Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bijak Aditia Hutomo
"Kondisi prasejahtera merupakan salah satu faktor kontekstual yang berdampak pada efikasi diri keputusan karier mahasiswa. Dilain pihak, pemenuhan kebutuhan dasar psikologis yang dirasakan mahasiswa juga dapat memengaruhi efikasi diri keputusan kariernya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran moderasi pemenuhan kebutuhan dasar psikologis pada hubungan dukungan kontekstual dan hambatan kontekstual terhadap efikasi diri keputusan karier mahasiswa yang berasal dari keluarga prasejahtera. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 512 mahasiswa prasejahtera yang tersebar pada 18 Provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen, yaitu Career Decision-Making Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF), Contextual Support and Barrier Scale (CSB), dan Basic Psychological Needs Satisfaction in General Scale (BPNS-G). Analisis data dilakukan dengan tiga analisis, yaitu analsisi deskriptif, korelasi, dan regresi moderasi dengan menggunakan Hayes Process Macro ver.4.2 dalam aplikasi SPSS. Hasil analisis moderasi pada model 1 menemukan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar psikologis memoderasi hubungan dukungan kontekstual terhadap efikasi diri keputusan karier. Meskipun demikian pemenuhan kebutuhan dasar psikologis tidak memoderasi hubungan hambatan kontekstual dengan efikasi diri keputusan karier. Implikasi dari penelitian ini menemukan pentingnya dukungan kontekstual terhadap efikasi diri keputusan karier pada mahasiswa prasejahtera, khususnya dari aspek orang tua, teman sebaya, dosen, dan institusi. Hambatan kontekstual pada mahasiswa prasejahtera juga perlu diperhatikan, khususnya pada hambatan finansial. Pemberian beasiswa pada mahasiswa prasejahtera dapat membantu mahasiswa dalam mendapatkan dukungan kontekstual dan meminimalisir hambatan kontekstual.

Underprivileged conditions are one of the contextual factors that impact career decision self-efficacy. On the other hand, students' basic psychological needs satisfaction can also influence their career decision self-efficacy. This research examines the moderation role of basic psychological needs satisfaction on the effect of contextual support and contextual barriers on the career decision-making self-efficacy of students from underprivileged families. Participants in this research were 512 underprivileged students spread across 18 provinces in Indonesia. This research used three instruments, namely Career Decision-Making Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF), Contextual Support and Barrier Scale (CSB), and Basic Psychological Needs Satisfaction in General Scale (BPNS-G). Data analysis was carried out using three analyses, namely descriptive analysis, correlation, and moderated regression using Hayes Process Macro ver.4.2 in the SPSS. The results of the moderation analysis found that basic psychological needs satisfaction moderates the effect of contextual support on career decision self-efficacy. However, basic psychological needs satisfaction does not moderate the effects of contextual barriers on career decision-making self-efficacy. The implications of this research reveal the importance of contextual support for career decision self-efficacy in underprivileged students, especially from the aspects of parents, peers, lecturers, and institutions. Contextual barriers for underprivileged students also need to be considered, especially financial ones. Providing scholarships to underprivileged students can help students to get contextual support and minimize contextual barriers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Prameswari Sekar Pembayun
"Dimensi pendidikan krusial dalam mewujudkan kesejahteraan anak, khususnya bagi anak usia remaja, namun aksesnya masih terbatas bagi anak keluarga prasejahtera karena keterbatasan finansial. Keterbatasan sekolah formal untuk menyediakan pendidikan yang memadai untuk anak prasejahtera membuat Sekolah Master bergerak menjadi lembaga yang memfasilitasi pendidikan nonformal bagi anak dan remaja prasejahtera, menyediakan kesempatan baru untuk mereka mengenyam pendidikan. Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan pendidikan nonformal oleh Sekolah Master serta kebutuhan kesejahteraan anak yang terpenuhi dari pelaksanaannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi literatur. Pengambilan data dalam penelitian ini berlangsung dari bulan Februari hingga bulan Juni 2024. Hasil menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan nonformal di Sekolah Master memenuhi kebutuhan pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan kognitif dan keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan pascasekolah, khususnya pada remaja. Program pendidikan kesetaraan, keterampilan, dan berbagai pelatihan membantu memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan emosional remaja. Interaksi dengan guru dan teman, bimbingan konseling, serta apresiasi yang diberikan guru, juga memenuhi kebutuhan kesejahteraan anak seperti kebutuhan akan pertemanan, kebutuhan emosional, kebutuhan pembentukan identitas remaja. Dengan demikian, pelaksanaan pendidikan nonformal di Sekolah Master membuktikan efektivitasnya dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesejahteraan anak, termasuk kebutuhan akan pendidikan, fisik, sosial, emosional, dan pengembangan diri.

The dimension of education is crucial in realizing child wellbeing, especially for teenagers, but access is limited for children from underprivileged families due to financial constraints. Formal school’s limitation to provide adequate education for underprivileged children has led Sekolah Master to facilitate non-formal education for these children and adolescents, providing new opportunities. This thesis aims to describe and analyze the implementation of non-formal education by Sekolah Master and the child wellbeing needs met from its implementation. This research uses descriptive qualitative methods with data collection techniques of interviews, observation, and literature study. Data collection took place from February to June 2024. The results show that the implementation of non-formal education at Sekolah Master fulfills educational needs to develop cognitive knowledge and skills useful for post-school life, especially in adolescents. Equality education programs, skills, and various training help meet the physical, social, and emotional needs of adolescents. Interaction with teachers and friends, counseling guidance, and appreciation given by teachers also meet children's wellbeing needs such as friendship, emotional needs, and adolescent identity formation. Thus, the implementation of non-formal education at Sekolah Master proves its effectiveness in meeting the various wellbeing needs of children, including educational, physical, social, emotional, and self-development needs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Afiah Ardan
"Pendidikan merupakan aspek penting dalam mewujudkan kesejahteraan sosial, tetapi angka putus sekolah di Indonesia masih tinggi. Meskipun pemerintah telah menyediakan pendidikan kesetaraan, angka partisipasi sekolah untuk jenjang pendidikan kesetaraan usia 7 – 18 tahun masih tergolong rendah, begitu pula kemampuan literasi pada jenjang setara SMA. Kondisi ini mengindikasikan adanya persoalan dalam motivasi belajar siswa pendidikan kesetaraan mengingat motivasi belajar merupakan salah satu penentu utama yang menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa hak atas pendidikan belum terpenuhi secara utuh karena pendidikan tersedia, tetapi belum diakses secara bermakna, sehingga belum mampu mencapai tujuan utamanya sebagai sarana pemberdayaan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan efikasi diri dan dukungan sosial tutor dengan motivasi belajar siswa pendidikan kesetaraan prasejahtera di PKBM Pemimpin Anak Bangsa Tahun Ajaran 2024/2025. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif berjenis korelasional dengan teknik pengumpulan data survei melalui kuesioner dengan skala Likert lima tingkat. Variabel motivasi belajar diukur melalui dua dimensi, yaitu intrinsik dan ekstrinsik, menggunakan instrumen hasil konstruk peneliti berdasarkan konsep Uno. Kemudian, efikasi diri diukur melalui tiga dimensi, yakni tingkat kesulitan, generalitas, dan kekuatan, yang mengacu pada konsep dari Bandura. Sementara itu, dukungan sosial tutor diukur melalui empat dimensi, yaitu dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan instrumental, yang dikembangkan dengan merujuk pada konsep dari House. Seluruh instrumen telah melalui uji validitas dengan Pearson Product Moment dan uji reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha. Selanjutnya, pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama dua minggu pada awal Mei 2025 terhadap 76 siswa PKBM Pemimpin Anak Bangsa dengan teknik pengambilan sampel sensus. Kemudian, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan menggunakan kategorisasi rendah, sedang, dan tinggi serta bivariat dengan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Kendall’s tau-b. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 82,9% siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, 77,6% siswa memiliki efikasi diri yang tinggi, dan 65,8% merasa mendapatkan dukungan sosial tutor yang tinggi. Lebih lanjut, hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kekuatan hubungan cukup terhadap motivasi belajar dari nilai koefisien korelasi 0,419 dan angka signifikansi <0,001, sedangkan dukungan sosial tutor juga mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kekuatan hubungan cukup terhadap motivasi belajar dari nilai koefisien korelasi 0,329 dan angka signifikansi <0,001. Dengan demikian secara parsial, semakin tinggi efikasi diri siswa dan dukungan sosial dari tutor, maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa.

Education is essential for achieving social welfare, but school dropout rates in Indonesia remain high. Although the government provides equivalency education, school participation rates for students aged 7–18 in these programs remain low, as does literacy ability at the senior high school equivalency level. These conditions indicate a problem in student’s learning motivation, as learning motivation is a key factor in determining success in the learning process. This situation also suggests that the right to education has not been fully fulfilled, since education is available, but not accessed in a meaningful way. As a result, it has not yet achieved its essential purpose as a means of empowerment in realizing social welfare. This study aims to describe the relationship between selfefficacy and tutor social support with the learning motivation of underprivileged students enrolled in an equivalency education program at PKBM Pemimpin Anak Bangsa during the 2024/2025 academic year. The approach used in this study is quantitative with a correlational type, using a survey technique through a five-point Likert scale questionnaire. The variable of learning motivation was measured through two dimensions, intrinsic and extrinsic, using an instrument constructed by the researcher based on Uno’s concept. The variable of self-efficacy was measured through three dimensions, which include level/magnitude, generality, and strength, referring to the concept introduced by Bandura. Meanwhile, tutor social support was measured through four dimensions, namely emotional support, informational support, appraisal support, and instrumental support, which were developed based on House’s concept. All instruments in this study were tested for validity using the Pearson Product Moment and for reliability using Alpha Cronbach. Subsequently, data collection was conducted over a two-week period in early May 2025 involving 76 students from PKBM Pemimpin Anak Bangsa, using a census sampling technique. After that, the data were analyzed using univariate analysis through low, moderate, and high categorization, and bivariate analysis using cross-tabulation and Kendall’s tau-b correlation test. The univariate analysis showed that 82.9% of students had high learning motivation, 77.6% had high self-efficacy, and 65,8% perceived receiving high tutor social support. Furthermore, the results of the bivariate analysis indicate that self-efficacy has a positive and significant relationship with learning motivation, with a moderate correlation strength, as evidenced by a correlation coefficient of 0.419 and a significance level of p < 0.001. Similarly, tutor social support also shows a positive and significant relationship with learning motivation, with a moderate correlation strength, indicated by a correlation coefficient of 0.329 and a significance level of p < 0.001. Thus, partially, the higher the students self-efficacy and the greater the social support from tutors, the higher the students learning motivation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library