Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moza Irvanka
"Sepanjang tahun 2020–2022, identitas alpha female sebagai perempuan yang sukses, mandiri, dan percaya diri diperbincangkan di dunia maya, misalnya tiktok dan situs web. Konten-konten yang mengusung tema alpha female juga turut meramaikan tren dunia maya, bahkan beberapa laman pada situs web menyediakan fasilitas kuis untuk mengukur tingkatan alpha female seseorang. Penggambaran perempuan dengan identitas alpha female juga ditampilkan pada Biohackers (2020) musim kedua. Kebebasan, kemampuan, kecerdasan, dan kesetaraan perempuan menjadi fokus pada penelitian ini. Untuk mengetahui persoalan yang berkaitan dengan penggambaran perempuan dengan identitas alpha female sebagai wujud feminitas baru di era posfeminisme, penulis menggunakan metode kualitatif dan kajian pustaka dengan menggunakan teori sinematografi Mascelli (1998) dan konsep posfeminism Gill & Scharff (2011) sebagai acuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa idenitas alpha female dapat ditampilkan dengan cara dan ekspresi yang beragam bagi tiap individu. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih belum terwakilkannya perempuan kulit hitam dalam ruang lingkup STEM.
......During the period from 2020 to 2022, the alpha-female-identity representation as successful, independent, and confident women is discussed in a few cyberspaces, such as Tiktok and websites. A lot of alpha female topics also enliven the virtual world trend and some websites even provide free quiz facilities to measure an alpha female level. The depiction of a woman with an alpha female identity is also shown in Biohackers' season two (2021). Women's freedom, ability, intelligence, and equality are the focus of this research. To find out the problems that related to the depiction of women with alpha female identity as a "new form of femininity" in the era of post feminism, the author used qualitative methods and literature review by Mascelli's (1998) cinematographic theory and Gill & Scharff's (2011) post feminism concepts as references. The results showed that the identity of alpha female can be displayed in various ways and expressions for each individual. In addition, this study also shows that black women are still underrepresented in a field of STEM."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Fevri Tiurlan
"Mompreneurs adalah istilah yang digunakan untuk para ibu rumah tangga yang memilih untuk mengembangkan bisnis sembari menjalankan kewajiban rumah tangga. Fenomena ini semakin berkembang dan kerap dirayakan sebagai bentuk agensi wanita. Artikel ini mengeksplorasi konstruksi mompreneurship di media sosial, Instagram dengan menganalisis komunitas, Mompreneurs Middle East. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana komunitas ini menggabungkan nilai-nilai yang sejalan dengan posfeminisme seperti, otonomi, pemberdayaan, dan konsep new femininity. Penelitian ini menemukan bahwa dalam nilai-nilai tersebut terdapat ambiguitas yang disampaikan melalui dikotomi yang dinegosiasikan, seperti Barat dan Timur, kolektivitas dan individualitas, subjektifitas dan objektivitas, dan inklusivitas dan marjinalisasi. Artikel ini menunjukan bahwa ldquo;mompreneurs yang sukses rdquo; adalah mereka yang berhasil memediasi dua dikotomi, bukan hanya antara domain pekerjaan dan rumah. Hasil negosiasi ini tidak hanya menunjukkan kompleksitas dari fenomena mompreneurship, namun juga tendensi fenomena ini untuk memarjinalkan beberapa kelompok. Keywords:mompreneurship, postfeminisme, ambiguitas, dikotomi.

Mompreneurship is an emerging phenomenon in which a mother balances both her mothering responsibilities, while maintaining a business. With its constant negotiation of both public and domestic, this phenomenon is celebrated as the manifestation of female agency. This undergraduate thesis explores the construction of mompreneurship in social media, namely Instagram and focuses on the community Mompreneurs Middle East. This study sees how the community incorporates values that are aligned postfeminist sensibilities in their post, such as, autonomy, empowerment, and new femininities. It is later found that, within those values, there are ambiguities presented in the posts in the form of dichotomies, such as West and East, collectivity and individuality, subjectivity and objectivity, and inclusivity and marginalization. This study argues that the discourse constructed by Mompreneurs Middle East through their Instagram account produces the notion that ldquo successful mompreneurshp rdquo is attained by the act of reworking and mediating dichotomies, not only in the domain of work and home, but also other dichotomies as mentioned. This negotiation shows an attempt to present a more complex understanding of mompreneurship, which also shows a marginalization of certain groups of people. Keywords mompreneurship postfeminism ambiguity dichotomy. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Mursintowati
"Posfeminisme mulai dikenal di media pada pertengahan tahun 1980an, akan tetapi baru dikenal sebagai sebuah konsep pada tahun 1990an. Pakar feminisme posmodern mempelajari bagaimana gender tercipta oleh struktur bahasa itu sendiri, mereka menganalisa bagaimana subyek bisa digenderkan sebagai ?laki-laki? atau perempuan, maskulin atau feminin.
Salah satu tokoh feminisme posmodern, Helene Cixous mengajukan teori penulisan feminin sebagai sarana perempuan untuk membebaskan diri dari opresi sistem kultural. Senada dengan Cixous, Luce Irigaray juga mengungkapkan perlunya penciptaan bahasa perempuan, yang dapat dijadikan sarana untuk menciptakan tatanan kehidupan yang baru, yang jauh dari sistem oposisi biner.
Hal tersebut kemudian memacu kaum perempuan untuk menulis tentang kehidupan perempuan yang kompleks dan rumit terutama mengenai kondisi emosi dan jiwa mereka, salah satunya adalah Judith Hermann. Dalam karyanya, Hermann mengungkapkan bahwa kini telah tercipta berbagai potret perempuan posfeminis yang berkembang karena hal inilah yang mereka yakini dalam hidup.

Postfeminism began to appear as a term in the media by the id-1980s, but perhaps began to be significantly present as a concept in 1990s. Postmodern feminist scholars were studying how gender was created within the structure of language itself, they examined how subject positions were gendered as "Man" or "Woman," masculine or feminine.
One of these postfeminist experts, Helene Cixous, provides an escape from systems of cultural, religious, sexual and linguistic oppression with her theory of feminine writing. Aligned with Cixous, Luce Irigaray also stated the necessarity of creating women?s language as an effort of creating a new systems of life, away from binary opposition that has suppressed women from the day they were born.
Postfeminism encourages supportive conditions for women to write about their complicated life, their emotion, and also their soul. As an impact, postfeminist's writer emerged in early 1990s. Judith Hermann is one of this succesful writer. She has shown in her writings, that from today on, many postfeminist figures have put a step towards their life based on their beliefs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14619
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library