Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Immawanti
"[Perempuan pasca melahirkan adalah kelompok yang berisiko mengalami perubahan pada fungsi seksual. Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan fungsi seksual ibu postpartum pervaginam dengan atau tanpa episiotomi dan pasca bedah sesar. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel berjumlah 225 ibu postpartum yang diambil secara consecutive sampling dari bulan April-Mei 2015. Fungsi seksual dinilai dengan Sexual Function Questionnaire (SFQ). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara fungsi seksual pada semua jenis persalinan (p=0,977), begitupun hasrat seksual, gairah seksual, dan orgasme. Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan seksual ibu pada perawatan postpartum yang berkualitas.;The postpartum women is one of group who experience sexual function changes. The aims of the study is to know the comparation sexual function woman after vaginal delivery without episiotomi and post caesarean section. The study was a descriptive study of cross-sectional design. The sample was 225 woman
postpartum was taken by consecutive sampling from April-May 2015. Sexual function was assessed by the Sexual Function Questionnaire (SFQ) score. The results of this study showed there were no significant differences between sexual function and types of delivery (p=0.977), including sexual desire, sexual arousal and orgasm. The results of the study can be used to increase nurses’s service sexual postpartum women for reach quality postpartum care., The postpartum women is one of group who experience sexual function changes.
The aims of the study is to know the comparation sexual function woman after
vaginal delivery without episiotomi and post caesarean section. The study was a
descriptive study of cross-sectional design. The sample was 225 woman
postpartum was taken by consecutive sampling from April-May 2015. Sexual
function was assessed by the Sexual Function Questionnaire (SFQ) score. The
results of this study showed there were no significant differences between sexual
function and types of delivery (p=0.977), including sexual desire, sexual arousal
and orgasm. The results of the study can be used to increase nurses’s service
sexual postpartum women for reach quality postpartum care.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Farida Linda Sari
"Kelelahan postpartum digambarkan sebagai fenomena yang kompleks yang berhubungan dengan fisiologis, psikologis dan faktor situasi dan dialami sebagai perasaan negatif, tidak nyaman dan kurang efisien.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik ibu, faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor situasi dengan tingkat kelelahan ibu postpartum di ruang V RSU dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian yang digunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, jumlah sampel dalam penelitian 69 responden. Uji statistik menggunakan kai kuadrat dengan α = 0,05. Berdasarkan hasil analisis univariat diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki umur 20-35 tahun (82,6%), multipara (68,1%), memiliki sikap positif terhadap kehadiran bayi (95,7%), memberikan makanan bayi baru baru lahir dengan susu formula (66,7%), melahirkan dengan SC (53,6%), memiliki kecemasan sedang (85,5%) dan memiliki dukungan sosial baik (95,7%).
Berdasarkan analisa bivariat diperoleh bahwa semua variabel independen yaitu umur (p value 1,00), paritas (p value 0,652), sikap ibu terhadap kehadiran bayi (p value 1,00), jenis pemberian makanan bayi baru lahir (p value 1,00), tipe melahirkan (p value 0,973), kecemasan (p value 0,057) dan dukungan sosial (p value 1,00) tidak ada yang berhubungan secara signifikan dengan tingkat kelelahan ibu postpartum. Berdasarkan analisis multivariat diperoleh bahwa kecemasan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian tingkat kelelahan ibu postpartum (OR=6,09). Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada perawat untuk mengkaji tingkat kelelahan masing-masing ibu postpartum, merancang dan mengembangkan intervensi keperawatan untuk mengurangi kelelahan ibu postpartum.
......Postpartum fatigue has been described as a complex phenomenon related to physiologic, psychologic and situational factors and experienced as feeling negative, uncomfortable and less efficient. The purpose of this study was to identify relationship among the maternal characteristic, physiological factors, psychological factors and situational factors with fatigue levels of postpartum women in room V RSU dr. Pirngadi Medan. This research design used analytic descriptive with cross-sectional. Data were collected through questionnaire. Sampel size study was 69 responden. Statistics test with chi kuadrat in level α 0,05. Univariate analysis of data indicated that majority responden was age 20-35 years (82,6%), multipara (68,1%), have attituded positive with baby (95,7%), feeding type of newborn with bottle feeding (66,7%), type of delivery with surgical delivery (53,6%), have anxiety moderately (85,5%) and have social support good (95,7%).
Bivariate analysis found all variable independent age (p value 1,00), parity (p value 0,652), attitude with baby (p value 1,00), feeding type (p value 1,00), type of delivery (p value 0,973), anxiety (p value 0,057) and social support (p value 1,00) did not significanly related to fatigue level. Multivariat analysis using logistic regression found that dominant factor related to postpartum fatigue was anxiety (OR=6,09). The result of this study suggested to nurses to examine fatigue levels each patients, design and explore nursing intervention to reduce fatigue levels of postpartum women."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Farida Linda Sari
"Kelelahan postpartum digambarkan sebagai fenomena yang kompleks yang berhubungan dengan fisiologis, psikologis dan faktor situasi dan dialami sebagai perasaan negatif, tidak nyaman dan kurang efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik ibu, faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor situasi dengan tingkat kelelahan ibu postpartum di ruang V RSU dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian yang digunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, jumlah sampel dalam penelitian 69 responden. Uji statistik menggunakan kai kuadrat dengan α = 0,05. Berdasarkan hasil analisis univariat diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki umur 20-35 tahun (82,6%), multipara (68,1%), memiliki sikap positif terhadap kehadiran bayi (95,7%), memberikan makanan bayi baru baru lahir dengan susu formula (66,7%), melahirkan dengan SC (53,6%), memiliki kecemasan sedang (85,5%) dan memiliki dukungan sosial baik (95,7%). Berdasarkan analisa bivariat diperoleh bahwa semua variabel independen yaitu umur (p value 1,00), paritas (p value 0,652), sikap ibu terhadap kehadiran bayi (p value 1,00), jenis pemberian makanan bayi baru lahir (p value 1,00), tipe melahirkan (p value 0,973), kecemasan (p value 0,057) dan dukungan sosial (p value 1,00) tidak ada yang berhubungan secara signifikan dengan tingkat kelelahan ibu postpartum. Berdasarkan analisis multivariat diperoleh bahwa kecemasan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian tingkat kelelahan ibu postpartum (OR=6,09). Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada perawat untuk mengkaji tingkat kelelahan masing-masing ibu postpartum, merancang dan mengembangkan intervensi keperawatan untuk mengurangi kelelahan ibu postpartum.
......Postpartum fatigue has been described as a complex phenomenon related to physiologic, psychologic and situational factors and experienced as feeling negative, uncomfortable and less efficient. The purpose of this study was to identify relationship among the maternal characteristic, physiological factors, psychological factors and situational factors with fatigue levels of postpartum women in room V RSU dr. Pirngadi Medan. This research design used analytic descriptive with cross-sectional. Data were collected through questionnaire. Sampel size study was 69 responden. Statistics test with chi kuadrat in level α 0,05. Univariate analysis of data indicated that majority responden was age 20-35 years (82,6%), multipara (68,1%), have attituded positive with baby (95,7%), feeding type of newborn with bottle feeding (66,7%), type of delivery with surgical delivery (53,6%), have anxiety moderately (85,5%) and have social support good (95,7%). Bivariate analysis found all variable independent age (p value 1,00), parity (p value 0,652), attitude with baby (p value 1,00), feeding type (p value 1,00), type of delivery (p value 0,973), anxiety (p value 0,057) and social support (p value 1,00) did not significanly related to fatigue level. Multivariat analysis using logistic regression found that dominant factor related to postpartum fatigue was anxiety (OR=6,09). The result of this study suggested to nurses to examine fatigue levels each patients, design and explore nursing intervention to reduce fatigue levels of postpartum women."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Kinanti Putri Wisnu
"Perubahan komposisi tubuh sering digunakan untuk menilai pengaruh pola makan pada tubuh. Pola makan yang tidak sehat secara langsung mempengaruhi kerentanan terhadap obesitas dan dengan demikian, terkena noncommunicable diseases (NCD) nantinya. Namun, masih belum diketahui apakah kualitas diet seperti Alternating Healthy Eating Index for pregnancy (AHEIP) dapat dikaitkan dengan kondisi tersebut pada wanita postpartum. Penelitian ini menyelidiki kualitas diet wanita postpartum di Jakarta dan menganalisis hubungannya dengan persentase lemak tubuh. Studi ini menggunakan data sekunder dari ‘BRAVE’ project oleh HNRC-IMERI FKUI yang melakukan studi cross-sectional pada populasi di Jakarta. Penelitian ini melibatkan 132 wanita yang sedang dalam periode 6 bulan setelah persalinan. Kualitas diet dinilai melalui pengumpulan kuesioner 24-hour food recall dan diikuti oleh kalkulasi skor AHEI-P. Sedangkan persentase lemak tubuh dihitung dengan rumus termodifikasi yang menggunakan hasil pengukuran ketebalan lipatan kulit subscapular, trisep, bisep, serta tinggi tubuh, dan lengkar lingan. Hubungan antara skor AHEI-P dan persentase lemak tubuh kami tentukan dengan melakukan analisis regresi linear berganda yang disesuaikan dengan faktor perancu. Skor AHEI-P dari 78% total subjek adalah <45, menunjukkan kualitas diet yang buruk. Sedangkan median dari persentase lemak tubuh adalah 31.3, dengan 90,2% dari total subjek memiliki persentase lemak tubuh yang normal. Melalui regresi linear berganda, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara kedua variabel. Faktor perancu yang menunjukkan adanya hubungan signifikan dengan skor AHEI-P adalah BMI sebelum hamil (adj. β = 0.067; 95% CI = -0.081 – 0.216; p = 0.371). Kesimpulannya, penelitian ini mengungkapkan bahwa populasi subjek penelitian memiliki kualitas diet buruk dan persentase lemak tubuh yang sebagian besar normal. Selain itu, tidak ditemukan adanya hubungan antara kualitas diet dan persentase lemak tubuh. Temuan ini menekankan betapa pentingnya penerapan intervensi untuk pola.
......Changes in body composition have often been used to assess the effects of diet. An unhealthy diet directly affects the likelihood of developing obesity and thus, acquiring noncommunicable diseases (NCDs). However, it remains unclear whether dietary quality such as Alternating Healthy Eating Index for pregnancy (AHEI-P) is associated with such conditions in postpartum women. We investigated the dietary quality of postpartum women in Jakarta and analysed how it associates with their body fat percentage. A cross-sectional study was done in Jakarta using secondary data from the ‘BRAVE’ project by HNRC-IMERI FKUI. This study included 132 women who were six months postpartum. Dietary quality was assessed through the collection of 24-hour food recall questionnaires and subsequent AHEI-P scoring. Meanwhile, skinfold thickness taken from the biceps, triceps, and subscapular area, along with body height and arm circumference was measured to calculate body fat percentage using a modified formula. Multiple linear regression analysis was performed to determine the association between AHEIP score and body fat percentage, adjusting for potential confounders. The AHEI-P scores of 78% of women were <45, indicating a poor-quality diet, while the median for body fat percentage was 31.3 with 90.2% of subjects having normal adiposity. Results from adjusted multiple linear regression showed an association between AHEI-P with pre-pregnancy BMI (adj. β = 0.067; 95% CI = -0.081 – 0.216; p = 0.371), but no association between AHEI-P with body fat percentage. In conclusion, dietary quality is poor and their body fat percentage is mostly normal, with no association found between AHEI-P score and body fat percentage. These findings underline how crucial it is for interventions for healthy eating to be implemented in order to improve postpartum women's dietary quality and thus lower their risk of developing NCDs later in life. However, further study is needed to confirm these results."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library