Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Nur Hayati Dotulong
Abstrak :
Pramusaji merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pengoperasian suatu restoran. Hal ini karena pramusaji adalah orang pertama bahkan mungkin satu-satunya karyawan restoran yang ditemui oleh tamu/langganan sehingga dikatakan bahwa pramusaji adalah ujung tombak restoran. Oleh karena itu pengusaha restoran menuntut pramusaji untuk bersikap professional dan bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan tugasnya..
Pramusaji restoran X telah mendapatkan pelatihan sebelum mereka diangkat sebagai karyawan dan telah mendapat training selama satu bulan langsung di lapangan. Tetapi setelah dilakukan pengamatan melalui observasi dan wawancara ternyata terdapat kekurangan-kekurangan pada pramusaji.
Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk membuat rancangan. pelatihan bagi pramusaji restoran X untuk meningkatklan kinerjanya sesuai standar yang dituntut perusahaan, sehubungan dengan permasalahan yang terdapat di restoran X yaitu adanya kekurangan pada kinerja pramusaji yang menimbulkan banyak keluhan dari tamu/pelanggan sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh pada omset penjualan restoran X.
Teori yang dirujuk sebagai dasar pembuatan rancangan program pelatihan ini merupakan kualifikasi yang harus dimiliki pramusaji antara lain yaitu: penuh tanggung jawab, disiplin, kerjasama, mampu berkomunikasi, bersikap sopan, ramah, menguasai produk yang dijual, schat jujur, setia, dsb.
Usulan pemecahan masalah berupa pelatihan ini memperhatikan identifikasi kebutuhan pelatihan, penetapan sasaran pelatihan, penetapan kriteria keberhasilan dengan alat ukunya, penetapan metode pelatihan/penyajiannya, percobaan dan revisi serta implementasi dan evaluasi. Selain itu bagian dari mengkoordinasikan program yaitu jadual pelatihan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38436-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Thomas Istriarto
Abstrak :
Fenomena anak yang bekerja di sector formal sebagai pramusaji di hotel seringkali dianggap sebagai pekerja paruh waktu ataupun peserta magang. Namun, pada faktanya keberadaan anak yang bekerja sebagai pramusaji tersebut murni sebagai pekerja yang mengharapkan upah dan diluar pemagangan. Lemahnya pengawasan terhadap keberadaan anak yang bekerja sebagai pramusaji di hotel dipengaruhi oleh lemahnya peran pemerintah dalam perlindungan terhadap perjanjian kerjanya, keselamatan dan Kesehatan kerja, juga dipengaruhi oleh pandangan bahwa anak yang berusia di atas 15 (lima belas) tahun merupakan pekerja biasa. Padahal hal tersebut bertolak belakang dengan definisi anak dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan itu sendiri. Sehingga perlindungan terhadap anak yang bekerja ini sangatlah minim dan membuat kedudukan anak yang bekerja sebagai pramusaji di hotel sangat dekat dengan ekploitasi terhadap anak.
The phenomenon of children working in the formal sector as waiters in hotels is often considered part-time workers or apprentices. However, in fact the existence of the child who works as a waiter is purely a worker who expects wages and outside of apprenticeship. Weak supervision of the existence of children working as waitresses in hotels is influenced by the weak role of the government in protecting work agreements, occupational safety and health, also influenced by the view that children over 15 (fifteen) years old are ordinary workers. Even though this is contrary to the definition of a child in the Manpower Act itself. So that the protection of working children is very minimal and makes the position of children who work as waiters in hotels very close to exploitation of children.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library