Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulfikar Ali
"Tingginya kebutuhan masyarakat akan pemanfaatan plastik menyebabkan sekitar 65 persen darii total produksi poliolefin ditujukan untuk pengaplikasian pada injection molding. Sejalan dengan meningkatnya permintaan , maka sudah selayaknya produsen poliolefin sebagai industri hulu dan produsen aplikasi injection molding sebagai industri hilir meningkatkan mutu produk yang dihasilkan.
Khususnya untuk polipropilen pemanfaatan sifat-sifatnya seperti kerapatan yang rendah, tahan terhadap kelembaban , kekuatan mekanis yang tinggi, titik leleh relatip tinggi menjadikan polipropilen mempunyal prospek yang sangat besar untuk menggantikan bahan-bahan seperti styren, HDPE, PVC, kertas, gelas, PET dan resin rekayasa.Karena prospek tersebut penambahan agen, nukleasi akan menambah kejernihan polipropilen sehinggga dapat menaikkan niiai estatikanya.
Agen nukleasi yang digunakan pada studi ini 3,4-dimetildthenzi!idin sorbitol, konsentrasi 2500 ppm agen nukleasi ini adalah konsentrasi optimum untuk menaikkan kejernihan npolipropilen. Dampak lain yang didapatkan dari penambahan agen nukleasi ini pada konsentrasi dapat memeksimalkan kenaikan temperatur kristalisasi polipropilen sehingga dapat meminimalkan waktu-waktu pendinginan pada proses injection molding.
Penambahan agen nukleasi mi tidak dapat menakkan sifat mekanik ( kekeresan ) polipropilen, pemanfaatannya hanya untuk produk yang membutuhkan kejernihan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Adhi R.
"Polipropilen (PP) merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam aplikasi plastik kemasan. Ini karena sifat-sifat polipropilen memiliki banyak keunggulan yaitu dalam hal sifat optis dan mekanisnya. Perkembangan plastik kemasan yang pesat juga akan membutuhkan kualitas yang sesuai dengan aplikasinya. Oleh karena itu perlu diketahui sifat-sifat yang ada pada salah satu polipropilen (PP) yang ada di Indonesia. Penetitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat optis berupa keburaman (haze) dan sifat mekanis pada polipropilen (PP) A dan polipropilen (PP) B sehingga dapat dilihat hubungan yang didapatkan antara kedua sifat tersebut. Penelitian ini menggunakan PP dengan jenis dan komposisi aditif sama yaitu stabilator panas (AE) 4 %; stabilator panas (AJ) 4 %; pelumas (AH) 5 %; syntetic hydrotalcite (HD) 3 %; slip agent (SB) 14 %; antiblocking (SC) 8 %. Pembuatan plastik film juga dilakukan dengan kondisi operasi yang sama dengan menggunakan alat blown tubular film. Perbedaan antara PP A dan PP B hanyalah pada operasi pembuatan yang berbeda pada saat proses polimerisasi dan pencampuran dengan aditif hingga menjadi pellet. Dari hal tersebut, trnmyata didapatkan hasil pengujian yang berbeda-beda untuk PP A dan PP B.
Dari hasil pengujian didapatkan bahwa PP B memiliki keburaman yang lebih tinggi '(8%) dari PP A (2,7%) pada plastik film. Ini berarti PP B memiliki derajat kristalinitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan PP A dan membuat kekuatan tank (MD) PP B (199,14 kg/cm2) lebih tinggi dari PP A (173,5 kg/cm_) tetapi pertambahan panjang dan ketahanan impak PP B (456% dan 21,5 gr) lebih rendah dari PP A (539% dan 21,91 gr). Pada pengujian SEM, kondisi operasi mempengaruhi kelarutan aditif dalam matriks polimer. Kelarutan aditif yang rendah pada matriks atau tidak larut sempuma pada PP B membuat nilai kekuatan tank PP B lebih tinggi dibandingkan dengan PP A. Aditif yang tidak larut sempuma membentuk gumpalan yang menyebabkan sinar berhamburan ketika melewafi plastik film sehingga keburaman pada PP B lebih tinggi dari PP A. Aditif yang tidak larut sempuma menyebabkan plastik film pada PP B mempunyai nilai pengujian blocking dan koefisien friksi (TD : 0,01500 gr; MD: 0,01900 gr dan us: 0,4141; _k: 0,2618) yang lebih rendah dibandingkan dengan PP A (TD : 0,05030 gr; MD: 0,04900 gr dan _s: 0.6243; uk: 0,4212)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Tatiana
"Membran polipropilen adalah membran mikrofiltrasi dengan sifat hidrofobik yaitu takut dengan air. Untuk menghasilkan kinerja yang baik maka membran ini harus diubah menjadi hidrofilik dengan merendamnya dalam propan. Selain itu untuk mendapatkan kinerja membran yang optimum maka dibutuhkan kondisi operasi yang optimum. Dengan tekanan yang tinggi akan dihasilkan fluks atau jumlah penneat yang tinggi namun kemumian yang rendah karena menurunnya selektivitas membran.
Untuk mengatasi masalah utama dalam proses yaitu laju fouling dan polarisasi konsentrasi sorta tluks yang rendah perlu ditentukan desain alat pross mikrofiltrasi yang tepat Serta tekanan dan waktu perendaman yang optimum untuk digunakan dalam proses pemurnian air danau dengan teknologi membran menggunakan membran polipropilen hollow fiber sehingga diharapkan fluks membran dan faktor separasi bemilai tinggi.
Sistem proses mikrofiltrasi yang dipilih adalah Sistem resirkulasi untuk mengurangi efek laju fouling dan polarisasi konsentrasi yang tinggi, modul ho/low fiber untuk meningkatkan fluks pemmeat dengan luas permukaan uang besar dan aliran cross flow untuk penyapuan akumulasi zat terlarut pada permukaan membran dan mencegah fouling serta polarisasi konsentrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman maka semakin turun fluks permeat namun persen rejksi semakin meningkat. Semakin tinggi tekanan maka Huks permeat bertambah narnun person rejeksi menurun. Waktu perendaman membran dalam propanol yang optimum adalah I0 menit. Sedangkan tekanan optimum yang dipilih yaitu 0.1316 bar untuk menghasilkan fluks yang tinggi namun persen rejeksi yang cukup baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharso
"ABSTRAK
Polipropilen berada dalam 3 isomer, yaitu : ataktik, isotaktik . dan sindiotaktik. Polipropilen dengan kandungan ataktik antara 2-5% mempunyai kualitas yang tinggi. Polipropilen dengan kandtuigan ataktik melebihi 5% bersifat lunak dan sebaliknya apabila kandungannya kurang dari 2%, maka polipropilen bersifat getas. Selama ini penentuan kandungan ataktik tersebut menggunakan cara refluk yang menggunakan pelarut yang toksik (xilen ) dengan biaya yang besat serta efisiensi kerja yang rendah. Untuk itu diperlukan cara lain untuk menentukan kandungan ataktik. NMR merupakan alat yang dapat memberikan informasi data berdasarkan signal yang dihasilkan dari interaksi medan magnet dengan inti atoni'H. Dengan cara ini dapat dikurangi kerugian-kerugian cara refluks. Untuk mengukur kandungan ataktik sampel, terlebili dahulu dibuat stanclar dengan kandungan ataktik yang bervariasi. Kandungan ataktik sampel dapat diketahtti dengan membandingkan besarnya signal sampel dengan signal ataktik standar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusra Yuliana
"ABSTRAK
Metode pemisahan antara pelarut dengan bitumen yang saat ini digunakan dalam industri aspal dari aspal alam menimbulkan banyak permasalahan sehingga perlu dikembangkan metode pemisahan yang lebih ramah lingkungan dan menggunakan konsumsi energi yang rendah yaitu dengan menggunakan membran. Penelitian ini memisahkan kerosin dengan bitumen pada ekstraksi aspal alam menggunakan membran hollow fiber polipropilen. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan kerosin dengan konsentrasi bitumen paling kecil sehingga kerosin dapat digunakan kembali sebagai pelarut. Penelitian ini dilakukan dengan 3 variasi, yaitu pressure drop, laju alir larutan dan volume pelarut. Perbedaan konsentrasi awal dengan konsentrasi bitumen di permeat yang terbesar yaitu sebesar 0,01197 gr/mL didapatkan pada rasio volume pelarut per berat bitumen yang paling kecil yaitu 60 mL/gr, sedangkan konsentrasi bitumen di permeat terkecil sebesar 0,0046 gr/mL didapatkan pada laju alir yang paling besar yaitu 300 mL/menit serta sebesar 0,0034 gr/mL pada pressure drop yang paling kecil yaitu 3 mmHg. Persamaan yang menyatakan hubungan volume pelarut dengan konsentrasi bitumen di permeat adalah , hubungan antara laju alir dengan konsentrasi bitumen di permeat adalah , hubungan antara pressure drop dengan konsentrasi bitumen di permeat adalah dengan Y adalah konsentrasi bitumen di permeat, X1 adalah volume pelarut, X2 adalah laju alir, dan X3 adalah pressure drop.

ABSTRACT
Method of separation between solvent with bitumen that is currently used in asphalt industry of natural asphalt raises many issues so more environmentally friendly separation method and uses low energy consumption need to be developed by using membrane. This study separates kerosene with bitumen on extraction of natural asphalt using polypropylene hollow fiber membranes. The purpose of this study is to get kerosene with a small concentration of bitumen so that kerosene can be reused as a solvent. This study was conducted with three variations, namely the pressure drop, flow rate and volume of the solvent. The largest differences of initial concentration and the bitumen concentration in permeate is equal to 0.01197 g/mL that obtained on the smallest solvent volume ratio by weight of bitumen of 60 mL/g, while the smallest bitumen concentration in permeate at 0.0046 g/mL was found in the greatest flow rate of 300 mL/min and at 0.0034 g/mL was found in the smallest pressure drop of 3 mmHg. The equation that expresses the relation of solvent volume ratio with bitumen concentration in the permeate is , the relation of flow rate with bitumen concentration in the permeate is , the relation of pressure drop with the bitumen in the permeate is with Y is bitumen concentration in permeate, X1 is the volume of solvent, X2 is the flow rate, and X3 is the pressure drop.
"
2015
S59896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Defriandi
"ABSTRAK
Saat masalah pengemas menjadi masalah yang mmit, sering plastik adalah jawabannya yang dapat melakukan fimgsi produk dan service. Dengan penambahan aditif - aditif tertentu plastik dapat menjadi transparan serta tahan
lama dalam pemakaian. Antioksidan yang mempakan aditif yang hampir selalu ada dalam setiap produk plastik memainkan peranan cukup penting dalam menjaga plastik dari kerusakan saat pemprosesan maupun penggunaan akhir. Untuk itulah Pertamina sebagai salah satu pr^usen bahan plastik jenis
polipropilen berkeinginan meneliti antioksidan baru IRGANOJ^ HP 2225 produksi Ciba Specialty Chemicals, Inc, guna memenuhi kebutuhan kilang untuk menurunkan biaya produksi dengan mengganti antioksidan primer dan sekunder
yang telah dipakai. Penelitian dilakukan dengan melakukan variasi konsentrasi terhadap antioksidan Irganox HP 2225 serta variasi pada antioksidan sekunder yang telah dipakai dan antioksidan primer tetap. Formulasi terdiri atas FO sebagai standar, F1-F3 sebagai formulasi dengan variasi pada antioksidan sekunder dan antioksidan primer tetap, dan F4-F9 merupakan formulasi dengan variasi pada Irganox.HP 2225. Proses terdiri dua tahap, tahap awal merupakan proses skala lab untuk menentukan formulasi yang akan dipakai imtuk tahap selanjutnya yaitu skala besar. Pada tahapan awal ini menggunakan proses berulang {multiple extrusion)
serta untuk setiap tahapannya dilakukan uji MFR serta wama. Dari tahapan ini diambil formulasi F9 untuk skala besar dan FO sebagai standar.Proses skala besar meliputi pembuatan pellet serta pembuatan film FO dan F9 dengan basil pengujian yang diperoleh untuk aging FO bertahan hingga 72 jam, F9 120 jam; pengujian keburaman {Haze) untuk FO 1,40 % dan F9 0,70 %; pengujian kekilapan (Gloss) untuk FO 136,2 % dan F9 148,0 %; pengujian kuat sobek (Tearing) arah MD untuk FO 30,56 g/mil dan F9 29,12 ^mil sedang arah
TD untuk FO 30,06 g/mil dan F9 30,28 g/mil; pengujian kuat pecah (Falling Dart Impact) untuk FO 31,5003 g dan F9 46,5003 g. Dari pengujian tersebut terlihat bahwa penambahan antioksidan Irganox HP 2225 pada konsentrasi terendah yang direkomendasikan sebesar 0,05 % masih
f menunjukkan beberapa sifat - sifat yang lebih baik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ihsan Budi R
"Polipropilen merupakan polimer hidrokarbon linier yang dibuat dengan cara melakukan polimerisasi adisi pada gas propilen. PP terdiri atas rantai-rantai molekul dari sejumlah propilen. Polipropilen merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari pengujian ini akan dipelajari kondisi proses pembuatan plastic film polipropilen dan sifat mekanis PP yang penting terkait dengan aplikasinya sebagai kemasan. Pengujian sifat mekanis terhadap PP, yaitu kekuatan tarik, sobek dan impak terhadap PP A, B dan C dilakukan untuk membandingkan karakteristik mekanis ketiga PP ini. Penelitian yang dilakukan akan memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanis polipropilen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain viskositas, kristalinitas, berat molekul PP. Kondisi operasi permesinan plastic film yang diterapkan adalah kondisi standar operasi permesinan PP A. Kondisi operasi yang diterapkan pada PP sangat berpengaruh terhadap kinerja PP. MFR yang terendah adalah PP C sebesar 6.7 + 0.38 gram/10 menit. PP C her ada pada kondisi operasi yang tidak tepat karena saat permesinan plastic filmnya menggunakan kondisi operasi standar PP A yang mempunyai MFR 9.97+0.05 gram/10 menit.
Dari pengujian mekanis, PP B memiliki kuat tarik 240+20 kg/cm_ saat yield dan 544+45kg/cm_ saatputus dan kuat sobek 53.50 _ 5.12 gram/mil yang tertinggi dibandingkan PP A dan C. Kekuatan impak yang tinggi tidak selalu berkaitan dengan kristalinitasnya yang rendah tapi juga elongasi. PP B mempunyai kristalinitas yang tinggi tapi juga mempunyai kuat impak tinggi karena ketangguhannya yang disebabkan oleh elongasinya lebih dari 600 %. Nilai impak yang tinggi dari PP C dengan impact failure weight 35 gram disebabkan karena kristalinitas yang rendah. Aditifantiblocking danfriksi hanya mempengaruhi sifat lekatan lapisan film pada PP A, B dan C dan tidak berpengaruh terhadap sifat mekanis PP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Istiawan
"ABSTRAK
Pembuatan alat-alat rumah tangga dengan memakai bahan polipropilen dilakukan dengan menggunakan alat "injection molding" pada suhu tinggi. Akibatnya bahan polimer tersebut akan mengalami proses degradasi termal dan metoda pencegahan yang dilakukan adalah dengan menambahkan aditif heat stabilizer.
Apabila polimer mengalami degradasi termal, maka akan berpengaruh terhadap sifat mekanik yang dimilikinya. Untuk melihat hubungan tersebut, telah dilaksanakan penelitian dengan cara melakukan proses daur ulang bahan polimer dan melakukan pengujian perubahan sifat mekanik yang ditimbulkannya.
Pembuatan bijih polimer dilaksanakan dengan mencampurkan bahan polipropilen pluff dengan 2 jenis aditif heat stabilizer yang berbeda dan dengan menggunakan konsentrasi aditif yang bervariasi mulai dari 0.00 % ; 0.03 % ; 0.05 % ; 0.08 % dan 0,10 %. Metoda pembuatan adalah dengan mencampur secara keying dengan alat henscle mixer dan kemudian dilakukan proses ekstruksi untuk dibuat pelet polipropilen. Masing-masing pelet yang dihasilkan dipisahkan untuk di uji sifat mekanik, struktur dan konstanta degradasi. Sedangkan sisanya di daur ulang sampai 5 kali, dengan sampel ke satu, ke tiga dan ke lima di sampling untuk diuji sifat mekanik dan uji struktur. Uji struktur dilaksanakan dengan alat Fourier Transform Infra Red dan uji konstanta degradasi dengan Differential Scanning Calorimetry.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemakaian konsentrasi aditif heat stabilizer yang bertambah besar akan menurunkan harga konstanta degradasinya, sedangkan perubahan sifat mekanik yang meliputi tensile strength, elongasi, impact strength dan sifat optik whiteness index menunjukan, bahwa apabila polimer mempunyai harga konstanta degradasi yang lebih kecil, kemudian dilakukan proses daur ulang, maka perubahan sifat mekanik dan optis yang ditimbulkan akan berlangsung lebih lambat. Sedangkan proses daur ulang polimer polipropilen, akan menyebabkan perubahan struktur kimianya, hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya pita serapan gugus karbonil pada bilangan gelombang v 1716."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kopolimerisasi cangkok asam akrilat (AA) pada serat polipropilen isotaktik (PP) dipelajari menggunakan sinar Y dari sumber CO dengan teknik pra-iradiasi dalam atmosfir nitrogen. PP yang telah dihidrasi direaksikan dengan larutan AA dalam air. Proses pecangkokan ditentukan sebagai fungsi dosis total konsentrasi monomer temperatur dan waktu reaksi. Serat PP-g-AA dikarakterisasi dengan FTIR, DSC, SEMEDAX dan kapasitas penukaran ionnya terhadap ion Cu. Meningkatnya kadar pencangkokan akan meningkatkan pula kestabilan termal dan ketebalan serat. Serat yang telah dicangkok menunjukkan kinetika penularan ion yang tinggi terhadap ion Cu. Serat PP-g-AA dengan kadar pencangkokan 316.7% menunjukkan kapasitas penukaran ion sebesar 6.73 mek/g dan ion Cu terikat dan terdistribusi secara merata pada permukaan serat.

Graft copolymerization of acrylic acid (AA) onto polypropylene (PP) has been studied by using gamma rays from Co source by preirradition technique in nitrogen atmosphere . The preirradiated PP was treated with aqueous solution of AA . The precentage of grafting was determined as a function of total dose., monomer concentration,temperature and reaction periode PP-g-AA fibre was characterized by FTIR,DSC,SSEM-EDAX and the exchane capacity towards Cu ions.It was observed that the increase of percentage of grafting is followed by the increase of thermal stability and fibre thickness.High exchange kinetics towards Cu ions was shown.PP-g-AA fibre with degree of grafting of 316.7% showed exchange capacity of 6.73 meq/g and the binding copper ions were distributed homogenously in the fibre surface."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1997
SAIN-II-2-Mei1997-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pujakesuma Perdani
"ABSTRAK
Beton ringan merupakan beton yang memiliki berat kurang dari 1850 kg/m3 yang memiliki kelebihan dapat mengurangi beban struktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari beton ringan beragregat Polipropilen berupa kuat tekan dan mengetahui bagaimana kemampuan beton ringan dalam hal lekatan dengan baja tulangan yang ditentukan dengan kuat lekat. Penelitian ini menggunakan 3 jenis campuran berbeda dengan volume agregat ringan yang berbeda-beda. Kuat tekan beton ringan yang dihasilkan sudah termasuk dalam kuat tekan beton ringan struktural dengan kuat tekan optimum mencapai 26,58 MPa. Semakin sedikit volume agregat ringan yang digunakan, maka semakin besar kuat tekannya. Hal ini juga dipengaruhi oleh persebaran butir agregat kasar ringan. Sementara kuat lekat hasil pemodelan yang dihasilkan mendekati eksperimen dengan nilai tegangan yang terus naik. Semakin besar diameter tulangan, maka semakin besar tegangan lekatnya dan semakin tinggi nilai kuat tekan beton ringan, maka semakin besar pula tegangan lekatnya.

ABSTRACT
Lightweight concrete is a concrete that have less than 1850 kg m3 weight, which has the advantage of reducing the structural load. The purpose of this research is to know the characteristic of lightweight concrete in the form of compressive strength and to know how the ability of lightweight concrete in bonding with the reinforcing steel determined with bond strength. This study used 3 different mixtures with different lightweight aggregate volumes. The resulting lightweight concrete strength is included in the compressive strength of lightweight structural concrete with optimum compressive strength reaching 26.58 MPa. The less lightweight aggregate volume used, the greater the compressive strength. It is also influenced by the spreading of small aggregates gradation. The bond from modelling result approaches the experiment result with the increasing value of stress. The larger the diameter of the reinforcement, the greater the bond stress and the higher the value of the compressive strength of lightweight concrete, the greater the bond stress."
2017
S68848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>