Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brian Christianto
"ABSTRAK
Pengeringan merupakan suatu proses menghilangkan air dari suatu bahan. Proses pengeringan berlaku apabila bahan yang dikeringkan kehilangan sebahagian atau keseluruhan air yang dikandungnya. Proses pengeringan banyak digunakan oleh berbagai macam industri. Sebuah Perusahaan X yang bergerak di bidang obat-obatan dan kosmetik tradisional menggunakan proses pengeringan dalam proses produksinya. Salah satu produk dari perusahaan ini adalah tapel parem yang mana dalam proses produksinya menggunakan proses pengeringan. Pada perusahaan X ini menggunakan dua metode pengeringan, pengeringan tersebut adalah dengan menggunkan matahari dan dilanjutkan dengan menggunakan oven konveksi. Pengeringan dengan menggunakan matahari mengalami kendala, karena saat ini di dunia sedang terjadi efek pemanasan global yang mengakibatkan cuaca menjadi tidak menentu, laju produksi pada perusahaan menjadi terhambat.
Tujuan dari penulisan skribsi ini adalah untuk menemukan suatu metode pengeringan yang lebih efisien tetapi tetap menjaga kualitas dari produk dari segi warna dan bentuknya. Penulis berusaha untuk memecahkan permasalah tersebut dengan menerapkan metode pengeringan yang lain yaitu salah satunya dengan menggunakan microwave dan Pretreatment menggunakan kipas.
Analisa yang dilakukan antara lain adalah : penyebab terjadinya penurunan kualitas pada produk hasil pengeringan dengan menggunakan microwave, pengaruh penggunaan pretreatment pada produk hasil pengeringan , dan pengaruh penggunaan spons dan kasa pada produk hasil pengeringan.

ABSTRACT
Drying is a process to subtract water component from certain substance. To carry out drying process is to make the substance loses its whole water component or part of it. Nowadays, many industries utilize this process in their production. An X Incorporate who produces herbal medicine as well as cosmetic products is currently using this process. Tapel parem is one of its products that go into drying process. This corporation is using two drying methods, by using sunlight and convection oven. The sunlit method is recently in front of a problem. The global warming effect causes the weather into an uncertain condition, furthermore inhibits the production.
The objective of this paper is to reveal new drying method that more efficient, as well maintaining premium quality product. The writer is solving the question with a new drying method, which is using microwave, and blower for the pretreatment. Moreover, the use of sponge and gauze is also applied to increase the quality of the drying product.
The analysis observed includes the cause of quality degradation in microwave processed products; the influence of pretreatment in dried products; the influence the use of sponge and gauze in dried products."
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ova Maratus Shafwah
"Proses produksi pada reaktor biogas dari limbah cair pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sering menghadapi masalah karena keterbatasan laju hidrolisis. Keterbatasan ini terjadi akibat terbentuknya lumpur dan gumpalan yang mengurangi voulme efektif digester biogas serta mengurangi potensi biogas yang dihasilkan. Lumpur dan gumpalan yang dihasilkan berasal dari tingginya kandungan dan juga serat yang ada pada POME. Berbagai upaya telah dilakukan seperti pengambilan secara manual maupun pengadukan secara mekanik atau dengan turbulensi melalui pemompaan cairan dengan kuat. Namun, upaya tersebut memerlukan tambahan alat, SDM dan energi sehingga biaya proses produksi terus meningkat. Sebagai alternatif lain, maka pemanfaatan lipase dan xilanase menjadi alternatif yang menjanjikan untuk pretreatment yang dapat meminimalisir kandungan padatan hemiselulosa dan minyak atau lemak di dalam POME. Lipase dapat menghidrolisa lemak dan minyak menjadi asam lemak rantai pendek dan xilanase dapat menghidrolisa hemiselulosa menjadi monomernya, sehingga memudahkan produksi biogas. Pada penelitian ini telah terbukti bahwa pretreatment dengan xilanase dan lipase mampu menurunkan total suspended solid (TSS) sebesar 49,21 %; total solid (TS) sebesar 34, 52 % dan meningkatkan gula pereduksi sebesar 44,37 %, selain itu mampu menurunkan minyak dan lemak sebesar 88,82 pada konsentrasi 4 %. Serta menignkatkan produksi biogas sebanyak 52,17 % dan penghilangan chemical oxygen demand (COD) sebesar 49,7 %.

The production process at biogas reactors from Palm Oil Mill Effluent (POME) often faces problems due to limited hydrolysis rates. This limitation occurs due to the formation of mud and lumps which reduce the effective volume of the biogas digester and reduce the potential for biogas produced. The sludge and lumps produced come from the high content and fiber present in the POME. Various treatments have been made such as manual extraction or mechanical stirring or by turbulence through strong fluid pumping. However, these treatments require additional tools, human resources and energy so the production process costs continue to increase. As an alternative, the use of lipase and xylanase is a promising alternative for pretreatment that can minimize the content of hemicellulose and oil or fat in POME. Lipase can hydrolyze fat and oil into short-chain fatty acids and xylanase can hydrolyze hemicellulose into its monomer, thus facilitating biogas production. In this study it was proven that pretreatment with xylanase and lipase was able to reduce total suspended solid (TSS) by 49.21%; total solid (TS) of 34, 52% and increasing reducing sugar by 44.37%, besides that it can reduce oil and fat by 88.82 % at a concentration of 4%. As well as increasing biogas production by 52.17% and removal chemical oxygen demand (COD) by 49.7%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In this experiment, xylanase was used prior to bleaching. The dosages of xylanase are 0.25; 0,5; 0,75; 1;1,25 kg/ton of chips. The pulps after pretreatment were tested and treated with D0ED1D2 bleaching sequences. The result shoew that xylanase can decreasekappa number as much as 10.33-11.45. The optinum kappa number (10.33) was obtaidned by addition xylanase 0.75 kg/ton of chips. Xylanase also increases increase bleachability of pulp and decrease dirt on pulp, from initial brightness 82.4 % ISO to 83.10 % ISO. While dirt from 9.5 mm2/m was decrease to 7-8 mm2/m2. Xylanase was able to decrease dichloromethane extractive content in bleached pulp as much as 0.06-0.14 point. Xylanase also increases bleaching selectivity, as physical strength of pulp tend to increase."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Laurensius Varianka Yenn
"ABSTRAK
Peningkatan jumlah penduduk membuat permasalahan baru dalam pengelolaan lumpur tinja. Sehingga penggunaan teknologi seperti Anaerobic Digestion (AD) sangat berguna dalam menangani permasalahan limbah organik serta keterbatasan energi karena dapat menghasilkan energi dalam bentuk biogas dari limbah. Namun dengan keterbatasan penggunaan teknologi AD seringkali produksi biogas masih cenderung kecil. Sehingga dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian thermal pretreatment terhadap pembentukan biogas pada lumpur tinja. Pemberian thermal pretreatment dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu 40-45oC hingga lumpur tinja mencapai kadar air 30% dan 70%. Parameter seperti Total Solid (TS), Volatile Solid (VS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) juga diuji untuk mengetahui karakteristik limbah dan pengujian Bio Methane Potential (BMP) dilakukan selama 35 hari pada suhu 35oC. Hasil penelitian menunjukkan sampel dengan kadar air 30% menghasilkan biogas yang lebih besar jika dibandingkan dengan sampel tanpa pretreatment yaitu sebesar 5,56 ml metana dengan penurunan nilai VS mencapai 49,97% diikuti dengan sampel dengan kadar air 70 % dengan produksi biogas sebesar 1,45 ml metana dengan penurunan nilai VS sebesar 41,73% sedangkan untuk sampel tanpa perlakukan pretreatment menghasilkan volume gas metana 0,37 ml dan penurunan nilai VS 40,69%. Hasil ini dikarenakan pemberian thermal pretreatment dapat memecah dinding sel sehingga materi organik yang dapat diuraikan menjadi lebih banyak.

ABSTRACT
The increasing number of human population causes new issue on the treatment of fecal sludge. Due to this problem, the use of technology such as Anaerobic Digestion (AD) is very advantageous in terms of solving the issue of organic waste and energy scarcity because it can produce energy in a form of biogas from waste. However, due to the limits on the use of AD technology, the production of biogas is somewhat low. This study is aimed to observe the effect of thermal pretreatment on the formation of biogas on fecal sludge. The thermal pretreatment is conducted through heating on temperature of 40-45oC, so that the fecal sludge reaches water content of 30% and 70%. Parameters such as Total Solid (TS), Volatile Solid (VS) and Chemical Oxygen Demand (COD) were also tested to recognize the characteristics of waste and Bio-Methane Potential (BMP) test is conducted for 35 days on the temperature of 35oC. The results of this study shows that sample with water content of 30% produced more biogas compared to the sample without pretreatment which is 5,56 mL methane with the VS decrease of 49,97%, followed with the sample of 70% water content with biogas production of 1,45 mL methane with the VS decrease of 41,73%, meanwhile the sample without pretreatment produce methane gas with volume of 0,37 mL and VS decrease of 40,69%. This particular result is caused by the Thermal pretreatment which can break the walls of the cells, hence there are more organic materials which can be decomposed. ;"
2016
S65205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Jane Judono
"Secara umum, lignoselulosa terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang membentuk struktur kompleks yang sulit dihancurkan. Pretreatment bertujuan untuk mendegradasi hemiselulosa dan lignin dari biomassa lignoselulosa serta meningkatkan aksesibilitas enzim ke selulosa yang merupakan bahan baku untuk proses konversi lebih lanjut menjadi produk bernilai tambah. Bahan biomassa memiliki komposisi lignoselulosa yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi proses pretreatment. Masing-masing strategi pretreatment memiliki kelebihan dan keterbatasan tersendiri. Pretreatment biologis merupakan metode yang ramah lingkungan dan hemat energi karena menggunakan mikroorganisme untuk mengatasi sifat rekalsitran biomassa lignoselulosa. Jamur pelapuk putih mampu mendegradasi lignin melalui produksi enzim ligninolitiknya, berupa lakase, lignin peroksidase (LiP), dan mangan peroksidase (MnP). Tujuan penulisan ini adalah memberikan rangkuman penelitian terkait pretreatment biologis menggunakan jamur pelapuk putih dan mekanismenya sebagai mikroorganisme yang dapat mendegradasi lignin. Selain itu, dibahas juga berbagai faktor yang mempengaruhi proses biodelignifikasi. Perlu penelitian lebih lanjut terkait optimalisasi berbagai parameter kondisi kultur agar dapat meningkatkan efisiensi proses pretreatment biologis.

Lignocellulosic biomass mainly consists of cellulose, hemicellulose, and lignin which form complex structures that are difficult to destroy. Pretreatment is significance for the degradation of hemicelluloses and lignin from the lignocellulosic biomass to make cellulose more accessible for further enzymatic process in its conversion into value-added products. Biomass materials have different lignocellulosic compositions which can affect the pretreatment process and requires certain strategy for effective treatment. While each pretreatment strategy has its own strengths and limitations. Biological pretreatment is considered to be an environmentally friendly process with low energy input and low disposal costs for it utilizes lignin-degrading microorganisms to reduce the recalcitrance of lignocellulosic biomass. White rot fungus are able to degrade lignin by producing ligninolytic enzymes, such as laccase, lignin peroxidase (LiP), and manganese peroxidase (MnP). The purpose of this paper is to presents an overview of studies related to biological pretreatment using white rot fungi and its mechanism as a lignin degrading microorganism. In addition, various factors affecting biodelignification process are also discussed. Further research related to parameters optimization of culture conditions is needed in order to increase the efficiency of the biological pretreatment process."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Purnamasari
"Ekstraksi daging buah mahkota dewa Phaleria macrocarpa menggunakan pelarut cairan ionik ionic liquid belum pernah dilakukan. Akhir-akhir ini, cairan ionik populer sebagai pelarut ekstrasi tanaman karena terbukti menghasilkan hasil ekstraksi yang memuaskan dibandingkan dengan metode konvensional. Disebutkan pada penelitian sebelumnya bahwa salah satu metode ekstraksi yang sesuai untuk mengekstraksi buah mahkota dewa adalah dengan menggunakan Microwave Assisted Extraction MAE. Diharapkan ekstraksi daging buah P. macrocarpa yang menggunakan cairan ionik dan MAE juga dapat memberikan hasil yang memuaskan dengan dilakukannya optimasi pada kondisi-kondisi ekstraksi serta membandingkan hasilnya dengan ekstraksi konvensional. Pelarut cairan ionik yang diuji ada 3 yaitu [BMIM] Br, [BMIM] Cl, dan [BMIM] BF4. Hasil pemilihan pelarut yang dipilih adalah [BMIM] BF4 yang akan digunakan dalam optimasi dan diuji kadar total fenoliknya dengan metode Folin Ciocalteu. Setelah didapat kondisi optimum, aktivitas antioksidan diuji dengan metode DPPH menggunakan microplate reader. Hasil dari optimasi adalah dengan konsentrasi tertinggi, rasio pelarut-sampel tertinggi dan waktu ekstraksi yang tidak berpengaruh pada hasil ekstraksi, didapat kadar total fenolik maksimum sebesar 191,72 mg GAE/g serbuk. Hasil ini terbukti lebih tinggi dibanding metode ekstraksi konvensional. Hasil ekstraksi dalam kondisi ini dimaksimalkan kembali hasilnya dengan dilakukan pretreatment menggunakan urea agar senyawa fenolik yang diekstraksi mendapatkan hasil yang lebih banyak. Percobaan setelah optimasi selesai, dilakukan dengan membandingkan suatu kondisi ekstraksi dengan pretreatment menggunakan urea. Hasil yang didapat adalah ekstraksi yang telah terlebih dahulu diberikan pretreatment menghasilkan kadar total fenolik yang lebih besar dibandingkan dengan tanpa pretreatment.

The use of ionic liquids as solvent to extract flesh of fruit of mahkota dewa Phaleria macrocarpa has not been studied yet. In the last decades, ionic liquids was popular as solvent for extracting plant material because of its higher extraction yield compared to conventional methods. It is said in one previous research, that one of many suitable extraction methods to extract flesh of fruit of mahkota dewa is Microwave Assisted Extraction MAE. We hypothesized that plant extraction using ionic liquids in MAE method would give satisfying results by optimizing extraction conditions and comparing the result with conventional extraction method. Three different kinds of ionic liquids, BMIM Br, BMIM Cl, and BMIM BF4 were investigated. The ionic liquids, BMIM BF4 were elected and further used in optimization and tested for its total phenolic content TPC with Folin Ciocalteu method. Afterwards, antioxidant activity were tested by DPPH method in optimum condition. Both tests used microplate reader. Maximum total phenolic content were obtained with higher solvent concentration, higher solvent sample ratio, and an insignificant extraction time with 191,717 mg GAE g plant powder. This result proves that it is higher than the conventional extraction method. The extraction yield were maximized by applying pretreatment with urea to obtain higher total phenolic content after extraction. After optimization experiment were done by comparing the extract from optimum condition without urea, with after urea pretreatment extract. The result shows that pre treated sample with urea pretreatment gives higher total phenolic content compared with non pretreated sample.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andiko Prasetyanto
"Sebagian besar dari energi di seluruh dunia dan produk material berasal dari kilang bahan bakar fosil. Ketergantungan yang kuat pada bahan bakar fosil berasal dari penggunaan intensif dan konsumsi turunan minyak bumi yang dikombinasikan dengan sumber daya minyak yang semakin berkurang, menyebabkan masalah lingkungan dan politik. Karena kenaikan harga sumber daya fosil yang berkelanjutan, ketersediaannya yang tidak menentu, dan masalah lingkungan mereka, solusi alternatif yang dapat memitigasi perubahan iklim dan mengurangi konsumsi bahan bakar fosil harus dipromosikan. Penggantian minyak dengan biomassa sebagai bahan baku untuk bahan bakar dan produksi kimia merupakan pilihan yang menarik dan merupakan kekuatan pendorong untuk pengembangan kompleks biorefinery. Hampir semua jenis bahan baku biomassa dapat dikonversi ke kelas biofuel dan biokimia yang berbeda melalui teknologi konversi yang diterapkan bersama. Asam suksinat adalah produk sampingan yang memiliki minat khusus pada biorefineries karena berpotensi menggantikan bahan kimia dan prekursor polimer yang berasal dari minyak bumi untuk berbagai aplikasi. Namun, produksi dari hidrolisat yang diturunkan dari biomassa belum sepenuhnya dieksplorasi atau dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan memodifikasi metode pretreatment untuk mendapatkan kandungan Selulosa & Hemiselulosa dalam jumlah tinggi dan kadar Lignin yang rendah dari bahan baku Tandan Kosong Kelapa Sawit yang telah diuji coba sebelumnya. Menambahkan prosesor ultrasonik untuk membantu proses dan mencari tahu bagaimana variasi waktu yang berbeda mempengaruhi konten EFB. Variasi pretreatment berkinerja terbaik dalam percobaan ini adalah pretreatment berbantuan ultrasonik asam perasetat 3 jam dan pretreatment berbantuan ultrasonik berbantuan alkali peroksida 10 jam menghasilkan 14,1% Hemiselulosa, 77,3% Selulosa, dan 8,6% Lignin.

A great fraction of worldwide energy carriers and material products come from fossil fuel refinery. Our strong dependence on fossil fuels comes from the intensive use and consumption of petroleum derivatives which, combined with diminishing petroleum resources, causes environmental and political concerns. Because of the ongoing price increase of fossil resources, their uncertain availability, and their environmental concerns, alternative solutions able to mitigate climate change and reduce the consumption of fossil fuels should be promoted. The replacement of oil with biomass as raw material for fuel and chemical production is an interesting option and is the driving force for the development of biorefinery complexes. Almost all the types of biomass feedstocks can be converted to different classes of biofuels and biochemicals through jointly applied conversion technologies. Succinic acid is a co-product of particular interest in biorefineries because it could potentially displace petroleum-derived chemicals and polymer precursors for myriad applications. However, production from biomass-derived hydrolysates has not yet been fully explored or developed. The aim of the research is to explore and modify pretreatment method to gain high amount of Cellulose & Hemicellulose content and low amount of Lignin content from raw material of Oil Palm Empty Fruit Bunch that has been previously experimented. Adding ultrasonic processor to aid the process and find out how different time variation affect the EFB content. The best performing pretreatment variation in this experiment is the 3 hour peracetic acid ultrasonic-assisted pretreatment and 10 hour of Alkaline peroxide ultrasonic-assisted pretreatment yielding 14,1% Hemicellulose, 77,3% Cellulose, and 8,6% Lignin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Anggarawati
"Sampai saat ini limbah dari industri pengolahan rumput laut hanya digunakan untuk pupuk padahal masih cukup memiliki kandungan selulosa dan berpotensi menjadi bahan baku biofuel. Limbah pengolahan rumput laut dari daerah Pameungpeuk, Garut, ditemukan memiliki kadar selulosa dan lignin sebesar 18,83% dan 15,625% pergramnya. Sebelum limbah siap digunakan untuk substrat dilakukan proses pretreatment menggunakan H2SO4 terlarut untuk menghilangkan lignin dan meningkatkan aksesibilitas enzim selulase ke selulosa dengan variasi konsentrasi H2SO4 terlarut sebesar 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2% (v/v). Limbah yang telah dipretreatment tersebut dijadikan substrat untuk memproduksi enzim selulase menggunakan isolat bakteri laut SGS 2609 milik BBP4B-KP yang telah diisolasi dari rumput laut Sargassum Sp. Fermentasi hidrolisis limbah oleh bakteri isolat SGS 2609 dilakukan selama 7 hari. Kondisi optimum untuk produksi enzim selulase dari bakteri isolat SGS 2609 ini yaitu dengan substrat limbah yang dipretreatment H2SO4 0,5% pada hari ke-4 dengan aktivitas selulase sebesar 0,0549 U/ml dan aktivitas spesifik sebesar 0.011 U/mg.

Waste from seaweed industry currently used as a fertilizer when the waste still contains celluloses and also has potential use as raw material for biofuel. Seaweed waste from industry in Pameungpeuk, Garut, contained celluloses dan lignins in the waste 18,83% and 15,625%, respectively. Before the waste is ready to be used, the pretreatment step using dilute-surfuric-acid was used for breaking down the lignin and increasing the accessibility of cellulase enzyme to cellulose using variance of concentrations 0,5%; 1%; 1,5%; and 2% (v/v). The pretreated seaweed waste then used as substrate for producing cellulase enzyme from isolate bacteria SGS 2609 BBP4B-KP which has been isolated from seaweed Sargassum sp. The fermentation time took approximately 7 days. The optimum condition for producing cellulase enzyme from isolate SGS 2609 was using seaweed waste pretreated with H2SO4 0,5% as substrate on the 4th day of fermentation, with the cellulose activity 0,0549 U/ml and the specific activity 0,011 U/mg"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42004
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Indah Mutia Sari
"Dendrobium lasianthera J.J.Sm merupakan anggrek endemik Papua yang terancam punah sehingga perlu dilakukan perbanyakan melalui teknik kultur in vitro. Pencokelatan eksplan harus diatasi sebelum melangkah ke perbanyakan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pretreatment terhadap pencokelatan eksplan. Eksplan daun berukuran ± 8 mm x 5 mm diperoleh dari bibit botolan dan sebanyak 15 eksplan ditanam dalam 1 botol kultur berisi medium ½MS (Murashige dan Skoog 1962) modifikasi + 1 mgl-1 NAA + 0,1 mgl-1 BAP.
Beberapa pretreatment yang diujikan ialah eksplan langsung ditanam setelah dipotong (L) (kontrol), eksplan dipotong di dalam air (DA), dan eksplan direndam selama 10 menit di dalam air setelah dipotong (DR). Pencokelatan eksplan cenderung lebih sedikit terjadi pada pretreatment L (1,23 ± 1,56), diikuti pada DA (2,56 ± 1,90), dan DR (4,20 ± 2,04). Namun, eksplan hijau cenderung lebih banyak pada DA (8,60 ± 1,58) dibandingkan pada L (8,00 ± 1,73) dan DR (4,20 ± 2,39). Pemutihan eksplan juga terjadi pada masing-masing pretreatment.

Dendrobium lasianthera J.J.Sm is an endangered orchid native from Papua. Therefore, the in vitro propagation is necessary to do the conservation of it. Browning is a problem that must be solved before doing the in vitro propagation. This study was carried out to observe the effect of pretreatment on explants browning. Leaf explants (8 mm x 5 mm) were excised from sterile seedling, and 15 explants cultured on ½ MS (Murashige and Skoog 1962) modified medium + 1 mgl-1 NAA + 0,1 mgl-1 BAP.
Pretreatments that examined are, explants are directly planted after excising (L) (control), explants were excised in the water (DA), and explants were soaked for 10 minutes in the water after excising (DR). Pretreatment L could reduce explants browning (1,23 ± 1,56), than DA (2,56 ± 1,90), and DR (4,20 ± 2,04). However, the highest green explants was showed in DA (8,60 ± 1,58) than in L (8,00 ± 1,73) and DR (4,20 ± 2,39). In addition, explants bleaching occured in each pretreatment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1146
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Deni
"Bioplastik berbahan dasar pati dan serat alam yang dihasilkan dari penelitian-penelitian terdahulu masih berlum mampu menyamai kualitas plastik konvensional terutama dalam hal kekuatan mekanis, ketahanan terhadap air serta stabilitas termalnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bioplastik melalui teknik praperlakuan serat, modifikasi nanofiller dan penggunaan filler hibrid. Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pati jagung sebagai matriks, serat batang pisang dan selulosa bakteri sebagai filler dan gliserol sebagai plasticizer. Serat batang pisang diberi praperlakuan meliputi metode alkalinasi, bleaching dan enzimatis. Kemudian serat batang pisang yang telah diberi praperlakuan optimum dan selulosa bakteri akan dipreparasi melalui teknik hidrolisis menjadi nanoselulosa. Nanoselulosa serat dan bakteri inilah yang akan digunakan sebagai filler hibrid dalam bioplastik. Bioplastik yang dihasilkan akan dikarakterisasi sifat mekanisnya, laju transmisi uap air, stabilitas termal, dan biodegradabilitasnya. Struktur dari bioplastik dikonfirmasi dengan analisis FESEM, FTIR dan XRD. Praperlakuan serat dan penggunaan nanofiller terbukti mampu meningkatkan karakteristik mekanis dari bioplastik yang dihasilkan dengan persentase nanofiller optimum adalah 15% dari massa pati. Komposisi filler hibrid dengan nilai kuat tarik tertinggi dimiliki oleh bioplastik dengan rasio nanoselulosa bakteri terhadap nanoselulosa serat 50:50 sebesar 1,73 MPa dan untuk modulus Young tertinggi dimiliki bioplastik dengan rasio nanoselulosa bakteri terhadap nanoselulosa serat 25:75 sebesar 60,19 MPa. Penggunaan filler hibrid tidak menghasilkan peningkatan karakteristik mekanis bioplastik tetapi meningkatkan ketahanan terhadap air dan stabilitas termal bioplastik. Ketahanan terhadap air terbaik dimiliki oleh bioplastik dengan filler sebanyak 15% dengan rasio nanoselulosa serat terhadap nanoselulosa bakteri 25:75 yakni laju transmisi uap air sebesar 632 g/m2 per 24 jam. Stabilitas termal terbaik dimiliki oleh bioplastik dengan filler sebanyak 15% dengan rasio nanoselulosa bakteri terhadap nanoselulosa serat 25:75 yakni temperatur trasisi gelas 39,75 °C dan kapasitas panas 0,242 J/g°C. Berdasarikan soil burial test selama 9 hari, diperoleh bahwa bioplastik degan tingkat biodegradasi tertinggi dimiliki oleh pati jagung tanpa filler sebesar 25,76% dan biodegradasi terendah oleh bioplastik dengan filler 15% nanoselulosa bakteri sebesar 18,88%. Soil burial test dilakukan pada kelembaban 66% dan temperatur 26-28 °C.

Bioplastic based on starch and natural fibre resulted from previous reserachs have not had the same quality as conventional plastic especially in mechanical strength, water absorption resistance, and thermal stability. The objective of this reasearch is to improve the wuality of bioplastic resulted from previous researchs through fibre pretreatment techniques, nanofiller modification, and hybrid filler utilization. The main raw materials that are used in this research are corn starch as matrix, banana pseudostem fibre and bacterial cellulose as filler, and glycerol as plasticizer. Banana pseudostem fibre is treated by alkalinization, bleaching and enzymatic method. Then optimum treated banana pseudostem and bacterial cellulose will be prepared through hydrolysis technique into nanocellulose. These fibre and bacterial nanocellulose will be used as hybrid filler in bioplastic. Bioplastic’s mechanical characteristic, water vapour transmission rate, thermal stability and biodegradability will be characterized. Bioplastic’s structure will be confirmed by FESEM, FTIR, and XRD analysis. Utilization of nanofiller dan fibre pretreatment can improve mechanical characteristic of bioplastic. Nanofiller percentage that resulted in the best mechanical characteristic is 15% from starch mass content. Hybridfiller composition that results in highest tensile strength is obtained by bioplastic with bacterial nanocellulose to fibre nanocellulose ratio 50:50 with value 1,73 MPa and the highest modulus Young is obtained by bioplastic with bacterial nanocellulose to fibre nanocellulose ratio 25:75 with value 60,19 MPa. The best water absorption resistance is obtained by bioplastic with fibre nanocellulose to bacterial nanocellulose ratio 25:75 with water vapour transmission rate value 632 g/m2 per 24 hours. The highest thermal stability is obtained by bioplastic with bacterial nanocellulose to fibre nanocellulose ratio 25:75 with glass transition temperature value 39,758°C and heat capacity 0,242 J/g0C. Based on soil burial test for 9 days, the highest biodegradation rate is obtained by corn starch without filler 25,76% and the lowest by bioplastic with 15% bacterial nanocellulose 18,88%. Soil burial test is done in 66% humidity and temperature 26-28°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>