Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nunki Febriastuti
"Latar Belakang : Preeklamsia terjadi akibat adanya gangguan pada proses implantasi dan desidualisasi pada awal kehamilan. Vitamin D memainkan peranan penting pada proses desidualisasi, implantasi dan plasentasi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kadar 25(OH)D yang rendah dalam serum merupakan faktor risiko preeklamsia. Bukti terbaru mendukung peran suplementasi vitamin D yang dimulai pada saat sebelum, awal dan selama kehamilan dalam mengurangi risiko preeklamsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan suplementasi vitamin D 5000 IU/hari pada implantasi dan plasentasi melalui pemeriksaan PI A. Uterina dan PlGF serum maternal pada wanita hamil trimester pertama.
Metode : Uji klinis paralel acak tersamar tunggal. Subjek wanita hamil usia 7-11 minggu yang dibagi 2 kelompok, yaitu normal dan risiko tinggi berdasarkan kriteria risiko tinggi ACOG. Tiap kelompok dibagi lagi menjadi kontrol yang hanya mendapat obat standar dan perlakuan yang mendapat vitamin D 5000 IU/hari. Semua pasien diperiksa kadar 25(OH)D awal, kemudian diberikan intervensi selama 1 bulan dan diperiksa ulang kadar 25(OH)D akhir, PlGF serum maternal dan PI. A. Uterina. Menilai perbandingan kenaikan kadar 25(OH)D, PlGF, dan PI A. Uterina diantara semua kelompok
Hasil : Subjek awal berjumlah 92 orang, dieksklusi sebanyak 12 orang dan tersisa 80 subjek yang menyelesaikan penelitian. Semua subjek mengalami defisiensi vitamin D. Dibandingkan pasien kontrol kenaikan kadar 25(OH)D pada kelompok perlakuan normal masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan risiko tinggi yaitu 12,33±6,26 ng/mL dan 10,45±5,09 ng/mL dengan nilai p<0,001. Kelompok normal, penurunan PI A. Uterina dibandingkan antara kontrol dan perlakuan bermakna sebesar 0,57±0,36 dan 1,08±0,29 (p<0,001) sedangkan kadar PlGF juga berbeda bermakna antara kontrol (84,27±10,02) dan perlakuan (107,87±31,97) dengan nilai p 0,005. Pada kelompok risiko tinggi, perbadingan rerata kadar PlGF pada kontrol dan perlakuan berbeda bermakna yaitu 37,59±9,67 dan 70,53±18,32) nilai p<0,001. Pada pasien intervensi baik kelompok normal dan risiko tinggi rerata penurunan PI A. Uterina (1,08±0,29 vs 0,43±0,26; nilai p<0,001) dan kadar PlGF (107,87±31,97 vs 70,53±18,32; nilai p<0,001) berbeda bermakna.
......Background : Preeclampsia occurs due to disruption of the implantation and decidualization in early pregnancy. Vitamin D plays an important role in decidualization, implantation, and placentation. Recent evidence supports the role of vitamin D supplementation initiated before, early and during pregnancy in reducing the risk of preeclampsia. The study aim is to determine the effect of vitamin D supplementation of 5000 IU/day on implantation and placentation through examination of Uterine Artery PI (UtA-PI) and maternal serum PlGF in first trimester pregnant women.
Methods: Using a single-blind, randomized parallel clinical trial. Subjects were pregnant women 7-11 weeks gestation and divided into 2 groups, normal and high risk, based on ACOG preeclampsia high risk criteria. Each group was further divided into controls who received the standard drug and interventions who received 5000 IU of vitamin D/day. Subjects were examined for 25(OH)D levels before and after the 1 month intervention, including maternal serum PlGF and UtA-PI levels. Both groups were compared for the difference of 25(OH)D levels, mean PlGF, and UtA-PI.
Results: We have 80 subjects who have vitamin D deficiency. The normal and high-risk intervention group showed the increase of 25(OH)D levels, 12.33±6.26 ng/mL and 10.45±5.09 ng/mL with p<0.001 accordingly. For the normal group, the decrease of UtA-PI compared between control and intervention was significant 0,57±0,36 and 1,08±0,29 (p<0.001) while PlGF levels were also significantly different between control (84,27±10,02) and intervention (107,87±31,97) with p<0.05. While in high-risk group, the PlGF levels of control and intervention were significantly different, 37.59±9.67 and 70.53±18.32 with p<0.001. In intervention patients, both normal and high-risk groups, the decrease of UtA-PI (1.08±0.29 vs 0.43±0.26; p<0.001) and PlGF levels (107.87±31.97 vs 70.53±18.32; p<0.001) were significantly different."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Asrini Noor
"Tujuan: Membandingkan kadar vascular endothelial growth factor VEGF dan placental growth factor PlGF plasma dan vitreus pada tikus diabetes dengan kontrol gula darah GD buruk, dengan perbaikan kontrol gula darah, dan tikus nondiabetes, dan melihat pengaruh perbaikan kontrol gula darah terhadap kadar VEGF dan PlGF.
Metode: Penelitian ini merupakan uji eksperimental pada hewan coba tikus strain Sprague Dawley. Sebanyak 18 ekor tikus disertakan dalam penelitian dan secara acak dibagi ke dalam kelompok perlakuan n=14 dan kontrol n=4 . Kelompok perlakuan diberikan injeksi Streptozotocin untuk menginduksi diabetes. Tikus dengan kadar GD 72 jam pasca induksi lebih dari 300 mg/dL didiagnosis diabetes. Kadar GD diperiksa secara berkala pada seluruh subyek. Setelah 4 mingu, kelompok perlakuan dibagi ke dalam kelompok I untuk terminasi dan kelompok II untuk perbaikan kontrol GD dengan injeksi insulin selama 4 minggu berikutnya, begitu pula dengan kelompok kontrol. Saat terminasi, sampel plasma darah dan vitreus diambil untuk analisis kadar VEGF dan PlGF melalui pemeriksaan enzyme-linked immunosorbent assay ELISA.
Hasil: Sebanyak 17 ekor tikus bertahan hidup hingga akhir penelitian dengan 1 ekor tikus mati dari kelompok perlakuan. Kadar GD kelompok perlakuan II menurun drastis dan mencapai normoglikemia. Pemeriksaan ELISA bulan pertama menunjukkan kadar VEGF vitreus kelompok perlakuan I cenderung lebih tinggi dibandingkan kontrol I, yakni 196,36 65,24 pg/dL dan 123,64 44,99 pg/dL p=0,20 . Pemeriksaan ELISA bulan kedua menunjukkan kadar PlGF vitreus kelompok perlakuan II lebih tinggi dibandingkan kontrol II, yakni 59,04 2,48 dan 51,93 3,15 p=0,01. Kadar VEGF vitreus dan plasma kelompok perlakuan I dan II tidak berbeda bermakna, sedangkan kadar PlGF vitreus dan plasma lebih tinggi pada bulan kedua.
Kesimpulan: Kadar VEGF dan PlGF vitreus mengalami peningkatan pada kelompok tikus diabetes dibandingkan nondiabetes, dan perbaikan kontrol gula darah selama 1 bulan belum dapat menurunkan kadar VEGF dan PlGF.

Aim: To compare plasma and vitreous level of vascular endothelial growth factor VEGF and placental growth factor PlGF in diabetic rats with poor blood glucose BG control, reconstitution of good BG control, and nondiabetic rats, and to investigate the effect of reconstitution of good BG control to VEGF and PlGF plasma and vitreous level.
Methods: This is an experimental study using Sprague Dawley rats. Eighteen rats were divided into intervention group n 14 and control group n 4. Intervention group were given Streptozotocin STZ injection to induce diabetes. Rats with BG level more than 300 mg dL at 72 hours after injection were considered diabetes and successful models. BG levels were monitored periodically in all subjects. After 4 weeks, intervention group was randomly divided into group I for termination and group II for reconstitution of good BG control with insulin for following 4 weeks, and so was the control group. Plasma and vitreous samples were taken. VEGF and PlGF levels were detected with enzyme linked immunosorbent assay ELISA.
Results: Seventeen rats survived and one rat died in intervention group. BG level of intervention group II decreased dramatically to normoglycemia. ELISA at month 1 showed that VEGF vitreous level tend to be higher in intervention group I compared to control I, 196.36 65.24 pg dL and 123.64 44.99, respectively p 0.20. ELISA at month 2 showed that PlGF vitreous level of intervention group I were significantly higher compared to control I, 59.04 2.48 and 51.93 3.15, respectively p 0.01. Vitreous and plasma VEGF of intervention group I and II were not different, while vitreous and plasma PlGF were significantly higher in group II.
Conclusions: Vitreous levels of VEGF and PlGF were increased in diabetic rats compared to nondiabetic, and reconstitution of good BG control for 1 month were unable to reduce VEGF and PlGF levels. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library