of a plate which suffered pitting
corrosion, such as maximum equivalent stress, fatigue life and fatigue sensitivity. Based
on research finding, fatigue life drains significantly in the first year, when pitting
corrosion occurs as 3 of total plate volume. It was found that the interaction between
two neigthboring pit gives significant effect on the increasing of the equivalent stress.
"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defi Pramesti
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan sifat mekanik, struktur mikro dan ketahanan korosi cladded API 5L X-65 UNS N08825 pada proses perbaikan pengelasan. Pengelasan dan pengelasan repair dilakukan dengan proses kombinasi yaitu gas tungsten arc welding (GTAW) dan shielded metal arc welding (SMAW). Proses pengelasan GTAW dan SMAW dilakukan dengan menggunakan filler metal ER NiCrMo3 dan E NiCrMo3. Spesimen Main sebagai bidang utama kemudian empat spesimen lainnya digerinda, dihilangkan bagian lasan pada lokasi yang berbeda dan dilas ulang dengan parameter yang sama. Spesimen ini dengan lokasi perbaikan pengelasan yang berbeda dipelajari dengan melihat sifat mekanik dan ketahanan korosi. Ketahanan korosi dilakukan menurut ASTM G48-11 metode A menggunakan larutan besi klorida untuk evaluasi korosi pitting dan ASTM A262 praktek E untuk mengevaluasi retak korosi intergranular. Uji tarik, uji Bending, ketahanan impak Charpy-V, foto makro dan uji kekerasan Vickers, SEM-EDS dilakukan. Kekerasan pada HAZ di area capping meningkat seiring dengan perbaikan yang dilakukan. Hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa proses perbaikan las tidak berpengaruh nyata terhadap kekuatan tarik di semua lokasi perbaikan las. Nilai penurunan terbesar yaitu 0,83% terjadi pada proses perbaikan las di PTR 2. Hasil uji impak charpy-V menunjukkan penurunan nilai luas daerah yang terkena panas (FL) sebesar 10,44%. Hasil uji impak pada area base metal (WCL) memiliki nilai rata-rata paling rendah dibandingkan dengan dua daerah lainnya. FL dan FL+2. Foto SEM menunjukkan perbedaan struktural antara logam las, HAZ dan logam dasar dimana di area HAZ setiap proses perbaikan pengelasan memiliki perbedaan lebar HAZ, yang paling sempit terjadi di proses TTR yaitu 112 µm. Uji EDS menunjukkan penurunan unsur nikel dengan nilai 33,1% wt pada PTR 2 dan peningkatan unsur Fe sebesar 32,3% wt. Spesimen di daerah root lebih sensitif terhadap korosi pitting, dalam percobaan korosi pitting tidak terjadi. Pada daerah tekukan hasil pengujian ASTM A262 praktek E tidak ada retak maka tidak terjadi korosi intergranular. Pengelasan dengan menggunakan API 5L X65 cladded UNS 08825 layak untuk dilakukan konstruksi setelah dilakukan percobaan karakterisasi dan ketahanan korosi yang terbukti mengacu pada kode dan standar.

The purpose of this study is to evaluate changes in the mechanical properties, micro structure and
the corrosion resistance of API 5L X-65 cladded UNS N08825 under repair welding. The welding
and the repair welding were conducted by combination process that is gas tungsten arc welding
(GTAW) and shielded metal arc welding (SMAW). The GTAW and SMAW welding process was
perfomed using filler metal ER NiCrMo3 and E NiCrMo3. The first specimen as main then other
four specimens weld area was ground, re-beveled on the different location and re-welded with
same parameter. Specimens of these with different location of welding repair were studied by
looking in the mechanical properties and corrosion resistance. The corrosion resistance conducted
according to ASTM G48-11 method A using ferric chloride solution for pitting corrosion
evaluation and ASTM A262 practice E to evaluated intergranular corrosion cracking. Tensile tests,
Bending test, Charpy-V impact resistance, macro photo and Vickers hardness tests, SEM-EDS
were conducted. Hardness of the heat affected zone in capping area increased as the repairs
conducted. The tensile test results show that the welding repair process does not significantly affect
the tensile strength at all welding repair locations. The biggest decrease value, which is 0.83%,
occurs in the welding repair process at the PTR 2 . location. The results of the charpy impact test
show a decrease in the value of the heat affected area (FL) by 10.44%. The impact test results in
the base metal area (WCL) had the lowest average value compared to the other two areas FL and
FL+2 are 97.8 J. The photo of the SEM shows the structural differences between weld metal, HAZ
and base metal where in the HAZ area each welding repair process have differences in the width
of the HAZ, the narrowest occurred in the TTR process 112 μm. EDS test shows decreased of the
nickel element, the value 33.1% wt in PTR 2 and increase of Fe element was 32.3% wt. The
specimen in root area is more sensitive to pitting corrosion, in experimental the pitting corrosion
was occured in capping area. In the ASTM A262 practice E intergranular corrosion test, IGC did
not occur as seen from the bending area in the result that there were no cracks. Welding using API
5L X65 cladded UNS 08825 feasible to construction after experimental for characterization and
corrosion resistance proved to referencing code and standard.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>