Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nova Muhani
"Preeklampsia berat merupakan salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia. Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, preeklampsia berat merupakan penyebab kematian ibu tertinggi (47,25%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan prediktor preeklampsi berat (PEB)yang dinilai dari tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, proteiunuria, kejang, sindrom HELLP dan hubungan jumlah prediktor PEB dengan kematian ibu di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2010-2014. Desain penelitian yang digunakan kasus kontrol dengan jumlah sampel 60 kasus dan 120 kontrol. Sindrom HELLP meningkatkan kematian ibu OR (Odds Ratio) 12,5 (95% CI= 2,9-53,7), eklampsi OR 12,1 (95% CI= 3,8-38,6). Tekanan darah diastolik 110-119 OR 7,4 (95% CI=1,8-29,2), tekanan darah diastolik ≥120 mmHg OR 5,5 (95%CI 1,1-23,1) setelah dikontrol oleh usia ibu, gravida, usia kehamilan, jenis persalinan,pemberian diasepam, pendidikan, tempat tinggal pekerjaan.Prediktor PEB berjumlah 4 atau 5meningkatkan risiko kematian OR 90 (95%CI=13,7-591,3), prediktor berjumlah 3 OR16 (95%CI=3,9-66,7) dan prediktor berjumlah 2 OR6,3 (95% CI= 1,4-22,2). Meningkatkan pelaksanaan auditmaternal untuk mengkaji kasus kematian ibu akibat preeklampsia berat.

Severe preeclampsia is one of the causes of maternal mortality in Indonesia. At Province public hospitalDr. H. Abdul Moeloek, Severe preeclampsia is the highest cause of maternal mortality (47,25%). This research aimed to know the relation of predictor severe preeclampsiaassessed by systolic blood pressure, diastolic blood pressure, proteiunuria, eclampsia and HELLP syndromeand total predictor severe preeclampsiawith maternal mortality at public hospital Dr. H. Abdul Moeloek in the year of 2010-2014. The design used case control by using 60 samples for case and 120 for controlers. HELLP syndrome increase risk of maternal mortality with OR (odds ratio) of 12.5 (95%CI= 2.90 to 53.72), eclampsia OR 12.1 (95% CI = 3.80 to 38.65), diastolic blood pressure 110-119 OR 7,4 (95% CI=1,8-29,2), diastolic blood pressure ≥120 mmHg OR 5,5 (95%CI 1,1-23,1) after controlled by maternal age, gravida, gestational age, type of delivery, giving diazepam, residence, employment and education.Predictorswhichconsists of 4or5increase risk of maternal mortalityOR90(95 % CI = 13.7 to 591.3), predictors totaling 3 OR 16(95 % CI = 3.9 to 66.7) and predictors 2 OR 6.3 (95% CI = 1.4 to 22.2).Improve maternal audit to assess the implementation of maternal deaths due to severe preeclampsia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Widiastuti
"Pre eklampsia adalah kondisi yang ditandai siengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang nyata pada ibu 6ami1. Rlie eklampsia dan eklampsia menjadi sala h satu penyebab kematian ter&anyak di rumah sakit aengan persentase kasus sekitar 30%.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mencari faktor-faktor, yang berhubungan dengan kematian pada ibu dengan preeklampsta be at di RSUD Tangerang. Faktor terbagi menjadi 3 kategori yaitu faktor ibu (umur, padtas, riwayat abortus, riwayat dm, riwayat hipertensi, dan riwayat hipertensi dalam kelu ga), faktor penanganan pra rumah sakit (perujuk, penatalaksanaan pra rs dan lama waktu merujuk) dan aktor penanganan di rumah sakit (pemberian obat perawatan di ICU cara dan waktu terminasi kehamilan dan komplikasi).
Metode: Desain penelitian adalah kasus kontrol. Kasus adalah "bu yang meninggal karena pre eklampsia berat, dan kontrol adalah ibo pre eklampsia berat yang bertahan hidup. Sampel penelitian terdiri dari 73 kasus dan 'J3 kontrol. Data diambil dengan menggunakan kuesioner berdasarkan informasi yang disarikan dari data rekam medis pasien 2005-2008.
Hasil: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada ibu dengan pre eklampsia berat di RSU Tangerang adalah riwayat hipertensi dalam keluarga (p=0,013, OR 0,147;95 % CL 0,032-0.684). Pemberian obat di Rumah Sakit rangkaian tindakan penanganan pra rumah sakit dan selama di rumah sakit (continuum of care). Keberhasilan penanganan komplikasi tidak terlepas dari rangkaian kegiatan, yang diharapkan sejak awal patuh pada prosedur tata laksana yang ada, sekaligus didukung dengan kesiapan fasilitas kesehatan (rumah sakit) dalam menangani kasus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20947
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Dewi Lestari
"Pendahuluan: D-dimer adalah hasil akhir degradasi cross-linked fibrin oleh plasmin yang merupakan salah satu petanda aktivasi koagulasi. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu tanpa adanya proteinuria dan preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu disertai dengan proteinuria, tetapi bila tidak ada proteinuria terdapat gejala severe feature of preeclampsia. Hampir separuh kasus hipertensi gestasional berkembang menjadi preeklampsia. Pada preeklampsia terjadi hiperkoagulabel dan disfungsi endotel. Disfungsi endotel mengakibatkan permukaan nontrombogenik menjadi trombogenik, sehingga terjadi peningkatan aktivasi koagulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar Ddimer pada hipertensi gestasional dan preeklampsia.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada 30 hipertensi gestasional dan 30 preeklampsia . Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2015 sampai Januari 2016. Pengukuran kadar D-dimer dengan reagen Innovance memakai koagulometer Sysmex CS-2100i di Departemen Patologi Klinik.
Hasil: Kadar D-dimer pada ibu hamil dengan preeklampsia 2,37 mg/L FEU (1,78 - 5,48 mg/L FEU), kadar D-dimer ibu hamil dengan hipertensi gestasional 1,43 mg/L FEU (0,88 ? 1,95 mg/L FEU). Kadar D-dimer pada preeklampsia lebih tinggi secara bermakna dibandingkan hipertensi gestasional dengan nilai p=0,000.
Kesimpulan: Didapatkan perbedaan bermakna kadar D-dimer pada hipertensi gestasional dan preeklampsia.

Bakcground : D-dimer is degradation product of cross-linked fibrin by plasmin which is one marker of coagulation activation. Gestational hypertension is hypertension occurs after 20 weeks gestation without proteinuria, and preeclampsia is hypertension occurs after 20 weeks gestation accompanied by proteinuria, but when no symptoms proteinuria, there is severe feature of preeclampsia symptoms.Almost half of the cases of gestational hypertension developed into preeclampsia. In preeclampsia occurs hiperkoagulabel and endothelial dysfunction. Endothelial dysfunction results nonthrombogenic be thrombogenic surface, resulting in increased activation of coagulation. The aim of study is to determine the levels of D-dimer in gestational hypertension and preeclampsia.
Methods : A cross sectional study was done on 30 gestational hypertension and 30 preeclampsia from August 2015 to January 2016. D-dimer levels was measured by Innovance D-dimer using Sysmex CS-2100i coagulometer in Departement of Clinical Pathology Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta.
Resuts : D-dimer levels in pregnant women with preeclampsia was preeklampsia 2,37 mg/L FEU (1,78 - 5,48 mg/L FEU, D-dimer levels of pregnant women with gestational hypertension 1,43 mg/L FEU (0,88 ? 1,95 mg/L FEU).D-dimer levels in preeclampsia were significantly higher than gestational hypertension with p=0,000.
Conclusion : There were significant differences in the levels of D-dimer in
gestational hypertension and preeclampsia
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restya Sri Sugiarti
"Obesitas adalah kondisi gizi lebih yang jika terjadi selama kehamilan memiliki dampak besar pada kesehatan ibu dan bayi serta berisiko untuk terjadinya preeklampsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur estimasi risiko obesitas kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia. Penelitian ini merupakan studi case-control dengan menggunakan data rekam medis pada ibu bersalin RSUD Pasar Minggu. Analisis data dilakukan dengan uji Regresi Logistik. Hasil penelitian yang didapatkan adalah terdapat hubungan signifikan secara statistik antara obesitas kehamilan yang berinteraksi dengan umur terhadap kejadian preeklampsia setelah dikontrol variabel hipertensi gestasional pada ibu yang mengalami obesitas dan berusia ≤35 tahun untuk terjadinya preeklampsia dengan OR sebesar 2,81 (95% CI: 1.41-5.60; p  0.003). Risiko pada ibu yang berusia >35 tahun dengan OR 2,46 (95% CI: 1.02-5.93, p 0.043). Sementara risiko pada ibu obesitas dan berusia >35 tahun sebesar 0,80 (95% CI: 0.24-2.59; p 0,070). Ibu hamil diharpakan untuk menjaga berat badan normal untuk menghindari terjadinya preeklampsia.

Obesity is a condition of overnutrition which if it occurs during pregnancy has a major impact on the health of the mother and baby and is at risk for the occurrence of preeclampsia. The purpose of this study was to measure the estimated risk of pregnancy obesity on the occurrence of preeclampsia. This research is a case control study using medical record data for mothers giving birth at Pasar Minggu Hospital. Data analysis was carried out by using Logistic Regression test. The results of the study showed that there was a statistically significant relationship between obesity in pregnancy that interacted with age on the incidence of preeclampsia after adjustment for gestational hypertension variables in obese mothers and ≤35 years old for the occurrence of preeclampsia with OR 2.81 (95% CI: 1.41-5.60 ;p 0.003). Risk in maternal aged >35 years with OR 2.46 (95% CI: 1.02-5.93, p 0.043). Meanwhile, the risk for obese and maternal aged >35 years was 0.80 (95% CI: 0.24-2.59; p 0.070). Pregnant women are suggested to maintain a normal weight to prevent the occurrence of preeclampsia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gulardi Hanifa Wiknjosastro
"ABSTRAK
Preeklampsia merupakan predisposisi untuk insufisiensi placenta sehingga mengakibatkan hipoksia ante dan intrapartum, pertumbuhan janin terhambat serta persalinan preterm. Di samping pengaruh buruk dari patologi preeklampsia dan eklampsia, prognosis janin ditentukan oleh kondisi ibu dan tindakan pengobatan untuk mengatasi penyakit itu.
Sebenarnya etiologi penyakit ini belum diketahui sehingga pengobatannya simptomatis, empiris dan terutama ditujukan untuk mencegah kejang serta menurunkan tekanan darah. Belum ada protokol pengobatan yang terbukti efektif dalam meningkatkan perfusi dan fungsi plasenta sehingga bermanfaat bagi perkembangan janin. Kematian perinatal pada preeklampsia lebih tinggi 3-5 kali dibandingkan dengan kelompok dengan tekanan darah normal (Tabel 1.1). Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan ialah: 21,5% di Kuba (1973) dan 27,2% di Inggris (1970). Di negara berkembang angka kejadian preeklampsia dengan proteinuria pads tahun 1980 ialah: Vietnam (1,5%), Burma (4,4%), Thailand (7,5%) dan Cina (8,3%).'
Peningkatan kematian perinatal berkaitan dengan beratnya hipertensi, menjadi 3 kali lebih banyak bila disertai proteinuria sampai 11 kali atau 30% pada eklampsia. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dari 4121 persalinan (1989) ada 11,3% preeklampsia dan 1.6% eklampsia. Angka kematian perinatal untuk preeklampsia berat ialah 66% dan untuk eklampsia ialah 225 %. Kematian ibu akibat preeklampsia-eklampsia adalah yang utama dan merupakan 30% dari semua kematian ibu di rumah sakit tersebut. Morbiditas dan mortalitas perinatal yang dramatis tersebut mendorong upaya pengawasan khusus pads janin menjadi sangat panting pada preeklampsia-eklampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
D422
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shirley Ivonne Moningkey
"Preeklampsia-eklampsia merupakan Salah satu penyebab utama kematian ibu di Rumah Sakit Umum Tangerang. Penelitian ini dilakukan unluk mengetahui faktor-faktor risiko kematian ibu oleh karena preeklampsia-eklampsia di Rumah Sakit Umum Tangerang sejak tahun I996 sampai dengan 1999.
Metode. Studi ini menggunakan desain kasus kontrol karena kasus kematian ibu dengan preeklampsia-eklampsia merupakan hal yang jarang terjadi. .Jumlah kasus diambil secara keseluruhan berjumlah 69 kasus kematian ibu dengan preeklampsia-eklampsia sejak tahun 1996-1999, dan kontrol adalah ibu dengan preeklampsia-eklampsia yang tidak meninggal dari tahun yang sama. Data diperoleh dari catatan rekam medis dengan menggunakan kuesioner. Analisa dengan regresi logistik dengan kekuatan 80% dan derajat kepercayaan 95%.
Hasil. Preeklampsia-eldampsia merupakan penyebab utama kematian ibu di Rumah Sakit Umum Tangerang, dengan proporsi penyebab kematian dibanding dengan seluruh kematian ibu yang teljadi 39,l3% pada tahun 1996, 42,85% tahun 1997, 52,38% tahun 1993 dan 56% tahun 1999. Terdapat hubungan yang kuat dan bermakna antara layanan antenatal dngan OR 12,8978 (95%CI 6,6475-25,0247; p 0,0000); dan penanganan sesuai dengan presedur tetap dengan OR 13,0100 (95% CI 3,9792 - 42,5356; p 0,0000).
Kesimpulan. Layanan antenatal dan penanganan kasus sesuai dengan Protap menunjukkan hubungan asosiasi yang kuat dengan kejadian kematian ibu oleh karena preeklampsia-eklampsia di RSU Tangerang 1996-1999, setelah dikontrol oleh faktor rujukan, umur ibu, frekuensi kehamilan, tekanan darah diastolik dan proteinuria.

Preeclampsia/eclampsia is one of the major causes of maternal mortality in Tangerang General Hospital. The-objective of this study was to examine the risk factors of maternal mortality caused by preeclampsia/eclampsia in Tangerang General Hospital 1996-1999.
Methods. Case control study is applied to achieve the objective of the study. Cases were all of the maternal death caused by preeclampsia/eclampsia (n = 69) in Tangerang General Hospital from 1996-1999, controls were women with preeclampsia/eclarnpsia who survived (n = 276) in the same hospital. This study used the medical records as source of dam. Multivariate logistic regression analysis was used to assess the exposure-outcome relationship.
Result. Preeclampsia/eclampsia is the major cause of maternal mortality in Tangerang General Hospital; with the proportion Hom all of the cause the maternal death was 39,l3%, 42,85% , 52,38% and 56% in 1996,1997,l998 and 1999 consecutively. The adjusted odds ratio of dying becaused of preeclampsia/eclampsia was 12,8975 (95% CI 6,6475 - 25,0247) for women who did not received prenatal care compared with women who did received; the adjusted odds ratio of dying because of preeclampsia/eclampsia was 13,0100 (95% CI 3,792- 42,5356) for women who did not received proper handling according to standard operating procedure compared with women who did.
Conclusions. Prenatal care, proper handling according to standard operating procedure were strong predictors of maternal mortality caused by preeclampsia/eclampsia in Tangerang General Hospital |996-1999.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T33061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisadelfa Sutanto
"Preeklampsia merupakan gangguan kehamilan yang mengancam kesehatan ibu dan bayi Penelitian ini merupakan studi potong melintang yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin E dan MDA pada 48 subyek preeklampsia dan non preeklampsia di RS Tarakan Jakarta Penilaian mencakup wawancara sosio demografi riwayat obstetri asupan vitamin E dengan FFQ semikuantitatif LILA kadar vitamin E dan MDA serum Kategori usia usia kehamilan dan kadar MDA lebih tinggi pada preeklampsia Edukasi untuk perempuan usia reproduktif tentang pentingnya asupan makanan vitamin E yang cukup diperlukan untuk mencapai keberhasilan kehamilan.

Preeclampsia is a disorder of pregnancy that deteriorate mother and baby rsquo s health This study was a cross sectional study aiming to investigate differences in the levels of vitamin E and MDA of 48 subjects with preeclampsia and non preeclampsia in Tarakan Hospital Jakarta Assessment included interviews of socio demographic obstetric history vitamin E intake with semiquantitative FFQ MUAC serum vitamin E and MDA concentrations Categories of age gestational age and MDA levels were higher among preeclamptics Education for reproductive age women about the importance of sufficient intake of vitamin E foods is necessary to achieve successful pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Dorna Yanti Lola
"Preeklampsia merupakan gangguan kehamilan, timbul setelah minggu ke-20 kehamilan, dan merupakan penyebab yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janin yang dikandungnya. Penelitian ini bertujuan membandingkan kadar vitamin C dan MDA serum pada perempuan hamil dengan preeklampsia dan nonpreeklampsia, berusia ≥18 tahun. Studi potong lintang komparatif ini dilakukan bulan Maret Juli 2015 di RS Tarakan, Jakarta Pusat. Metode consecutive sampling digunakan untuk mendapatkan 52 subjek penelitian kelompok preeklampsia dan non-preeklampsia. Data sosio-demografi, riwayat obstetrik, asupan vitamin C secara semi-quantitative FFQ diperoleh melalui wawancara langsung dengan subjek penelitian. Dilakukan penentuan status gizi berdasarkan pengukuran LiLA, IMT sebelum dan kenaikan berat badan selama kehamilan, kadar vitamin C dan MDA serum dengan metode spektrofotometri. Tingkat pendidikan, paritas, usia kehamilan, LiLA dan perubahan berat badan selama kehamilan tidak berbeda pada kedua kelompok. Perbedaan bermakna didapatkan pada usia ibu hamil, asupan vitamin C, kadar vitamin C dan MDA serum antara kedua kelompok. Wanita hamil seharusnya mengonsumsi vitamin C yang cukup sebelum dan selama kehamilan. Studi kasus-kontrol diperlukan untuk menindaklanjuti penelitian ini.

Preeclampsia is a pregnancy disorder, occurs after 20th week of pregnancy. It's the cause of unfavourable pregnancy results for mother and her offspring. This study aimed to investigate serum vitamin C and MDA concentrations among preeclamptic and non-preeclamptic pregnant women, of ≥18 years age. This comparative cross sectional study was conducted between March July 2015 in Tarakan Hospital, Central Jakarta. Consecutive sampling method was used to obtain 52 subjects of preeclampsia and non-preeclampsia groups. Data on sociodemographic, obstetric history, vitamin C intake using semi-quantitative FFQ were obtained by interviewing the subjects. Nutritional status on MUAC, BMI before and weight increment during pregnancy, serum vitamin C and MDA concentrations using spectrophotometric methods, were assessed. No differences on education, parity, gestational age, MUAC and weight increment during pregnancy were observed between the two groups. However, there were significant differences on women?s age, vitamin C intake, serum vitamin C and MDA concentrations between the two groups. Women should consume sufficient vitamin C intake before and during pregnancy. A case-control study is proposed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Habib
"Latar Belakang: Perempuan dengan preeklampsia memiliki resiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskuler 5-15 tahun pasca kehamilan. Disfungsi endotel diperkirakan menjadi patogenesis manifestasi klinik preeklampsia dan penghubung antara preeklampsia dan kejadian kardivaskular setelah kehamilan. Nilai flow mediated vasodilation (FMD) dari arteri brakhialis pada sebagian subset preeklampsia tetap rendah 3-10 tahun pasca-melahirkan. Proteinuria pada preeklampsia secara etiologi juga berhubungan dengan disfungsi endotel glomerulus. Namun, tidak seperti pada populasi hipertensi dan diabetes mellitus, sampai saat ini belum diketahui bagaimana korelasi antara nilai proteinuria dengan nilai FMD pada populasi preeklampsia.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan/korelasi antara proteinuria terhadap nilai FMD pada preeklampsia sebelum dan sesudah melahirkan.
Metode: Studi prospektif dilakukan di tiga rumah sakit. Subyek preeklampsia yang akan diterminasi dan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi diperiksa nilai FMD dan rasio protein-kreatinin urinnya (RPKU) sebelum melahirkan, 48-72 jam setelah melahirkan dan pasca-nifas. Data kemudian diolah dengan analisis bivariat dan multivariat untuk mengetahui korelasi antara rasio protein-kreatinin urin dengan nilai FMD dan perubahannya sebelum dan setelah melahirkan.
Hasil Penelitian: Sebanyak 30 perempuan preeklampsia diikutsertakan dalam penelitian ini. Rerata nilai FMD sebelum melahirkan, 48-72 jam pasca-melahirkan dan follow up pasca-nifas adalah 5.46 ± 0.27 ,, 6.10 ± 0.35 dan 8.14 ± 2.48 ( p <0.001). Ditemukan 40 % subyek masih dengan FMD < 7 saat pemeriksaan pasca-nifas (40-60 hari). Uji korelasi bivariat menunjukkan korelasi dengan arah negatif yang kuat antara proteinuria (RPKU) pasca-nifas dengan nilai FMD pascanifas (r= -0.73, p <0.001) , dan nilai RPKU sebelum melahirkan berhubungan dengan rendahnya FMD pasca-nifas dan perubahan (delta) FMD sebelum-sesudah melahirkan. Tidak diperoleh korelasi bermakna antara proteinuria dan nilai FMD sebelum melahirkan. Analisis multivariat dengan regresi linier membuktikan korelasi yang independen antara proteinuria dan nilai FMD pasca-nifas dan delta FMD.
Kesimpulan: Studi ini menegaskan korelasi yang kuat yang arahnya negatif antara nilai proteinuria pasca-melahirkan dengan nilai flow mediated dilation pasca melahirkan pada subyek preeklampsi dan semakin tinggi nilai proteinuria sebelum melahirkan berhubungan dengan rendahnya perubahan FMD sebelum dan sesudah melahirkan.

Background: Endothelial dysfunction was associated with both of the predisposition of preeclampsia and the later development of vascular disease. Flow mediated dilation (FMD) was reduced in preeclamptic women and persist after delivery in several cases. Proteinuria in preeclampsia was also a manifestation of endothelial dysfunction in kidney, but there was no data untill now showing the correlation of FMD and the level of proteinuria in preeclamptic woman.
Objectives: To asses the correlation between urine protein-creatinine ratio and flow mediated dilation (FMD) before and after delivery in preeclamptic women.
Methods: Women with a diagnosis of preeclampsia and planned for termination were enrolled for the study. History of hypertension before 20 weeks of gestation, diabetes mellitus, chronic kidney disease became exclusion criterias. The FMD was studied through the use of high resolution vascular ultrasound examination of brachial artery for 3 times; before delivery, 48-72 hours after delivery and 40-60 days after delivery. Urine protein-creatinine ratio (UPCR) was measured twice; prior to delivery and 40-60 days after delivery. Correlation between them was then evaluated.
Results: Thirty patients were enrolled in this study. The mean ages was 29.5±6,4 years old. FMD was improved after delivery, 5.46 ± 0.27 % (before delivery) & 8.14 ± 2.48 % ( p <0.001) 40-60 days after delivery. Bivariates analysis showed that after delivery, there was an inverse correlation between UPCR with FMD (r=0,735 p<0,0001). UPCR prior to delivery also has inverse correlation with FMD after delivery (r= -0.55.p=0.002) and with the change of FMD before and after delivery (r= -0.45 with p =0.01). Multivariate analysis showed that correlation between UPCR after delivery with FMD after delivery was independent.
Conclusion: This study demonstrated there was a moderate-strong correlation between urinary protein prior and after delivery with flow mediated vasodilatation of brachial artery after delivery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqha Aulina
"Latar belakang: Preeklampsia mengakibatkan 225 kematian dari 100.000 kelahiran di Indonesia. Salah satu teori terjadinya preeklampsia adalah peningkatan antioksidan yang tidak adekuat, contohnya glutation peroksidase GPx , untuk mengimbangi peningkatan stres oksidatif yang terjadi selama kehamilan. GPx adalah antioksidan enzimatik yang mengubah peroksida menjadi tidak berbahaya, sehingga mengurangi stres oksidatif. Beberapa penelitian yang menyelidiki GPx menghasilkan hasil yang bertentangan, dan belum ada yang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas spesifik GPx pada kehamilan normal, preeklampsia onset awal, dan preeklampsia onset akhir.
Metode: Studi ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain potong lintang komparatif. Jaringan plasenta diperoleh dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Budi Kemuliaan dan RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2015. Aktivitas umum U/mL GPx diukur dengan menggunakan GPx Randox Ransel Kit berdasarkan metode Paglia dan Valentine, yang kemudian dibagi dengan determinan protein mg/mL untuk mendapatkan aktivitas spesifik U/mg . Data kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 20 dengan uji Kruskal-Wallis.
Hasil: Kehamilan normal memiliki aktivitas spesifik tertinggi 8.562 3.93320.00 , diikuti oleh preeklamsia onset akhir 6.655 2.646-32.93 dan preeklampsia onset dini 6.328 5.873-13.17. Namun, perbedaan ini tidak signifikan menurut uji Kruskal-Wallis p = 0,399.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas spesifik GPx antara kehamilan normal, preeklampsia onset awal, dan preeklampsia onset akhir.

Background: Preeclampsia is responsible for the mortality rate of 225 out of 100,000 deliveries in Indonesia. It is theorized that preeclampsia is caused by inadequate increase of antioxidant, one of which is glutathione peroxidase GPx, to compensate with increasing oxidative stress during pregnancy. GPx is an enzymatic antioxidant which converts peroxides to its harmless counterparts, thus limiting oxidative stress. Several studies investigating GPx produced conflicting results, and none of them were done in Indonesia. This study aimed to compare GPx specific activity in normal pregnancy, early onset, and late onset preeclampsia.
Methods: This was an observational study using comparative cross sectional design. The placental tissues were obtained from Budi Kemuliaan Hospital and Cipto Mangunkusumo Hospital in 2015. General activity U mL was measured using GPx Randox Ransel Kit based on Paglia and Valentine method, which was then divided by protein determinant mg ml to find out the specific activity U mg. The data was then analyzed using SPSS 20 with Kruskal Wallis test.
Results: Normal pregnancy had the highest specific activity 8.562 3.93320.00, followed by late onset preeclampsia 6.655 2.646 32.93 and earlyonset preeclampsia 6.328 5.873 13.17 . However, these differences were ruled insignificant using Kruskal Wallis test p 0.399 .
Conclusion There was no significant difference of GPx specific activity between normal pregnancy, early onset preeclampsia, and late onset preeclampsia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>