Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fairuz Septiningrum
Abstrak :
Pewarna tekstil mengandung polutan organik yang dapat menyebabkan pencemaran serius pada air. Proses fotokatalisis dapat mendegradasi polutan organik menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Titanium dioksida (TiO2) merupakan material semikonduktor yang sering digunakan sebagai fotokatalis tetapi masih menghasilkan aktivitas fotokatalisis yang rendah akibat energi celah pita yang besar. Modifikasi TiO2 untuk meningkatkan sensitivitasnya pada rentang cahaya tampak telah banyak dilakukan, salah satunya dengan komposit logam mulia seperti perak (Ag) untuk memanfaatkan efek localized surface plasmon resonance (LSPR) yang dimilikinya. Pada penelitian ini, sintesis nanokomposit Ag/TiO2 dilakukan dengan metode hijau yang lebih ramah lingkungan, sederhana dan hemat biaya dengan menggunakan ekstrak kulit buah manggis. Kinerja nanokomposit Ag/TiO2 diuji sebagai fotokatalis dalam mendegradasi zat pewarna metilen biru (MB). Hasil uji aktivitas fotokatalisis dengan nanokomposit Ag/TiO2 dengan konsentrasi Ag 45 mM menunjukkan persentase degradasi sebesar 100% di bawah penyinaran cahaya tampak sedangkan TiO2 murni hanya mencapai 20% tingkat degradasi larutan MB. Peningkatan aktivitas fotokatalisis ini dapat dikaitkan dengan peningkatan penyerapan cahaya akibat efek LSPR yang dimiliki Ag. Dengan demikian, komposit TiO2 dengan Ag memiliki potensi besar dalam meremediasi polutan organik dalam limbah zat pewarna. ......Textile dyes contain organic pollutants that can cause serious water pollution. The photocatalytic process can degrade organic pollutants into compounds that are not harmful to the environment. Titanium dioxide (TiO2) is a semiconductor material that is often used as a photocatalyst but still produces low photocatalytic activity due to its large band gap energy. Many modifications of TiO2 to increase its sensitivity in the visible light range have been carried out, one of which is by composite with precious metals such as silver (Ag) to take advantage of its localized surface plasmon resonance (LSPR) effect. In this study, the synthesis of Ag/TiO2 nanocomposites was carried out using a green method that is more environmentally friendly, simple and cost-effective using mangosteen rind extract. The performance of Ag/TiO2 nanocomposite was tested as a photocatalyst in degrading methylene blue (MB) dye. The results of the photocatalytic activity test using Ag/TiO2 nanocomposite with an Ag concentration of 45 mM showed a 100% degradation percentage under visible light irradiation, while pure TiO2 only reached 20% of the MB solution degradation rate. This increase in photocatalytic activity can be attributed to the increase in light absorption due to the LSPR effect of Ag. Thus, the modification of TiO2 with Ag has great potential in remediating organic pollutants in dye effluents.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dithamara Badzlin
Abstrak :
ABSTRAK
Lahan basah buatan merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan air limbah dengan kriteria biaya yang ekonomis dan mudah diaplikasikan. Namun, pada sistem lahan basah buatan konvensional, proses degradasi polutan oleh mikroorganisme dari air limbah seringkali terbatas pada ketersediaan oksigen terlarut. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan modifikasi lahan basah buatan melalui sistem aerasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan efisiensi penyisihan polutan dari air limbah kantin dengan menggunakan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi dan dengan sistem aerasi. Penelitian ini menerapkan lahan basah buatan aliran horizontal bawah permukaan secara batch dengan menggunakan tanaman Canna indica dan kombinasi media berupa kerikil dan pasir. Pada lahan basah buatan dengan sistem aerasi, dipasang aerator di bagian inlet dan outlet reaktor yang dioperasikan selama 4 jam/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi penyisihan polutan dengan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi dan dengan sistem aerasi masing-masing adalah sebesar 83,02 dan 94,62 untuk COD, 90,10 dan 97,84 untuk TSS, 60,74 dan 84,17 untuk amonia, 32,26 dan 33,06 untuk minyak lemak, serta 89,16 dan 92,24 untuk MBAS. Dari hasil tersebut, maka lahan basah buatan dengan modifikasi berupa sistem aerasi dapat menyisihkan polutan pada air limbah kantin secara lebih optimal jika dibandingkan dengan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi.
ABSTRACT
Constructed wetlands is a simple and cost effective technology alternative for wastewater treatment. However, oxygen supply in conventional constructed wetlands cannot fully meet the requirement for the process of wastewater pollutants degradation by microorganisms. Artificial aeration system is proposed as a solution to enhance the oxygen availability in constructed wetland beds. The aim of this study is to analyze and compare removal rate of pollutant in canteen wastewater by conventional constructed wetland and modified constructed wetland with artificial aeration. This study applied horizontal subsurface flow constructed wetlands with batch system planted with Canna indica and the types media used are gravel and sand. In modified constructed wetland, aerators located in the bed inlet and outlet which are operated for 4 hours day. The results shows that the average removal rate with conventional and modified constructed wetland are respectively 83,02 and 94,62 for COD, 90,10 and 97,84 for TSS, 60,74 and 84,17 for ammonia, 32,26 and 33,06 for grease, also 89,16 and 92,24 for MBAS. According to the results, modified constructed wetland with artificial aeration is more efficient to remove pollutants in canteen wastewater than conventional constructed wetland without artificial aeration.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library