Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruri Widowati
"Tingkat konsentrasi NO2, SO2, dan PM10 di Kecamatan Taman Sari selalu mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuatif tahun 2006-2013, bahkan konsentrasi PM10 telah melampaui baku mutu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsentrasi NO2, SO2 dan PM10 di udara ambient dengan kejadian ISPA Penduduk di Kecamatan Taman Sari tahun 2006-2013. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi time trend dengan metode uji korelasi dan regresi.
Hasil analisis menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat konsentrasi SO2 (nilai p = 0,002) dan PM10 (nilai p =0,031), dengan persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 8,2% jumlah kasus ISPA disebabkan konsentrasi SO2 dan 1,5% jumlah kasus ISPA disebabkan konsentrasi PM10. Sedangkan antara konsentrasi NO2 dengan jumlah kejadian ISPA tidak ada hubungan yang bermakna (nilai p = 0,194). Tingkat konsentrasi PM10 dan SO2 dapat mempengaruhi kejadian ISPA. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan preventif guna mengontrol tingkat pajanan dan jumlah kejadian ISPA.

The quality of air pollution in Taman Sari district such as level concentration of NO2, SO2 and PM10 always fluctuatly increase and decrease, moreover PM10 concentration have been exceed the maximum value level. The objection of this study is to know the association between level concentration of NO2, SO2 and PM10 in ambient with ARI occurrence at resident in Taman Sari district in 2006-2013. This study used time series study with correlation and regression test method.
The result of analysis indicated that level concentration of SO2 (p value = 0,002) and PM10 (p value = 0,014) had significant related to amount of ARI occurrence.The equation line explained that 8,2% of ARI occurrence caused by SO2 and 1,5% of ARI occurance caused by PM10. Meanwhile, level concentration of NO2 didn’t have significant related to ARI occurrence (p value = 0,194). The level concentration of SO2 and PM10 influence ARI occurrence. Therefore, the preventive actions need to do in order to control exposure level and ARI occurrence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kekhawatiran akan tingginya kadar partikulat di udara Jakarta terkait dengan efek kesehatan pernapasan. Begitu pula, konsentrasi tinggi partikulat dalam rumah ditengarai merupakan bahaya potensial kesehatan untuk penghuni rumah. Makalah ini didasari oleh sebuah penelitian potong lintang di rumah sebuah desa di Jakarta yang dilakukan untuk sebuah disertasi gelar Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dalam kaitan dengan kesehatan, penelitian itu mengungkapkan bahwa efektivitas ventilasi lebih ditentukan oleh variasi konsentrasi partikulat rumah (PM10) daripada karakteristik fisik rumah. Di samping itu, gejala gangguan pernapasan pada anak balita ternyata berhubungan positif dengan konsentrasi PM10. Sifat-sifat fisik rumah seperti ukuran jendela, kamar dan lain-lain, kecuali kelembaban rumah, ternyata tidak berhubungan dengan variasi kesehatan para penghuninya. Penelitian ini mengisyaratkan bahwa PM10 merupakan indikator yang lebih baik untuk rumah sehat daripada ciri-ciri fisik rumah. Juga, tinggi kadar PM10 yang paling sensitif dan spesifik untuk menduga terjadinya gejala gangguan pernapasan adalah 70 mg/m3. Batas konsentrasi PM10 ini cocok dengan nilai petunjuk Badan Kesehatan Dunia sebesar 70 mg/m3 untuk partikel thorasik. (Med J Indones 2005; 14: 237-41)

Concerns for the high concentration of particulates in the ambient air of Jakarta had been associated with respiratory health effects. Accordingly, the high concentration of indoor air particulate in homes was also recognized as a potential health hazard to the household. This paper was based on findings in a cross-sectional study in homes of a village, Jakarta done for a dissertation of a doctoral degree in Public Health. In relation to health aspect, ventilation effectiveness was more predicted by the variation of indoor particulates concentrations (as PM10) than the physical characteristic of the houses. Besides, respiratory symptoms rates among children under-five were positively associated to PM10 concentrations. Except for the house dampness factor, no physical features of the houses such as sizes of windows, rooms, and the like, contributed to the variability of health of the occupants. This research suggested that PM10 concentration was a better indicator for a healthy house than the physical characteristics of the house. As such, the most sensitive and specific level of PM10 concentration to predict the development of respiratory symptoms was 70mg/m3. This cut-off concentration of PM10 agreed with the guideline value set on the level of 70mg/m3 for the thoracic particles by the World Health Organization. (Med J Indones 2005; 14: 237-41)"
Medical Journal Of Indonesia, 14 (4) October December 2005: 237-241, 2005
MJIN-14-4-OctDec2005-237
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agisna Nur Fidya
"ISPA merupakan penyakit penyebab kematian yang paling umum pada anak-anak di Negara berkembang. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan PM10 dalam udara ruang kelas dengan kejadian ISPA pada siswa SD/MI di wilayah kerja Puskesmas Cilebut, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor tahun 2018. Sampel sebanyak 184 siswa kelas 4 dan 5 sekolah dasar yang berada di tiga sekolah terpilih. Selain PM10, variabel lainnya yang diteliti yang diduga berhubungan dengan kejadian ISPA pada siswa sekolah dasar yaitu suhu, kelembaban, pencahayaan, ventilasi dan kepadatan hunian ruang kelas, serta status gizi siswa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada siswa SD/MI yaitu PM10 p=0,0001;OR=3,862, pencahayaan p=0,006;OR=3,111, dan kepadatan hunian kelas p=0,002;OR=2,952. Setelah dikontrol dengan variabel konfonding, didapatkan bahwa siswa yang berada dalam ruang kelas dengan konsentrasi PM10 di atas median dan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat berisiko 4,5 kali untuk mengalami kejadian ISPA dibandingkan dengan siswa yang berada di ruang kelas dengan konsentrasi di bawah median dan kepadatan hunian yang memenuhi syarat. Upaya yang perlu dilakukan diantaranya menjaga kebersihan ruang kelas; menambahkan ventilasi dan sumber pencahayaan dalam ruang kelas; menambahkan pepohonan di sekitar lingkungan sekolah; serta membatasi jumlah siswa dalam satu kelas.

ARI is the most common cause of death among children in developing countries. This research is using cross sectional design, to find out the association of PM10 in the classroom air with the incidence of ARI in elementary school students under Cilebut Primary Health Care work area, Bogor. The samples are 184 students in 4th and 5th grade in three selected elementary schools. In addition to PM10, other variables thought to be associated with ARI in elementary school students temperature, humidity, lighting, ventilation, density of the classroom, nutritional status of the students.
The results showed that the variables which associated with ARI in elementary school students were PM10 p 0,0001 OR 3,862, lighting p 0.011 OR 3.111, and density of the classroom p 0,004 OR 2,952. Found that students who were in the classroom with an above median PM10 concentration and uneligible class density were at risk 4.5 times for ARI compared with those in the classroom with concentrations below median and eligible class density. Effort that need to be done are maintaining the cleanliness of the classroom adding ventilation and lighting sources planting trees and limiting the number of students in one class.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library