Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Kurniasari Ilyas Nampira
"Latar Belakang : Beban kerja mental pada PLLU yang tidak diimbangi dengan feedback yang cukup akan meningkatkan risiko kelelahan dan menurunkan keselamatan penerbangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan beban kerja mental dan faktor dominan lain dengan kelelahan pada PLLU di bandara Soekarno-Hatta.
Metode: Desain penelitian menggunakan desain pre-post dengan consecutive sampling. Dilakukan pada pemandu lalu lintas udara unit controller di bandara Soekarno Hatta. Penelitian menggunakan NASA-TLX, alat reaction time L-77 Lakassidaya dan HRV. Variabel yang dianalisis adalah beban kerja mental, umur, masa kerja, jenis kelamin, unit kerja, kerja gilir, stres, kebiasaan rokok, alkohol, latihan fisik dan suhu.
Hasil: Dari 334 PLLU unit controller hanya 104 responden yang bersedia mengikuti penelitian dan 103 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Didapatkan beban kerja mental memiliki korelasi lemah dengan kelelahan r=0,114 . Faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan kelelahan adalah stres, kebiasaan merokok dan masa kerja. PLLU dengan stres mempunyai relative risk 145 lebih tinggi dibandingkan yang tidak stres [ Risk Relative RR = 1,45 ; 95 interval kepercayaan IK 1,055-1,999;p = 0,007], merokok memiliki korelasi sedang r=0,315 dan masa kerja memiliki korelasi lemah p=0,034; r=0,172 dengan kelelahan.
Simpulan: Beban kerja mental, stres, kebiasaan merokok dan masa kerja memiliki hubungan dengan kelelahan pada PLLU di bandara Soekarno Hatta.

Background: Mental workload on ATC which don rsquo t have enough feedback will increase fatigue risk and decrease aviation safety. The aims of this study were to know association between mental workload and other dominant factor with fatigue in ATC at Soekarno Hatta airport.
Methods: The design of the study was pre post with consecutive sampling of all Air Traffic Controller unit in Soekarno Hatta Airport. This study used NASA TLX, reaction time L 77 Lakassidaya and HRV. The variables analyzed were mental workload, age, lenght of work, gender, work unit, shift, stress, smoking habit, alcohol, physical exercise and temperature.
Results: From 334 Air Traffic Controllers only 104 were willing to participate and only 103 respondents meet the inclusion criterias. Obtained mental workload has a weak correlation with fatigue r 0,114 . The dominant factors associated with fatigue are stress, smoking habits and lenght of work. ATC with stress has a relative risk of fatigue of 145 higher than non stressful ATC Risk Relative RR 1,45 95 confidence interval CI 1,055 1,999 p 0,007 , smoking has moderate correlation r 0,315 and lenght of work has weak correlation p 0,034 r 0,172 with fatigue.
Conclusions: Mental workload, stress, smoking and length of work have associated with fatigue at ATC at Soekarno Hatta airport.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavidal Felani Putra
"Latar Belakang : Beban kerja pada pemandu lalu lintas udara dengan penggunaan layar VDT dapat menimbulkan risiko sindrom mata kering yang dapat mengganggu fungsi penglihatan sehingga berisiko menurunkan keselamatan penerbangan. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat prevalensi sindrom mata kering pada pemandu lalu lintas udara di bandara Soekarno Hatta beserta faktor-faktor risiko yang berhubungan.
Metode : Desain penelitian menggunakan potong lintang dengan total sampling. Dilakukan pada pemandu lalu lintas udara unit controller ACC dan APP di bandara Soekarno Hatta. Sindrom Mata Kering diukur menggunakan dua macam pemeriksaan, yaitu secara subjektif dengan menggunakan kuesioner Occular Surface Dissease Index OSDI dan secara objektif dengan menggunakan tes schirmer. Variabel yang dianalisis adalah Usia, jenis kelamin, jabatan, masa kerja, jumlah pesawat yang ditangani 1 hari, merokok, gangguan fungsi penglihatan.
Hasil : Dari 316 PLLU unit controller hanya 134 responden yang bersedia mengikuti penelitian dan 124 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Didapatkan prevalensi sindrom mata kering 60,5 dengan mayoritas adalah derajat ringan sebesar 33,1 . Faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan sindrom mata kering adalah jabatan dan gangguan fungsi penglihatan. Jika dibandingkan dengan PLLU dengan jabatan supervisor pengawas maka PLLU dengan jabatan senior yang memang tugasnya adalah sebagai pelaksana di ACC dan APP lebih cenderung sindrom mata kering [ Odd Ratio OR = 3,54 ; 95 interval kepercayaan IK 1,44 -8,71; nilai p = 0,006 dan gangguan fungsi penglihatan dengan sindrom mata kering menunjukkan hasil analisis multivariate OR = 0,44; 95 interval kepercayaan IK = 0,20-0,96; nilai p=0,038].
Simpulan : Jabatan dan gangguan fungsi penglihatan berhubungan dengan terjadinya sindrom mata kering pada pemandu lalu lintas udara di bandara Soekarno Hatta.Kata Kunci : Jabatan;gangguan fungsi penglihatan;sindrom mata kering;PLLU

Background Workload of the Air Traffic Controller using a VDT can increase the incidence of dry eye syndrome and lead to limitation of the visual capacity, this condition can decrease the flight safety.
Methods The design of the study was Cross sectional with total sampling of all Air Traffic Controller ACC and APP unit in Soekarno Hatta Airport. Two type of measurements was used to identify dry eye syndrome, using Ocular Surface Disease Index OSDI questionnaire for subjective and Schirmer Test as the objective test. Variables included were age, sex, job position, length of service, number of aircrafts handled in one day, smoking, visual disorders.
Results From 316 Air Traffic Controllers only 134 were willing to participate and only 124 respondents meet the inclusion criterias. The prevalence of dry eye syndrome among ATC is 60,5 , mostly 33,1 is mild dry eye syndrome. The dominant factors that associated with dry eye syndrome in ATC were job position and the visual disorders. Senior controllers have a 3,54 higher risk to get dry eye syndrome compared to supervisors Odd Ratio OR 3,54 95 IC 1,44 8,71 p 0,006 and the visual disorders associated with dry eye syndrome OR 0,44 95 IC 0,20 0,96 p 0,038.
Conclusions Job Position and visual disorders were with dry eye syndrome in Air Traffic Controller at Soekarno Hatta Airport.Keywords Job Position Visual Disorders Dry Eye Syndrome ATC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Irwanda
"Pemandu lalu lintas udara (PLLU) memiliki beban kerja dan tanggungjawab yang besar terhadap keselamatan penerbangan. Hal tersebut dapat memicu terjadinya stress kerja, yang selanjutnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti peningkatan tekanan darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara beban kerja mental, unit kerja, dan masa kerja terhadap peningkatan tekanan darah pada pekerja Jakarta Air Traffic Service Centre JATSC di Bandara Soekarno Hatta. Studi ini bersifat kohort prospektif. Sampel berjumlah 191 orang, berupa pekerja controller maupun non controller. Penelitian dilakukan selama bulan Maret ndash; Juli 2017. Data penelitian dikumpulkan berdasarkan pengukuran tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan serta dengan menggunakan instrumen skala NASA ndash; TLX dan skala Burn-out. Peningkatan tekanan darah terjadi bila sistolik ge; 140 mmHg atau diastolik ge; 90 mmHg setelah bekerja. Hasil menunnjukkan pekerja JATSC yang berusia 40 - 65 tahun lebih berisiko mengalami peningkatan tekanan darah sebesar 2,65 kali jika dibandingkan dengan pekerja JATSC yang berusia 21 ndash; 39 tahun [RR=2,65; interval kepercayaan IK 95 = 1,50-4,67; p=0,001]. Pekerja JATSC dengan beban kerja mental sangat tinggi memiliki risiko 3,55 kali lebih tinggi mengalami peningkatan tekanan darah setelah kontrol dibandingkan pekerja JATSC dengan beban kerja mental tinggi. [RR=3,55; interval kepercayaan IK 95 = 2,05-6,16; p

Air traffic controllers have a great workload and responsibility for aviation safety. It can lead to work stress, which can lead to health problems such as increased blood pressure. The purpose of this research is to know the relationship between mental work load, work unit and work period to increase blood pressure at Jakarta Air Traffic Service Center JATSC workers at Soekarno Hatta Airport. This study is a prospective cohort. Sample amounted to 191 people, consist of controller and non controller workers. The study was conducted during March July 2017. The data were collected based on measurements of blood pressure, height, weight, and using NASA TLX and Burn out scale instruments. Increased blood pressure occurs when systolic ge 140 mmHg or diastolic ge 90 mmHg after work. Results showed that JATSC workers aged 40 to 65 were at increased risk of blood pressure by 2.65 times compared with JATSC workers aged 21 39 years RR 2.65 Confidence interval IK 95 1.50 4.67 P 0.001 . JATSC workers with very high mental workloads have a 3.55 times higher risk of increased blood pressure after control than JATSC workers with high mental workload. RR 3.55 Confidence interval IK 95 2.05 6.16 P "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library