Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nicko Perdana Hardiansyah
"ABSTRAK
Pendahuluan Penggunaan tandur tulang lokal saat ini masih menjadi pilihan utama dalam tatalaksana fusi posterolateral pada kasus spondilosis lumbal di negara berkembang. Rendahnya tingkat fusi yang dihasilkan oleh tindakan ini mendorong penggunaan alternatif material lain. Penambahan aspirat sumsum tulang pada tandur tulang lokal dapat menjadi pilihan yang efektif dalam tatalaksana fusi posterolateral pada pasien spondilosis lumbal, namun saat ini belum ada data mengenai luaran klinis dari tatalaksana jenis ini di Indonesia. Metode Penelitian ini merupakan metode Kohort Retrospektif pada 38 pasien dengan tatalaksana fusi posterolateral dengan menggunakan tandur tulang lokal yang terbagi atas 19 pasien kelompok dengan penambahan aspirat sumsum tulang dan 19 pasien kelompok tanpa penambahan aspirat sumsum tulang. Seluruh pasien mendapatkan tindakan operasi setelah tindakan konservatif gagal dalam mengatasi keluhan nyeri. Evaluasi klinis pada masing-masing kelompok menggunakan skor IDO dinilai sebelum operasi, bulan ke-3 dan ke-6 setelah operasi. Hasil Tiga orang Ahli Orthopaedi Divisi Tulang Belakang melakukan operasi fusi posterolateral dan stabilisasi posterior. Perbandingan skor IDO sebelum operasi di antara kedua kelompok tidak menunjukan perbedaan yang bermakna. Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata skor IDO pada kedua kelompok hingga bulan ketiga. Namun, perbandingan skor IDO pre operasi dan 6 bulan paska operasi menunjukkan kelompok dengan penambahan aspirat sumsum tulang akan menghasilkan rerata skor IDO lebih baik. Kesimpulan Luaran klinis pasien spondilosis lumbal yang menjalani fusi posteralateral menggunakan tandur tulang lokal dengan penambahan aspirat sumsum tulang menunjukkan hasil yang baik. Penambahan aspirat sumsum tulang pada fusi posterolateral menggunakan tandur tulang lokal dapat dipertimbangkan sebagai alternatif bagi pasien spondilosis lumbal yang diindikasikan untuk tindakan operatif.

ABSTRACT
Introduction The use of local bone graft still a mainstay in posterolateral fusion surgery for lumbar spondylosis cases in developing countries. Low rates of fusion encourage the alternative use of other materials. The addition of bone marrow aspirates in the local bone graft may be an option in the treatment of posterolateral fusion in the lumbar spondylosis patients, however there is no data on the clinical outcomes of treatment of this procedure in indonesia. Methods A retrospective cohort study was conducted in 38 patients treated by posterolateral fusion using local autograft that were divided into 19 patients with addition of bone marrow aspirates and 19 patients without addition of bone marrow aspirates. All patients received surgery after conservative treatments failed to address the complaint of pain. Clinical evaluation in each group using ODI score assessed preoperatively, 3rd, and 6th month postoperatively. Results Three Orthopedic Spine Surgeon performed posterolateral fusion and posterior stabilization. Comparison of preoperative ODI score between the two groups showed no significant difference. There were no significant differences in ODI score mean in both groups in 3 months after surgery. However, the bone marrow aspirate group produced a better mean difference of ODI score after 6 months. Conclusions The clinical outcomes of lumbal spondylosis patients undergoing posteralateral fusion using local autograft with addition of bone marrow aspirate showed good results. The addition of bone marrow aspirates in posterolateral fusion using local bone graft can be considered as an alternative for lumbar spondylosis patients who are indicated for surgery. "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Hidayat
"Pendahuluan: Fusi spinal posterolateral adalah prosedur sering dilakukan dalam tindakan arthrodesis spinal yang menggunakan autograft dari krista iliaka. Penggunaan autograft memiliki keterbatasan dan komplikasi. Tingkat pseudoarthrosis berkisar antara 5-35%. Penggunaan platelet rich plasma (PRP) sebagai faktor osteoinduktif memiliki dasar ilmiah. Platelet dengan cepat menempel pada permukaan tandur tulang dan mengalami degranulasi, kemudian melepaskan faktor-faktor pertumbuhan yang memicu penyembuhan tulang dan inkorporasi tandur. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian PRP terhadap tingkat fusi pada tindakan fusi spinal pada kelinci putih New Zealand.
Metode: Fusi posterolateral dilakukan pada 16 ekor kelinci putih New Zealand yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok fusi dengan autograft dan fusi dengan autograft + PRP. PRP diambil dari vena perifer lalu disentrifugasi, kemudian dilanjutkan dengan tindakan fusi posterolateral, pengambilan tandur krista iliaka, dan aplikasi PRP. Observasi dilakukan selama 8 minggu. Evaluasi dinilai secara radiologis dengan modifikasi skor Bridwell dan histologis dengan skor Huo/Friedlaender.
Hasil: Secara radiologis, pada kelompok perlakuan fusi spinal dengan autograft didapatkan 5 sampel definite fusion, 1 sampel probable fusion, dan 2 sampel nonunion. Sementara itu, pada kelompok perlakuan fusi spinal dengan autograft + PRP terdapat 5 sampel definite fusion, 3 sampel probable fusion, dan tidak ada nonunion. Namun, tidak terdapat perbedaan radiologis yang bermakna. Kelompok fusi spinal dengan autograft + PRP memiliki rerata dan median skor histologis yang lebih tinggi dibandingkan kelompok fusi spinal dengan autograft saja secara bermakna (8 vs 6,5).
Simpulan: Pemberian PRP bersama dengan autograft pada fusi spinal posterolateral memiliki pengaruh terhadap tingkat fusi pada fusi spinal pada kelinci putih New Zealand. Pemberian PRP dapat dipertimbangkan dan diteliti lebih lanjut sebagai faktor osteoinduktif alternatif dalam fusi spinal posterolateral.

Introduction: Posterolateral spinal fusion is a common procedure in spinal arthrodesis using autograft from iliac crest. Autografts utilization possess limitations and complication with pseudoarthrosis ranging between 5-35%. Platelet rich plasma (PRP) usage as an osteoinductive factors is based on scientific reasons. Platelets can quickly adhere to the surface of the bone graft and degranulate, releasing growth factors afterwards and inducing bone healing and graft incorporation. This study aim to establish the effect of PRP administration on fusion rate for spinal fusion on New Zealand white rabbit.
Method: Posterolateral fusions were done on 16 white New Zealand rabbits divided into two groups: fusion with autograft and fusion with autograft + PRP. PRP was taken from peripheral vein and centrifuged. Posterolateral fusion and graft harvesting from iliac crest were followed by PRP application. Observation was done for 8 weeks. Evaluation was done radiologically with modified Bridwell score and histologically with Huo/Friedlaender score.
Results: Radiologically, for spinal fusion with autograft group, the result were 5 definite fusion, 1 probable fusion, and 2 nonunion fusion. For spinal fusion with autograft + PRP, there was 5 definite fusion, 3 probable fusion, and no nonunion. There was no significant difference radiologically. Spinal fusion with autograft + PRP had higher mean and median for histological score compared to spinal fusion with autograft (8 vs 6.5).
Conclusion: PRP administration with autograft for posterolateral spinal fusion affected fusion rate for spinal fusion on New Zealand white rabbit. PRP administration can be considered and studied further as an alternative for osteoinductive factors for posterolateral spinal fusion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library