Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gde Yasa Antarika
"Kecemasan dan nyeri merupakan masalah paling umum pada pasca operasi bedah jantung terbuka. Kedua hal tersebut akan menimbulkan efek negatif seperti meningkatkan penggunaan analgetik, komplikasi paru, gangguan tidur, waktu penyembuhan luka, lama serta biaya perawatan rumah sakit. Pranayama alternate nostril breathing merupakan terapi non-farmakologi yang dapat menurunkan kecemasan dan nyeri pasca bedah jantung. Evidence based nursing practice (EBNP) bertujuan menilai pengaruh pranayama alternate nostril breathing terhadap kecemasan dan nyeri pada pasien pasca bedah jantung. Subjek penelitian sebanyak 44 orang dibagi menjadi kelompok intervensi sejumlah 22 orang dan kelompok kontrol 22 orang. Kelompok intervensi mendapat perlakuan pranayama alternate nostril breathing sedangkan kelompok kontrol berupa relaksasi napas dalam. Penilaian kecemasan menggunakan The State-Trait Anxiety Inventory (STAI) sedangkan penilaian nyeri menggunakan Visual Analog Scale (VAS) 0-100 mm. Uji statistik penelitian menggunkan analisis bivariat dengan uji paired t test dan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan pranayama alternate nostril breathing dapat menurunkan intensitas kecemasan dan nyeri pada kelompok intervensi (p-value <0,05) dibandingkan kelompok kontrol. Pranayama alternate nostril breathing merupakan intervensi non-farmakologi dalam menurunkan kecemasan dan nyeri pasien pasca bedah jantung yang bersifat sederhana, murah, efektif, efesien, dan fleksibel. Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan menggunakan sampel lebih besar serta instrumen penilaian kecemasan pasca operasi yang lebih spesifik.

Anxiety and pain are the most common problems after open heart surgery. Both of them causes negative effects such as increasing the use of analgesics, pulmonary complications, sleep disturbances, wound healing time, hospital length of stay and cost. Pranayama alternate nostril breathing is a non-pharmacological therapy that can reduce anxiety and pain in post-cardiac surgery patients. Evidence based nursing practice (EBNP) aims to assess the effect of Pranayama alternate nostril breathing on anxiety and pain in post-cardiac surgery. The subjects were 44 people who divided into an intervention group of 22 people and a control group of 22 people. The intervention group received Pranayama alternate nostril breathing while the control group was get deep breathing relaxation. The State-Trait Anxiety Inventory (STAI) was used for anxiety assessment while the Visual Analog Scale (VAS) for pain assesment. The statistic test used bivariate analysis with paired t test and independent t test. Pranayama alternate nostril breathing could reduce the intensity of anxiety and pain in the intervention group (p-value <0.05) compared to the control group. Pranayama alternate nostril breathing is a non-pharmacological intervention for reducing anxiety and pain in post-cardiac surgery patients that is simple, inexpensive, effective, efficient, and flexible. Further research needs to be done using a larger sample and a more specific postoperative anxiety assessment instrument."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suprohaita
"Latar belakang: Penurunan curah jantung merupakan masalah yang penting dalam penatalaksanaan pasca-bedah jantung terbuka karena penurunan curah jantung ini meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Modalitas untuk pemantauan curah jantung bergeser dari invasif ke non-invasif. Alat ultrasonic cardiac output monitor (USCOM) dan ekokardiografi menjadi alat baru yang non-invasif. Bila dibandingkan dengan alat ekokardiografi yang membutuhkan keahlian khusus, alat USCOM dapat dijadikan alat pengukuran indeks curah jantung alternatif secara intermiten oleh tenaga medis terlatih.
Tujuan: Untuk mengetahui kesesuaian hasil pengukuran indeks curah jantung dengan alat USCOM dibandingkan ekokardiografi pada anak pasca-bedah jantung terbuka dengan pintasan jantung paru.
Metode: Studi potong lintang (cross sectional) pada anak pasca-bedah jantung terbuka dengan PJP dengan metode pengukuran simultan indeks curah jantung dengan alat USCOM dan ekokardiografi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dari bulan Juni-Juli 2014.
Hasil: Tiga belas pasien yang menjalani bedah jantung terbuka berhasil diukur dengan alat USCOM dan ekokardiografi secara simultan. Subyek terdiri atas 8 laki-laki dan 5 perempuan dengan median usia 3 tahun (1-12 tahun). Median berat badan, tinggi badan, dan luas permukaan tubuh berturut-turut 11 kg (5,5-29 kg), 82 cm (63-133 cm), dan 0,53 m2 (0,32- 0,98 m2). Diagnosis terbanyak berturut-turut adalah tetralogi Fallot (5 subyek), defek septum ventrikel (3 subyek), dan DORV (2 subyek). Pada analisis Bland-Altman indeks curah jantung yang diukur dengan alat USCOM dibandingkan ekokardiografi didapatkan perbedaan rerata sebesar 0,115 L/menit/m2 (IK95% -0,536 hingga 0,766) dan batas kesesuaian -3,616 hingga 3,846 L/menit/m2. Hasil tambahan penelitian ini berupa perbedaan rerata indeks isi sekuncup 0,03 mL/m2 (IK95% -5,002 hingga 5,065) dan batas kesesuaian -28,822 hingga 28,885 mL/m2. Perbedaan rerata diameter LVOT -0,017 cm (IK95% -0,098 hingga 0,064) dan batas kesesuaian -0,285 hingga 0,251 cm. Perbedaan rerata nilai VTI didapatkan sebesar -2,991 cm (IK95% -4,670 hingga -1,311) dan batas kesesuaian -12,616 hingga 6,635 cm.
Kesimpulan: Pengukuran indeks curah jantung dengan alat USCOM dibandingkan ekokardiografi pada anak pasca-bedah jantung terbuka dengan PJP didapatkan perbedaan rerata kedua pengukuran kecil dan batas kesesuaian 95% yang lebar. Pada pengukuran indeks curah jantung yang makin rendah, perbedaan atau selisih rerata semakin kecil dan memiliki kesesuaiannya lebih baik.

Background: Low cardiac output is important problem in post-open heart surgery management because this condition increase morbidity and mortality. Modality of cardiac output monitoring shifted from invasive to non-invasive. Ultrasonic cardiac output monitor (USCOM) and echocardiography are new non-invasive tools. Echocardiography needs special skill, but USCOM can used by trained user because of fast learning curve of skill.
Objectives: To determine the agreement of cardiac index measurement by USCOM and echocardiography in children after open heart surgery with cardiopulmonary bypass.
Methods: Cross sectional study using simultaneous measurement of cardiac index by USCOM and echocardiography on post-open heart surgery patient in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, from Juni-Juli 2014.
Results: Thirteen post-open heart surgery of pediatric patient were enrolled (8 male and 5 female, median of age 3 years old (1-12 years old). Median of body weight, height, and body surface area respectively were 11 kg (5,5-29 kg), 82 cm (63-133 cm), dan 0,53 m2 (0,32-0,98 m2). Diagnosis of patient were tetralogi Fallot (5 subject), ventricular septal defect (3 subject), dan double outlet right ventricle (2 subject). This study using Bland-Altman analysis of cardiac index measurement by USCOM and echocardiography. Mean bias was 0,115 L/minute/m2 (95%CI -0,536 to 0,766) and limit of agreement was -3,616 to 3,846 L/minute/m2. Secondary outcome of this study was mean bias of stroke volume index 0,03 mL/m2 (95%CI -5,002 to 5,065) and limit of agreement was -28,822 to 28,885 mL/m2. Mean bias of LVOT diameter was -0,017 cm (95%CI -0,098 to 0,064) and limit of agreement was -0,285 to 0,251 cm. Mean bias of VTI was -2,991 cm (95%CI -4,670 to -1,311) and limit of agreement -12,616 to 6,635 cm.
Conclusion: Cardiac index measurement by USCOM and echocardiography in children after open heart surgery has narrow mean bias and wide limit of agreement. Mean bias was narrower and good agreement in patient with low cardiac index."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library