Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irham Hanif Nabawi
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami upaya tim penyusun pedoman Resource Description and Access (RDA) sebagai agen dalam membangun pemahaman mengenai RDA dan merekonstruksinya menjadi struktur baru pengatalogan di Indonesia menggantikan AACR2. Selain itu untuk melihat bagaimana PERPUSNAS melaksanakan tugas sebagai pembuat kebijakan dan pembina dalam pelaksanaan RDA di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studikasus. Analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan paradigm teori strukturasi Giddens, dengan melakukan wawancara dan observasi dalam pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih banyaka spek yang perlu ditingkatkan dan dibenahi dalam penerapan RDA, yaitu: Pemahaman agen terhadap RDA, masalah kemampuan bahasa asing sehingga agen kesulitan dalam menangkap transformasi baru yang ditawarkan RDA. Kemudian agen tidak melihat pentingnya organisasi pencetus RDA sebagai sumber informasi untuk memahami RDA. Terdapat kekhawatiran para informan terhadap keberlangsungan kebijakan dan pelaksanaan RDA di Indonesia karena masih ada perbedaan persepsi mengenai penerapan RDA diantara para pejabat PERPUSNAS disejumlah eselon. Agar penerapan RDA berlangsung secara lancer maka dibutuhkan agen yang memiliki kesadaran praktis sehingga RDA menjadi praktik social dalam kegiatan pengatalogan di perpustakaan seluruh Indonesia.

This study aims to understand the efforts of the drafting team of Resource Descriptionand Access (RDA) as an agent in building an understanding of RDA and reconstruct it into anew structure of cataloging in Indonesia to replace AACR2. In addition to looking at how PERPUSNAS performs its duties as a policy maker and coach in the implementation of the RDA inIndonesia. This research is qualitative research with case study method. The analysis used in this study used the paradigm of Giddens's tructural theory by conducting interviews and observations in data collection. The results show that there are still many aspects that need to be improved and addressed in the implementation of the RDA, namely: Understanding of agents against the RDA the problem of foreign language skills so that agents difficulty in capturing the new transformation offered by RDA. Then the agency did not see the importance of the RDA originator organization as a source of information to understand the RDA. There are informant concerns about the sustainability of RDA policy and implementation in Indonesia, as there are still differences in perceptions of RDA implementation among PERPUSNAS officials in a number of echelons. In order for the RDA to take place smoothly, it is necessary to have an agency that has practical awareness so that RDA becomes a social practice in cataloging activities in libraries throughout Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T54468
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintya
"Artikel ini membahas konstruksi habitus tokoh Yanis yang berperan sebagai kritik terhadap pendidikan di Prancis dalam film La Vie Scolaire (2019) karya Grand Corps Malade dan Mehdi Idir. Film ini mengangkat isu sosial dan pendidikan yang dialami siswa tingkat menengah pertama di Saint-Denis, wilayah suburban Paris. Kehidupan yang tangguh di wilayah tersebut menghadirkan tantangan bagi guru dan siswa untuk berintegrasi dalam sistem pendidikan yang konservatif. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis bagaimana konstruksi habitus tokoh Yanis terbentuk melalui konsep praktik sosial dan menjadi kritik terhadap sistem pendidikan di Prancis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep film dari Boggs & Petrie (2022), teori naratologi oleh A.J. Greimas (1982), dan teori praktik sosial dari Pierre Bourdieu (1979). Melalui analisis yang telah dilakukan, struktur naratif film menunjukkan bahwa terdapat perkembangan karakter tokoh Yanis menjadi lebih optimis untuk melanjutkan pendidikannya berkat bantuan Madame Samia selaku guru pembimbing. Selanjutnya, analisis praktik sosial Pierre Bourdieu memiliki signifikansi bahwa kapital budaya Yanis yang buruk dan kapital ekonomi yang terbatas sebagai penduduk suburban memengaruhi habitus Yanis yang pesimis terhadap pendidikan. Penelitian ini menemukan bahwa habitus tokoh Yanis yang pesimis dalam menempuh pendidikan merupakan kritik untuk menghadirkan sistem pendidikan yang lebih adaptif di wilayah suburban agar dapat mendukung para siswa dalam meningkatkan kapitalnya, terutama kapital budaya dan sosial.

This article aims to criticize the French education system by analyzing the construction of habitus imbued in the figure Yanis from the film La Vie Scolaire (2019) produced by Grand Corps Malade and Mehdi Idir. This film depicts how socio-economic issues faced among middle school students in Saint-Denis, a Parisian suburb, are impacting their education experience. The competitive nature of the area hinders the teachers and students from integrating in a classic education system. This research employs qualitative research methods emphasizing the use of concepts and theories such as film concept from Boggs & Petrie (2022), narratology theory of A.J. Greimas (1982), and the theory of social practice from Pierre Bourdieu (1979). Findings derived from the structural analysis suggest that the narrative of the film shows a character development of the figure Yanis who is becoming more optimist in continuing his education, with the help of Madame Samia as a student counselor. Meanwhile, the thematic analysis reveals that Bourdieu’s theory of social practice signifies that the lack of cultural capital and the limited economical capital of Yanis as a suburban teenager negatively impacts his habitus in which he became pessimistic towards his education. This research explains that the pessimistic habitus of Yanis in school, as an arena, constitutes a critique to a more adaptive and supportive education system in the suburban area allowing students conducive arena to accumulate capitals, especially their social and cultural capitals. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fiqrulloh Fajrin
"Priangan Tengah (Bandung Raya) merupakan salah satu arena ideal di Hindia Belanda untuk mempelajari perubahan sosial, khususnya pada paruh kedua abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Nama Karel Albert Rudolf (Ru) Bosscha (1865–1928), atau sang “Raja Teh Priangan”, barangkali tidak asing lagi bagi masyarakat Priangan bersanding bersama perusahaan perkebunan miliknya di kaki Gunung Malabar yang mengalami kesuksesan besar selama bertahun-tahun lamanya. Penelitian ini berupaya memusatkan analisisnya pada individu, dalam hal ini Ru Bosscha, seraya menghubungkannya pada struktur sosial lebih besar yang mengikatnya demi menjelaskan strategi praktik sosial dan kuasa yang ia gunakan kala itu. Proses penelitian dilakukan melalui metode kualitatif dengan landasan teori praktik milik Pierre Bourdieu. Survei arkeologis menemukan sisa-sisa tinggalan materi berasal dari kehidupan yang dijalani oleh Ru Bosscha, dan ketika dihubungkan beserta data-data sejarah yang berkaitan dengan dirinya, semua itu memperlihatkan legitimasi dari posisi sosial tinggi Ru Bosscha sebagai pengusaha perkebunan sekaligus konglomerat di wilayah Priangan.

Central Priangan (Bandung Raya) is considered one of the ideal arenas in the Dutch East Indies to examine social changes, particularly during the second half of the 19th century until the early 20th century. Karel Albert Rudolf (Ru) Bosscha (1865–1928), the "Tea King of Priangan," is likely well-known among the people of Priangan as he owned highly successful private plantation companies at the foot of Mount Malabar for numerous years. This research aims to focus its analysis on the individual, specifically Ru Bosscha, while also connecting it to the broader social structure that bound him, in order to explain the strategies of social practice and power he utilized during that period. The research process uses a qualitative method based on Pierre Bourdieu's practice theory. Archaeological surveys have revealed material remnants derived from Ru Bosscha's life in Central Priangan, and when correlated with historical data related to him, these findings demonstrate the legitimacy of his elevated social position as both a plantation entrepreneur and a conglomerate in the Priangan region."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia
"Penelitian ini adalah analisis kritis terhadap hegemoni, konflik kepentingan, serta politik luar negeri Prancis dan Uni Eropa di 6 kawasan Teritori Seberang Lautan (Territoire dOutre Mer) Prancis yang juga merupakan Outermost Region (OR) Uni Eropa, yakni Guadeloupe, Guyana Prancis, Réunion, Martinique, Mayotte, dan Saint-Martin. Keenam teritori itu ialah bekas jajahan Prancis yang kini terintegrasi secara politik dengan Uni Eropa sebagai Teritori Seberang Lautan Prancis. Penelitian ini memiliki 2 tujuan. Pertama, untuk memperoleh penjelasan atas motivasi yang mendorong Prancis dan Uni Eropa mempertahankan 6 OR itu meskipun terpaut jarak yang jauh, dependen secara ekonomi, dan memiliki budaya yang berbeda dari Prancis Metropolitan. Kedua, untuk mengetahui bagaimana kebudayaan yang terbentuk akibat interaksi Prancis, UE, dan OR. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan hubungan internasional dan sejarah kebudayaan. Adapun teori yang dipakai sebagai instrumen analisis ialah teori Hegemoni Gramsci-baik yang menggunakan perspektif HI, maupun kebudayaan-teori Neofungsionalisme Ernst B. Haas, serta teori Praktik Budaya Pierre Bourdieu. Di akhir penelitian ini, terlihat bahwa motivasi Prancis dan UE tetap mempertahankan keenam OR Prancis ialah (1) keuntungan ekonomi, (2) ekspansi Euro dan politik UE di luar Eropa Daratan, (3) kekuasaan kelompok elit, serta (4) idealisme Prancis untuk mempertahankan pengaruhnya sebagai sebuah imperium yang besar. Interaksi antara Prancis dan OR lebih mempengaruhi kebudayaan OR dibandingkan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh kekuatan simbolik yang dimiliki Prancis lebih besar dibandingkan OR. Prancis mengakibatkan lahirnya kreolitas dan identitas ganda di OR, sedangkan OR mengubah Prancis yang mulanya tidak menoleransi kreolitas menjadi negara yang mengakui fenomena itu sebagai bagian dari kekayaan nasional. Interaksi itu juga mengubah sistem pendidikan Prancis menjadi lebih terbuka pada kebutuhan untuk mempelajari bahasa-bahasa minor teritorinya.

This study is a critical analysis of hegemony, conflict of interest, as well as French and European Union foreign policy in 6 French Overseas Territories (Territoire dOutre Mer) which are also the European Unions Outermost Region (OR), namely Guadeloupe, French Guiana, Réunion, Martinique, Mayotte, and Saint-Martin. The six territories are former French colonies which are now politically integrated within the European Union as the French Overseas Territory. This study has 2 objectives. First, to get an explanation of the motives that pushed France and the European Union to maintain the 6 ORs even though they were at a great distance, economically dependent, and has had a different culture from Metropolitan France. Second, to gain understanding on how culture is formed due to France, the EU and the ORs interaction. This study employes qualitative methods within international relations and cultural approaches. The theories which were used as instruments of analysis were Gramscis Hegemony theory, Ernst B. Haas Neofunctionalism theory, and Pierre Bourdieus Cultural Practice theory. At the end of this study, it appears that the motivation of France and the EU to maintain its ORs are (1) economic benefits, (2) Euro and EU expansion outside of Mainland Europe, (3) elite group power, and (4) French idealism to maintain its influence as a great empire. The interaction between France and its ORs has more influence on OR culture than vice versa. This is due to the symbolic powers that France possesses are far greater than ORs. Such interaction has resulted in the birth of creativity and multiple identities in the ORs. On the other hand, ORs had also promted France to shift from a regime which did not tolerate creolness into a country that acknowledges divesity as a national asset. The interaction also changed French education system to be more open to territorial minor languages."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T54691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivonilia
"Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan gerakan 3R -Reduce, Reuse, Recycledalam pengelolaan sampah padat perkotaan di Jepang sebagai praktik sosial menurut teori strukturasi yang dikemukakan oleh Giddens. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui sumber sekunder seperti: buku-buku, data statistik, laporan penelitian, jurnal, dan publikasi elektronik. Dengan mengacu pada teori strukturasi, hasil penelitian membuktikan bahwa gerakan 3R dalam pengelolaan sampah padat perkotaan di Jepang adalah benar praktik sosial yang mengintegrasikan agen dan struktur.

The focus of this study is the 3Rs? practices -reduce, reuse, and recycle- in Japan?s municipal solid waste management as social practices according to Giddens? structuration theory. The purpose of this study is to understand how 3Rs? practices integrates agent and stucture in Japan?s MSWM, as in Giddens? structuration theory. This research is qualitative descriptive interpretive. The data were collected from secondary data such as: books, statistics, research reports, journals, and electronic publications. Refering Giddens? structuration theory, this study proved that 3Rs? practices in Japan?s MSWM are without doubt the social practices that integrates agent and structure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library