Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fertin Mulyanasari
Abstrak :
Indonesia merupakan negara yang akan mengalami kondisi penduduk usia produktif lebih banyak daripada usia nonproduktif. Usia produktif identik dengan kerja. Jumlah pekerja informal lebih banyak dibandingkan dengan pekerja formal. Pekerja informal seperti pengrajin emping kurang mendapatkan pelayanan kesehatan kerja sehingga berisiko mengalami masalah kesehatan kerja. Pekerja pengrajin emping merupakan pekerjaan yang memiliki sumber risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Melalui Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), pengrajin emping mendapatkan pelayanan kesehatan kerja sehingga pengrajin emping mampu meningkatkan perilaku pencegahan risiko kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan Pos UKK terhadap perilaku pencegahan risiko kecelakaan kerja oleh pengrajin emping di Puskesmas Wilayah Kota Cilegon. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan jumlah sampel 97 orang menggunakan total sampling. Hasil uji Pearson menunjukkan terdapat hubungan antara pelaksanaan pelayanan Pos UKK dengan perilaku pencegahan risiko kecelakaan kerja pengrajin emping (pvalue 0,001). Setiap peningkatan satu nilai satuan pelaksanaan Pos UKK dapat meningkatkan perilaku pencegahan risiko kecelakaan kerja 0,003 dan setiap peningkatan satu nilai satuan masa kerja dapat menurunkan perilaku pencegahan risiko kecelakaan kerja sebesar 0,002. Perilaku pencegahan risiko kecelakaan kerja dipengaruhi 5% oleh pelaksanaan pelayanan Pos UKK dan masa kerja. Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan pelayanan Pos UKK dan melakukan pembinaan secara rutin kepada Pos UKK. ......Indonesia will get condition that incresing productive age population. Characteristic of productive age population is work. The number of informal workers is more than formal workers. Characteristics of informal workers such as emping chips worker do not get occupational health services so they are at risk of work-related accident. Emping chips worker are jobs that have a source of risk and danger that cause occupational injury and disease. Through the Occupational Health Post (Pos UKK), emping chips worker get occupational health services so that emping chips worker are able to improve the prevention behavior of work-related accident. This study aims to identify the relationship between Occupational Health Post (Pos UKK) with prevention behavior of work-related accident in emping chips workers in Cilegon Primary Health Care. This study is a cross-sectional study with sample size are 97 people. Sampling method using total sampling. Pearson test results there is a relationship between the implementation of Occupational Health Post and prevention behavior of work-related accident in emping chips worker (p value 0.001). Each increase one value of Occupational Health Post implementation unit can increase about 0,03% preventive behavior of work-related accident and each increase one value of work period unit can reduce about 0,02% preventive behavior of work-related accident. Prevention behavior of work-related accident is affected about 5% by the implementation of  Occupational Health Post and work period. Primary health care have to improve quality of Occupational Health Post.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Gaharu Nisaa
Abstrak :
Perlindungan kesehatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah diatur dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yakni setiap upaya pembangunan harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat. Untuk mencapainya, pemerintah telah mengupayakan suatu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat UKBM. Salah satu bentuk UKBM untuk pekerja sektor informal adalah Pos Upaya Kesehatan Kerja Pos UKK. Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan Pos UKK di wilayah kerja 6 puskesmas Kota Tangerang tahun 2016 mulai dari pembentukan organisasi, kegiatan pembinaan oleh puskesmas, hingga pemberian pelayanan kesehatan oleh kader. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa untuk mendorong aktifnya penyelenggaraan Pos UKK diperlukan membentuk kerjasama yang kuat dengan lintas sektor terkait, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penanggung jawab program Pos UKK serta kader, dan pengelolaan sumber keuangan.
Health protection and effort to improve public health has been regulated in Law Number 36 year 2009 on Health, that every effort should pay attention to the development of public health, and is the responsibility of both government and society. To achieve that, the government has sought an Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat UKBM. One form of UKBM for informal sector workers is Pos Upaya Kesehatan Kerja Pos UKK. This study focus on the implementation of Pos UKK in the workplace of 6 Health Centers Tangerang City in 2016, ranging from the establishment of the organization, develompment activities, to the provision of occupational health services by the cadres.the results of this study suggest that to encourage active implementation of Pos UKK needed to form strong alliances with across relevant sectors, increase skills and knowledge of the person incharge and cadres of Pos UKK, and management of financial resources.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debit Bagas Kamal Gumilang
Abstrak :
Sektor informal di Indonesia menyerap banyak tenaga kerja dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan bagian dari sektor informal. Diketahui bahwa usaha mikro pembuatan batu bata membutuhkan banyak tenaga kerja fisik dan bekerja di lingkungan yang kurang ideal. Postur tubuh yang canggung, udara yang tercemar asap karbon, terik matahari dan asap menjadi ancaman bagi para pengrajin batu bata selama bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di sektor informal khususnya usaha mikro. Pelaksanaan K3 diukur dari observasi di lapangan, didukung dengan angket untuk mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku pengrajin bata (n = 60), angket Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) untuk melihat gambaran keluhan gangguan otot rangka pada pengrajin batako dan wawancara dengan instansi pemerintah untuk memvalidasi hasil observasi dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku pengrajin bata terkait K3 masih rendah dan belum ada Pos UKK di Desa Panggisari. Keluhan gangguan otot rangka terbanyak terdapat pada punggung bawah (91,6%), bahu (71,7%), dan punggung atas (71,7%). Instansi pemerintah memiliki kendala dan keterbatasan dalam mendukung pelaksanaan K3 yang tepat di sektor usaha mikro. Perlu komitmen yang kuat untuk menjalankan K3 baik dari pengrajin batako maupun dari pemerintah. ......The informal sector in Indonesia absorbs a large number of workers and Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) are part of the informal sector. It is known that brick-making microbusinesses require a lot of physical labor and work in less than ideal environments. The awkward posture, the air polluted with carbon smoke, hot sun and smoke pose a threat to the bricklayers while working. This study aims to determine the extent to which the application of Occupational Safety and Health (K3) in the informal sector, especially micro businesses. The implementation of K3 is measured from observations in the field, supported by a questionnaire to measure the knowledge, attitudes and behavior of brick craftsmen (n = 60), the Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) questionnaire to see a description of complaints of skeletal muscle disorders among brick-block craftsmen and interviews with government agencies to validate it. the results of observations and questionnaires. The results showed that the knowledge, attitudes and behavior of bricklayers related to K3 were still low and there was no UKK Post in Panggisari Village. The most complaints of skeletal muscle disorders were on the lower back (91.6%), shoulders (71.7%), and upper back (71.7%). Government agencies have constraints and limitations in supporting proper OSH implementation in the micro business sector. It needs a strong commitment to run K3 both from brick-making craftsmen and from the government.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library